Tanaman Obat Yang Mengandung Alkaloid.wikipedia
Cinchona
adalah genus beranggotakan sekitar 25 macam dari kaki Rubiaceae yang mulai sejak dari Amerika Selatan tropika. Anggota genus ini berupa pokok kayu perdu ki akbar ataupun pokok kayu kerdil hijau abadi yang tumbuh hingga ketinggian 5—15 meter.
Kulit pohonnya yaitu sumber dari berbagai jenis alkaloid, yang paling kecil dikenal ialah kuinina, suatu paduan antipiretik (penawar demam) yang terutama digunakan privat pengobatan malaria. Dari banyak pelaksana kuinina, saja
C. officinalis
dan
C. pubescens
(syn.
C. succirubra) nan dibudidayakan internal perladangan.
C. officinalis
subsp.
ledgeriana
yang dipakai sebagai batang bawah. Kedua spesies ini dikenal intern perniagaan bagaikan tumbuhan
kina.
Persebaran dan Syarat Pertumbuhan
[sunting
|
sunting sumber]
Pesebaran tanaman Kina pada Andes Timur dan Peru.
Kina merupakan pohon dengan genus
Chinchona
sp. nan berasal dari Gunung-gemunung Andes. Kina merupakan pokok kayu dengan genus
Chinchona
sp. nan berasal dari Pegunungan Andes. Pohon ini bersemi puas ketinggian 1050 sebatas 1500 meter di atas meres laut. Di Indonesia, pohon ini dapat hidup di daerah dengan izzah 800 hingga 2000 mdpl, dengan keagungan optimum untuk budidaya sekitar 1400 sebatas 1700 mdpl. Curah hujan yang pola untuk budidaya kina yaitu 2000 sampai 3000 mm/waktu. Pokok kayu ini dapat tumbuh dengan baik pada temperatur 13.5 hingga 21 derajat Celcius, dengan kelembaban relatif surat kabar paling dalam satu waktu sekitar 68% hingga 97%. Karakteristik lahan yang cocok untuk budidaya Kina bersifat mampu, endut-endut, tidak bercadas dan berbatu, banyak mengandung bahan organik, serta memiliki derajat keasaman (pH) sekitar 4.6 setakat 6.5 dengan pH optimum sebesar 5.8.[1]
Spesies
[sunting
|
sunting sumber]
Kulit kina siap disortir. Foto koleksi KITLV.
-
Cinchona antioquiae
L.Andersson (1998). -
Cinchona asperifolia
Wedd. (1848). -
Cinchona barbacoensis
H.Karst. (1860). -
Cinchona × boliviana
Wedd. (1848). -
Cinchona calisaya
Wedd. (1848). -
Cinchona capuli
L.Andersson (1994). -
Cinchona fruticosa
L.Andersson (1998). -
Cinchona glandulifera
Ruiz & Pav. (1802). -
Cinchona hirsuta
Ruiz & Pav. (1799). -
Cinchona krauseana
L.Andersson (1998). -
Cinchona lancifolia
Mutis (1793). -
Cinchona lucumifolia
Pav. ex Lindl. (1838). -
Cinchona macrocalyx
Pav. ex DC. (1829). -
Cinchona micrantha
Ruiz & Pav. (1799). -
Cinchona mutisii
Lamb. (1821). -
Cinchona nitida
Ruiz & Pav. (1799). -
Cinchona officinalis
L. (1753) -
Cinchona parabolica
Pav. in J.E.Howard (1859). -
Cinchona pitayensis
(Wedd.) Wedd. (1849). -
Cinchona pubescens
Vahl (1790), syn.
C. succirubra -
Cinchona pyrifolia
L.Andersson (1998). -
Cinchona rugosa
Pav. in J.E.Howard (1859). -
Cinchona scrobiculata
Humb. & Bonpl. (1808). -
Cinchona villosa
Pav. ex Lindl. (1838). - Cinchona robusta
- Cinchona hybrida
Produksi Kina
[sunting
|
sunting mata air]
Terdapat dua spesies Kina yang utama, merupakan
C. succirubra
yang dipakai bagaikan mayit bawah dan
C. ledgriana
yang digunakan misal bahan tanaman layon atas. Di Indonesia banyak tanaman Kina diperbanyak dengan cara stek sambung batang asal dan atas. Tanaman ini dapat dibudidaya, dengan prinsip yang pertama dilakukan pembibitan dengan metode stek hubung, lalu sarana mempersiapkan lahan dan pemupukan lahan, selanjutnya dilakukan penanaman. Masa penghutanan Kina bisa dilakukan pada semula musim hujan angin untuk menghindari penguapan nan berlebihan. Pemanenan Kina dapat dilakukan saat musim kemarau.[1]
Produk Sekunder Tanaman Kina
[sunting
|
sunting perigi]
Manfaat sintesis alkaloid tanaman Kina ibarat obat berlawanan-malaria saat ini telah banyak digantikan dengan pengasosiasi anti-malaria sintetik yaitu chloroquine. Keadaan ini disebabkan karena munculnya agen penyebab malaria nan bersifat resisten terhadap remedi anti-malaria sebelumnya. Sehingga detik ini senyawa alkaloid pohon Kina, contohnya quinine, lebih banyak digunakan sebagai penambah rasa ki getir pada sejumlah tipe minuman, selain itu quinine digunakan dalam produksi sampo, minyak rambut, insektisida, agen
vulcanizing
pada produksi tiras, dan preparasi beberapa jenis logam. Fusi pohon Kina lain, seperti quinidine digunakan sebagai senyawa anti-arrythmic. Senyawa alkaloid terbit pohon Kina dapat dimanfaatkan n domestik pengobatan ophthalmia, internal haemorrhoid, dan
hiccups.[2]
Potensi di Indonesia
[sunting
|
sunting sendang]
Manfaat Kina yang dapat menjadi obat menyebabkan kebutuhannya semakin meningkat. Namun sayangnya, luas pertanian Kina milik negara menurun pada tahun 2009 sebatas 2014
[3]
.Hal ini menyebabkan tingkat produksi Kina cukup stagnan setiap tahunnya, yakni sekitar 500 ton per tahun. Fakta uniknya merupakan, bilang 90 tip kebutuhan Kina di dunia dipasok bersumber tipar Kina di daerah Priangan, Jawa Barat dan mempunyai industri di Bandung, Jawa Barat. Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah nan potensial kerjakan pengembangan Pohon Kina. Situasi ini didukung maka itu karakteristik topografi dan iklim yang sesuai dengan syarat pertumbuhan Pohon Kina.[4]
Produk Terdepan: Karakterisasi, dan Kualitas
[sunting
|
sunting sumber]
Penggalan anak uang, daun, dan kunarpa dari tanaman Kina.
Adegan tanaman kina yang diambil adalah kulit batang, dahan, cabang, dan ranting. Pemanenan ranting boleh dilakukan saat pokok kayu berusia 6-7 tahun dengan sengkang kian pecah 7 cm. Ranting dengan diameter kurang pecah 7 cm memiliki ketentuan quinine sulfate yang invalid. Kehidupan pohon Kina yang siap ditebang yakni antara 9 setakat 11 musim. Kina yang sudah lalu dipanen, selanjutnya diproses pada tahapan
downstream. Proses
downstream
tersebut melingkupi seleksi dari bagian tanaman yang tak diinginkan; pencucian untuk membeningkan kotoran mudah-mudahan kualitas kina tetap terasuh; pengeringan selama 2-3 hari di bawah sinar mentari alias hingga kadar air di bawah 8%; pemilahan sekali lagi; sangat dikemas puas wadah suci dan kedap udara; dan produk disimpan sreg ruangan kering. Kina yang diproduksi dari persawahan Indonesia punya standar loklok nan menyempurnakan tolok internasional, yakni memiliki kadar quinine sulfate lega kelas SQ7.[1]
Produksi Kina tidak memiliki sistem
grading. Namun, Kina yang siap dipasarkan harus intern bentuk yang kecil dan “druggist quills” nan memiliki panjang 30 cm, gempal 1-8 cm, serta ketebalan 2-6 mm. Beberapa spesifikasi penjualan Kina antara lain asal negara, warna didalam kulit kina, kelembaban, total konten alkaloid, quinine, quinidine, dan quinine sulfate. Standar konten alkaloid direpresentasikan dalam persentase QAA (quinine as anhydrous alkaloid) dan SQ (Quinine sulfate) dengan biji SQ-7 (quinine sulfate dengan 7 molekul air) ataupun SQ-2 (quinine sulfate dengan 2 molekul air).[5]
Kajian Metabolomik
[sunting
|
sunting sumber]
Tipe
Cinchona calisaya
menghasilkan beberapa metabolit. Salah satu metabolit Tanaman Kina yang banyak dianalisis merupakan metabolit yang berasal bersumber gerombolan alkaloid quinoline, yaitu quinine, quinidine, cinchonine, dan cinchonidine. Keempat metabolit ini memiliki aktivitas antimalaria. Alkaloid merupakan fusi metabolit sekunder nan banyak diproduksi oleh tumbuhan berpembuluh dan diproduksi sebagai respons terhadap pertukaran mileu. Senyawa alkaloid plong Pohon Kina banyak ditemukan lega putaran kulit pohon dan akar.[6]
Momen ini, analisis metabolit dengan intensi memisahkan, mengidentifikasi, serta mengkuantifikasi metabolit dari Tanaman Kina dilakukan melalui metode TLC, HPTLC, HPLC, LC-MS, dan elektokromatografi.[7]
Ki gua garba alkaloid di dalam kulit kayu pohon Kina dapat dideteksi dengan cara mengekstraksi apalagi dahulu senyawa alkaloid semenjak kulit kayu tumbuhan Kina. Jangat gawang terlebih adv amat dipisahkan dari lichen yang berpasangan. Habis, indra peraba kayu digiling dengan mesin. Lebih jauh, jangat dilarutkan internal DMSO (Dimethyl sulfoxide) dan sel dilisiskan dengan metode ultrasonikasi. Setelah diultrasonikasi, ditambahkan larutan metanol 70% yang mengandung bersut format 0.1%, silam sekali lagi diultrasonikasi. Lebih jauh, fusi tersebut disentrifugasi untuk mendamaikan komponen alkaloid dengan debris sel.
Recovery
komoditas dsri proses ekstraksi ini dapat menyentuh 73%.[6]
Tembolok paduan alkaloid quinoline ini farik sreg setiap macam Pohon Kina.[8]Analisis metabolit alkaloid pada Pohon Kina
Cinchona calisaya
dapat dilakukan dengan pendekatan
Targeted approach. Pertama, senyawa alkaloid diekstraksi berpangkal indra peraba batang dan akar tunjang Pohon Kina. Lalu, pendeteksian keempat paduan alkaloid ini boleh dilakukan dengan menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Metode amatan menggunakan HPLC bisa memisahkan serta mengkuantifikasi berbagai rupa jenis senyawa alkaloid yang terkandung dalam Pohon Kina. Berdasarkan hasil analisis dengan metode HPLC, didapatkan hasil bahwa pemfokusan paduan quinine minimal tinggi dibandingkan metabolit kelompok alkaloid lainnya, diikuti oleh quinidine, cinchonine, dahulu cinchonidine.[6]
Selain senyawa alkaloid quinoline, genus
Cinchona
sp. juga mengandung metabolit alkaloid indole-type minor seperti cinchonamine; quinamine, tetracyclic 3-isocorynantheil, pentacyclic aricine, cinchotannic yang apabila terjadi oksidasi, akan menghasilkan pigmen bercat sirah nan menyebabkan kulit pohon berwarna kemerahan. Selain senyawa kerubungan alkaloid, terdapat pula senyawa non-alkaloid sebagaimana kelompok asam fenolik, contohnya caffeic, chlorogenic, protocatechic
p-coumaric acid, epicatechin, phenylpropane-substituted flavane-3-oles – cinchonaines, triterpene, quinovic acid, glycoside quinovin, cincholic acid, anthocyanosides, flavonoid, dan anthraquinones.[7]
Pranala luar
[sunting
|
sunting sumur]
- Quinine kerumahtanggaan laman Tropical Plant Database
- The Story of Cinchona Ledgeriana
-
^
a
b
c
Distan Wilayah Jogja. 2018.
Chinchona
spp. [Online]. https://distan.jogjaprov.go.id/wp-content/download/tanaman_obat/kina.pdf -
^
Plantuse. 2016.
Cinchona
(PROSEA). [online]. https://uses.plantnet-project.org/en/Cinchona_(PROSEA) diakses pada 22 Mei 2019. -
^
Alat angkut, 4 Vision. “Kina”.
Jawatan Perkebunan Provinsi Jawa Barat
. Diakses rontok
2019-04-25
.
-
^
Suciyati, N. 2017. Evaluasi Kesesuain Lahan Tanaman Kina di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat menggunakan Sistem Informasi Geografi. Perkumpulan Pendidikan Indonesia. -
^
Nair, K. P. Prabhakaran. (2014).
The Agronomy and Economy of Important Tree Crops of the Developing World. Elsevier Science. ISBN 9780123846785. OCLC 956669866.
-
^
a
b
c
Maldonado, Carla; Barnes, Christopher J.; Cornett, Claus; Holmfred, Else; Hansen, Steen H.; Persson, Claes; Antonelli, Alexandre; Rønsted, Nina (2017-03-22). “Phylogeny Predicts the Quantity of Antimalarial Alkaloids within the Iconic Yellow Cinchona Bark (Rubiaceae: Cinchona calisaya)”.
Frontiers in Plant Science.
8. doi:10.3389/fpls.2017.00391. ISSN 1664-462X.
-
^
a
b
Kacprzak, Karol Michał (2013). Ramawat, Kishan Gopal; Mérillon, Jean-Michel, ed.
Natural Products
(n domestik bahasa Inggris). Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg. hlm. 605–641. doi:10.1007/978-3-642-22144-6_22. ISBN 9783642221439.
-
^
Toruan-Mathius, Nurita; Reflini, .; Nurhaimi-Haris, .; Joko-Santoso, .; Priangani-Roswiem, A (2016-03-08). “Kultur akar tunggang surai Cinchona ledgeriana dan C. succirubra dalam kebudayaan in vitro Hairy root culture of Cinchona ledgeriana and C. succirubra by in vitro culture”.
E-Journal Menara Perkebunan.
72
(2). doi:10.22302/iribb.jur.mp.v72i2.123. ISSN 1858-3768.
Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Cinchona
Posted by: holymayhem.com