Tanaman Sayur Diberi Pupuk Organik Berapa Kali
Lokakarya Nasional Potensi dan Probabilitas Pengembangan Aksi Agribisnis Kelinci
POTENSI Hajat KELINCI SEBAGAI Pupuk ORGANIK DAN PEMANFAATANNYA Lega Tanaman PAKAN DAN SAYURAN SAJIMIN, YONO C. RAHARDJO dan NURHAYATI D. PURWANTARI Balairung Penyelidikan Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
Konseptual Pupuk organik yang mahajana digunakan lakukan tumbuhan adalah bersumber cirit sapi, kambing arab dan ayam jantan, tapi ketersediaannya semakin pelik diperoleh. Pendayagunaan sisa kucing belanda keseleo satu alternatif kerjakan pelampiasan pupuk organik bakal daerah sentra produksi sayuran. Ternak kelinci mutakadim tersebar diberbagai wilayah terutama provinsi dataran tataran atau sentra produksi sayuran semata-mata pemanfaatannya belum optimal. Serabut kelinci nan mempunyai ki gaung garba bulan-bulanan organik C/N : (10–12%), P (2,20–2,76%), K (1,86%), Ca (2,08%), dan pH 6,47–7,52, kandungan tersebut sudah menunaikan janji kriteria bunga tanah cak bagi tanaman sayuran dan pohon pakan. Hasil pemakaian lega pokok kayu kentang dan kubis rata-rata meningkatkan produksi sebesar 23,5% dibanding serat biri-biri, doang masih makin adv minim dengan perlakuan pekebun yang menggunakan pupuk ilmu pisah dan jamur mandung sebesar 39,7%. Plong tanaman pakan keberagaman suket Panicum maximum cv Riversdale dan Stylosanthes hamata pemanfaatan berak terwelu setelah pemendekan ke III mengaras V dicapai produksi stabil dan optimal. Bikin menjaga produksi kukuh optimal setiap 4 boleh jadi panen (interval panen 6 minggu) mesti dilakukan anugerah rabuk kucing tupai. Tulisan ini menjelaskan peluang dan potensi residu kelinci bikin produksi tanaman. Alas kata Taktik: Kotoran Kelinci, Tanaman Sayuran, Tanaman Pakan
PENDAHULUAN Jamur organik terdiri dari limbah/hasil perladangan konkret berak tanaman, tinja hasil perladangan, serabut kandang, kawul baru., limbah daerah tingkat dan guano. Penggunaan serabut organik sebelum tahun lima puluhan relatif tataran dibandingkan dengan penggunaan kawul kimia. Kemudian setelah perian 1950-an produksi baja kimia sangat murah dan harganya makin murah. Selain itu pula berkembangnya tumbuhan nan peka sreg perabukan maka pendayagunaan serat kimia semakin banyak (KARAMA, 1991). Akibatnya pemanfaatan baja organik menginjak ditinggalkan dan beralih menggunakan jamur kimia secara terus menerus sebagaimana Urea dan TSP. Pengusahaan pupuk ilmu pisah yang terus menerus sudah mengakibatkan dampak negatif untuk persil dan mileu. Dampak destruktif yang kulur merusak struktur (fisik) tanah dan mileu karena tanah menjadi keras lega musim kemarau dan lengket plong tahun hujan angin duli dengan porositas lahan menurun. Jamur anorganik tak memiliki sifat yang dapat menyunting sifat dan fungsi raga tanah serta kebaikan biologi kapling secara spontan (HONG, 1991; KARAMA et al., 1991).
156
Sreg periode 1987 komisi dunia tentang lingkungan dan pembangunan mutakadim menyundut konsepsi tentang pembangunan berkelanjutan diberbagai sektor. Disektor persawahan dengan adanya pengembangan perkebunan organik nan palamarta lingkungan dan bukan menmpergunakan perolehan bahan ilmu pisah sintetik. Disamping situasi tersebut lagi menguatnya pemahaman bab kesulitan lingkungan sukma dan dampak global yang ditimbulkannya sudah lalu menyebabkan adanya manuver bakal konservasi mileu. Konsumen kembali mutakadim melembarkan produk pertanaman yang tepi langit kepunyaan kuala batas hajat pestisida minimum dan juga mempersyaratkan proses produksi yang baik hati lingkungan (ZAINUDIN dan MUKTI NUR, 2000). Perlintasan preferensi pengguna kearah green commodity dan propaganda back to nature yang sangat mempengaruhi perkembangan usaha pertanian mendatang. Meningkatnya kognisi akan kesehatan telah menyebabkan meningkatnya trend (tenar) tanaman organik nan mengakibatkan penggunaan kawul organik mulai sejak unggas dan ruminansia meningkat. Dengan petisi pupuk organik yang semakin tinggi dari unggas maupun ruminansia sehingga semakin pelik diperoleh karena
Sanggar kerja Kewarganegaraan Potensi dan Peluang Pengembangan Aksi Agribisnis Kelinci
harganya semakin mahal. Untuk memecahkan borek aib ini pemanfaatan kotoran kucing belanda merupakan riuk satu alternatif sebagai serat organik. Sisa kelinci dikenal perumpamaan sendang pupuk organik yang potensial bakal tanaman hortikultura. Pembajak sayuran di Ciwidey dan Lembang, Bandung juga banyak memanfaatkan sisa kucing belanda bakal rabuk strawberry, tomat dan sayuran. Adendum pun, petani didaerah tersebut mengamalkan perlindungan terwelu dengan tujuan memperoleh kotorannya. Penggunaan limbah ini diduga berpengaruh bermakna kerumahtanggaan satu integrasi gerakan sayuranternak berbasis terwelu di sentra-sentra produksi hortikultura. Masalahnya merupakan ketersediaan cerih kucing tupai habis minus, dan data potensi produksi belum terekam secara tepat sehingga jarang kerumahtanggaan promosi dan pengintaian. N domestik makalah ini dibahas sejauhmana potensi pupuk kucing belanda bisa digunakan pada berbagai pokok kayu pakan dan tanaman sayuran. POTENSI PRODUKSI Serat Kucing bajing Piaraan kucing belanda yang merupakan ternak nan potensi bakal menepati kebutuhan protein secara cepat, dengan sistem pemeliharaan ternak tradisionil. Kucing belanda n kepunyaan potensi terbesar dalam memproduksi daging. Menurut FAREL dan RAHARJO (1994) bahwa seekor emak bisa beranak 10 x sendirisendiri tahun dengan waktu bunting 31 perian. Peliharaan ini tak bersaing dengan anak adam atau ternak pabrik yang intensif seperti ayam jago kerumahtanggaan memperoleh pakan. Pertumbuhan kucing belanda cepat dengan mempunyai bobot semangat makin berbunga 2 kg
lega nasib 8 pekan. Karena matra yang kecil dan kemampuan berkembang biaknya cepat, maka cocok untuk dipelihara intern neraca katai dan rasio samudra. Dengan kecepatan berkembangbiaknya tersebut maka menghasilkan geladir banyak sehingga berpotensi sebagai pembentuk cendawan. Menurut SPREADBURY (1978) bahwa kelinci dengan rumit jasad 1 kg menghasilkan 28,0 g cirit lunak per hari dan mengandung 3 g protein serta 0,35 g nitrogen berpunca kuman atau seimbang 1,3 g zat putih telur. Beralaskan hasil diatas maka residu kelinci tinggal potensi sebagai serabut organik buat tumbuhan. KEBUTUHAN PUPUK ORGANIK Plong BERBAGAI TANAMAN Pemupukan merupakan penggalan terpenting. pelaksanaan bertanam Pada dasarnya tiap spesies tanaman memerlukan jamur yang berlainan lakukan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik dan hasil yang tinggi memerlukan penanganan yang baik pula, antara lain suplai unsur hara yang cukup dan seimbang. Jamur organik yang digunakan lakukan tumbuhan rata-rata mempunyai ponten hara rendah, sehingga menyebabkan dosis penggunaannya jenjang. Unsur nitrogen, fosfor dan kalsium yang merupakan zarah terdahulu diperlukan tanaman privat besaran banyak (SUWANDI et al., 1985). Anasir hara nan diperlukan pada berbagai ragam spesies tumbuhan begitu juga plong Grafik 1. Dengan memahami serapan hara sreg tanaman, maka dapat diketahui dosis dan jenis serat nan tepat pada tumbuhan yang dibudidayakan.
Tabel 1. Rekaan serapan hara maka dari itu bervariasi tumbuhan (KARAMA et al., 1991) Serapan (kg/ha) Jenis pohon
Falak
P2O5
K 2O
S
Hasil n/ha
Jagung Ubi kayu belanda Gabah Kubis Wortel Alfalfa Jukut Jagung muda Stylosanthes
120 175 100 370 125 240 300 210 570
50 80 50 85 55 65 90 80 140
120 310 160 480 200 170 360 250 530
25 20 10 80 25 35 25 60
6 40 6 70 30 9 12 70 20
157
Lokakarya Nasional Potensi dan Kebolehjadian Pengembangan Persuasi Agribisnis Kucing belanda
Serapan unsur hara tiap pohon juga mempengaruhi produksinya. Pada Grafik 1 terlihat bahwa pada tanaman kol, kentang dan jagung muda menyerap molekul N, P2O5 dan K2O nan minimum jenjang, hasil juga makin tahapan, sedangkan plong tanaman pakan serapan teratas unsur nitrogen. Peristiwa ini disebabkan bahwa tumbuhan pakan dipanen detik pertumbuhan vegetatif kerjakan memperoleh hijauan yang optimal baik kualitas atau jumlah. Pada pertumbuhan tersebut membutuhkan hara nitrogen yang tinggi. Peranan pupuk organik selain untuk pertumbuhan tanaman sekali lagi dapat memperbaiki derajat keasaman lahan (pH). Tumbuhan pakan jenis suket gajah yang diberi pupuk organik setelah 7 mungkin bacok selalu terjadi kenaikan pH petak bermula 4,92 sebatas 6,41. Diagram 2. Pengaruh pupuk terhadap kenaikan pH persil pada pertanaman jukut Tuanku Perlakuan
PH persil
A. kontrol
4,86
B. serabut 5t/ha/potong: Pancung I
4,92
Sembelih II
5,46
Potong III
5,81
Potong IV
5,76
Tikam V
5,68
Cucuk VI
6,53
Potong VII
6,41
Sumur: SIREGAR (1991)
Plong Tabulasi 2 diatas menunjukkan bahwa kontrol jamur kandang pula mengedit pH petak dari 4,86 menjadi 6,41 setelah debirokratisasi ke 7. Peristiwa ini memberikan prospek nan baik dalam lembaga perbaikan tanah nan bersoal.karena meningkatkan ketersediaan elemen hara bakal tumbuhan. Menurut ISMUNADJI et al. (1991) bahwa keasaman lahan berperan berfaedah terhadap ketersediaan hara terutama fosfat dan akan mengefisiensikan pupuk fosfat yang diberikan plong kapling. Tingkat produksi tanaman yang jenjang memerlukan anasir fosfat yang tinggi sekali lagi.
158
Atak kimia endap-endap bilang varietas ternak Pemanfaatan kawul organik ini terutama serat kandang telah lama dikenal para petambak sayuran di Indonesia, lebih-kian mereka seperti itu yakin kemampuannya dalam meningkatkan hasil. Sistem pencernaan kucing tupai berbeda dengan peliharaan ruminansia, sehingga kas jingkir elemen hara puas kotorannya kembali farik (Grafik 3). Menurut UDEN dan VAN SOEST (1982) bahwa sistem pencernaan plong terwelu memafhumi serat agresif bertambah rendah karena waktu transit yang cepat kerumahtanggaan saluran pencernaan. Kemudian tata letak cerih kucing bajing sabar dan diselaputi mukosa nan mengandung objek protein tingkatan (28,5%) sedangkan sreg kotoran kerasnya 9,2%. KNUTSON et al. (1977) mengedepankan bahwa tingginya protein ini disebabkan populasi mikroba internal sekum yang lampau aktif internal memanfaatkan nitrogen berpangkal urea darah nan ikut sekum dan protein patogen ini turut bersedekah tingginya garis hidup zat putih telur dalam feses. Plong Diagram 3 terlihat nitrogen dan fospor cendawan kandang berpangkal cirit terwelu makin hierarki dibandingkan ternak ruminansia, hanya masih bertambah tekor dibandingkan dengan cirit unggas dan guano. Lebih rendahnya ini disebabkan faktor perut, ternak unggas maupun kalam pereka cipta guano dengan makanan terdepan ponten-bijian dan serangga nan n kepunyaan perut protein bertambah jenjang ketimbang serabut kasarnya. Pendayagunaan probiotik pada kotoran kucing belanda Piaraan kelinci pemeliharaannya masih seumpama dalih, sehingga hajat terwelu yang dihasilkan masih invalid. Geladir kucing tupai belum awam digunakan bak pupuk tanaman karena jumlahnya nan masih terbatas. Dengan terbatasnya pupuk guli maka mutunya teristiadat ditingkatkan semoga mudah dipromosikan. Riuk satu propaganda yang dilakukan Auditorium Pendalaman Ternak yaitu pemanfaatan berak kelinci dengan penambahan probiotik (probion, biovet dan trichoderma) nan dicampurkan bagi mendukung proses dekomposisi. Kas perbaraan atom hara hasil dekomposisi termasuk lega Tabel 4.
Sanggar kegiatan Nasional Potensi dan Kebolehjadian Ekspansi Operasi Agribisnis Kelinci
Grafik 3. Tata letak kimia baja kelinci dan beberapa spesies piaraan (% jumlah) Jenis cendawan
Cakrawala
P
K
Ca
Mg
S
Biri-biri
2,0
1,5
3,0
5,0
2,0
1,5
Embek arab
2,45
1,13
3,5
1,47
0,76
0,52
Sapi
2,0
1,5
2,0
4,0
1,0
0,5
Unggas
5,0
3,0
1,5
4,0
1,0
2,0
Kerbau/sapi
2,0
1,5
2,0
4,0
1,0
0,5
Guano
8,5
5,0
1,5
7,5
0,5
2,0
Aswa
2,0
1,5
1,5
1,5
1,0
0,5
Kelinci
2,62
2,46
1,86
2,08
0,49
0,36
Perigi: KARAMA et al. (1991) Tabel 4. Komposisi kimia jamur kelinci dengan penyisipan probiotik Diversifikasi kawul
Cakrawala
P
K
Ca
Mg
S
Kelinci
2,62
2,46
1,86
2,08
0,49
0,36
Meong belanda + Probion
2,56
2,72
2,01
4,78
0,17
0,58
Kelinci + Biovet
2,22
2,20
1,65
3,38
0,96
0,44
Kucing belanda + Trichoderma
2,06
2,28
2,11
2,90
0,99
0,40
Mata air: SAJIMIN et al. (2003)
Pada Tabulasi 4 menunjukkan bahwa hajat kelinci nan diberi probiotik kandungan fosfor dan kalsium lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Padahal atom lainnya tampak bukan berbeda. Atak demikian selepas diujicoba puas pokok kayu dengan hasil seperti pada Diagram 5, 6 dan 7. Pemakaian pupuk kelinci bakal beberapa varietas tanaman Ketersediaan berak kelinci tidak sama dengan pungkur ternak lainnya, namun negeri-daerah
tertentu sudah lalu memanfaatkan buat bilang jenis pokok kusen. Pengusahaan geladir kucing tupai dibandingkan dengan kotoran ayam jago pada plural sayuran di Sulawesi Daksina menunjukkan eskalasi produksi sebesar 2,1% (jagung sayur), 11,8% (kubis), 12,5% (buncis), 22,7% (polong ahmar) dan 5,5% (kentang) (NOOR et al., 1996). Diagram 4 menunjukkan kenaikan hara ini pula berwibawa plong produksi tumbuhan sebagaimana puas rumput Panicum maximum dan Stylosanthes hamata (Tabel 5).
Diagram 5. Produksi bobot cengkar rumput Panicum maximum dan S. hamata dengan karunia baja kotoran kelinci (SAJIMIN et al., 2003) Pokok kayu pakan Pemotongan ke I II III IV V VI
A 22,7 47,4 63,8 45,7 22,5 12,4
P. maximum B 25,8 34,7 22,8 21,2 16,3 12,5
C 1,3 8,2 9,1 3,0 1,9 1,3
A 8,5 14,3 21,2 25,8 17,3 11,8
S. hamata B 2,0 8,5 17,8 18,2 5,5 10,5
C 2,3 8,2 7,9 9,5 7,7 8,5
Keterangan: A: serabut kucing belanda + probion; B: Pupuk kelinci + biovet; C: rabuk kucing tupai + trichoderma
159
Padepokan kerja Nasional Potensi dan Probabilitas Pengembangan Usaha Agribisnis Kucing tupai
Diagram 6. Rataan produksi ubi belanda kg/m2 dan kubis g/m2 yang diberi serat kelinci Produksi sayuran (kg/m2) Perlakuan
Kentang
Kol Kubis
Limbah
Probion + jamur terwelu
2,94
2,78
1,56
Biovet + pupuk kelinci
2,83
2,00
1,30
Trichoderma + rabuk terwelu
3,02
0,72
0,82
Pupuk kelinci
2,52
2,20
1,42
Kontrol (perlakuan penanam)
2,85
1,50
1,44
Sumber: SAJIMIN et al. (2003)
Pada Tabulasi 5 tersebut terpandang bahwa respon baja kelinci pada jukut dan leguminosa berbeda horizon domestik hal produksi hijauan. Pada rumput P. maximum sepanjang 6 siapa penuaian produksi stabil dicapai penuaian ke 2, 3 dan ke 4, setelah itu produksi melandai dan penurunan mengaras 50%. Padahal pada S. hamata produksi stabil dari sembelih ke 2, 3, 4 dan ke 5, penghamburan 30%. Malah puas perlakuan penambahan trichoderma plong penggal ke 6 masih stabil (bertambah panjang) dibandingkan dengan lainnya. Peristiwa ini kemungkinanan disebabkan pohon S. hamata merupakan tipe leguminosa yang dapat menambat nitrogen bebas pecah gegana untuk pertumbuhaan tanaman seorang. Berlandaskan hasil diatas maka pron bila penurunan produksi pohon pakan teradat segera dilakukan anugerah kawul jamur kelinci pula agar produksi berikutnya stabil. Tanaman sayuran Begitu juga galibnya tanaman sayuran nan diusahakan pekebun lazimnya didaerah plato. Tanaman ini memerlukan perabukan yang intensif dengan jumlah banya, terutama unsur nitrogen, fosfor dan zat kapur serta atom mikro. Untuk menetapi kebutuhan tersebut pekebun memasrahkan pupuk kandang dalam jumlah banyak dan masih ditambahkan jamur ilmu pisah. Dari hasil percobaan lega Tabulasi 6 tanaman kentang dan kubis nan belaka diberi baja terwelu ternyata alhasil lain banyak berlainan dengan hasil perlakuan petambak yang menunggangi pupuk kandang ayam jago dan pupuk ilmu pisah. Lega Diagram 6 terlihat bahwa biasanya produksi kentang termulia plong perlakuan
160
probiotik 3,02 kg/m2 (perlakuan serabut terwelu + trichoderma) kemudian diikuti 2,94 kg/m2 (kawul kucing tupai + probion) dan 2,83 kg/m2 (rabuk kelinci + biovet) Sementara itu perlakuan jamur kucing belanda 2,52 kg/m2 yang menjurus perlakuan supremsi (perlakuan petani) 2,85 kg/m2. Pendayagunaan jamur kelinci nan ditambahkan probiotik rata-rata meningkatkan hasil sebesar 16,3%. Produksi tanaman kubis dan hasil sertaan (limbah) tertinggi dicapai puas perlakuan cendawan kelinci + probion (2,78 kg/m2) dengan limbah 1,56 kg/m2. Berdasarkan hasil tersebut maka pemakaian probiotik pada pupuk terwelu boleh meningkatkan hasil kubis sebesar 5% dari perlakuan petani. Hasil tersebut mmperlihatkan bahwa endap-endap terwelu bisa meningkatkan daya guna penggunaan pupuk anorganik. Selain itu pula dapat meningkatkan produksi pokok kayu kentang dan kol teertama yang ditambahkan probiotik plong hari dekomposisi pupuk. KESIMPULAN Mulai sejak hasil pembahasan bisa disimpulkan bahwa pupuk kandang dari sisa kelinci berwibawa konkret terhadap pertumbuhan maupun produksi rumput P. maximum dan leguminosa S. hamata setelah 6 kali panen (umur 258 hari). Sedangkan dengan penambahan probiotik pada serat kucing tupai interaksinya mutakadim menerimakan pengaruh nyata puas pohon pakan dan meningkatkan produksi hijauan sebesar 34,8–38,0%. Tata letak alamat organik C: N proporsi, unsur makro dan mikro lebih pangkat pada rabuk
Lokakarya Kewarganegaraan Potensi dan Peluang Pengembangan Operasi Agribisnis Kucing belanda
terwelu yang ditambahkan probiotik puas periode proses dekomposisi. Penggunaan probiotik sreg pupuk kelinci cak cak bagi pokok kayu sayuran kentang dan kubis juga berdampak berwujud dimana dengan perlakuan trichoderma rata-rata produksinya makin tinggi 16,3% (kentang) dan 5% (kol) dibanding tanaman supremsi. DAFTAR Teks FARRELL, D.J. dan Y.C. RAHARJO. 1984. The potensial for meat proction from Rabbits. Ouslibangnak. Bogor Insonesia. KNUTSON, R.S., R.S. FRANCIS, J.L. HALL, B.H. MORE and J.F. HEISINGERS. 1977. Comp. Biochem. Physiol. 58: 151. HONG, G.B. 1991. Syarat Tanah bagi Fertilisasi Efektive. Pros. Padepokan kegiatan Kebangsaan Efisiensi pemakaian pupuk V. Cisarua. Puslittanak. Bogor. ISMUNADJI, M., S. PARTOHARDJONO dan A.S. KARAMA. 1991. Fospor: Peranan dan penggunaannya intern Bidang Perkebunan. P.Selokan langit. Petrokimia Gresik dan Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. KARAMA, A.S., A.R. MARZUKI dan I. Manwan. 1991. Penggunaan pupuk organik pada tanaman hutan. Pros. Sanggar kerja Nasional Tepat guna pemakaian pupuk V. Cisarua. Puslittanak. Bogor.
NOOR, N., Y.C. RAHARJO, MURTIYENI dan R. HARYANI. 1996. Pemanfaatan Usahatani Sayuran Bagi Pengembangan Agribisnis Kucing tupai di Sulawesi Selatan. Kenyataan Penelitian. Balitnak Ciawi-Balittan Maros. Puslitbangtan. p. 42. SAJIMIN, Y.C. RAHARJO, N.D. PURWANTARI dan LUGIYO. 2003. Integrasi sistem usaha ternak sayuran berbasis terwelu di sentra produksi sayuran ceduk tinggi: Pengkayaan soren kucing tupai dan pemanfaatannya dalam produksi sayuran organik dan tumbuhan pakan peliharaan Siaran Tahunan 2003. Balitnak Bogor. SIREGAR, M.E. 1991. Kebutuhan cendawan cak cak bagi ekspansi tanaman pakan ternak. Prosiding Kewarganegaraan Daya guna Penggunaan serat V. Puslitanak Bogor. SPREADBURY, D. 1978. The potensial for meat proction from Rabbits. FARREL, D.J dan Y.C. RAHARJO. 1984. Puslibangnak. Bogor Indonesia. SUWANDI, Mungkum langit. SUMARNI, S. KUSUMO dan Z. ABIDIN. 1985. Berpatut tanam kentang. Ubi belanda. Bodi Litbang. Balithort. Lembang. hlm. 63– 76. UDEN, P. and P.J. VAN SOEST. 1982. The potensial for meat proction from Rabbits. FARREL, D.J dan Y.C. RAHARJO. 1984. Puslibangnak. Bogor Indonesia. ZAINUDIN dan A. MUKTI Kilauan. 2000. Sistem usahatani sertifikat organik. Sistem usahatani Pohon Perkebunan. Sentral Penelitian dan pengembangan Tanaman Perkebunan. Bogor.
161
Source: https://holymayhem.com/komposisi-pupuk-padat-kotoran-kelinci-untuk-tanaman-sayuran/
Posted by: holymayhem.com