Spora Jamur Pada Tanaman Buah Wortel


“Obatnya palsu !”.


“Kualitasnya merosot !”.


“Mangsa aktifnya dikurangi !”

Begitu kata majemuk yang cinta saya dengar mulai sejak beberapa serikat dagang petani nan mulai terbang arwah tatkala tanamannya tak tandang sembuh dari gempuran jamur kuman. Padahal tidak kurang-kurang disemprot fungisida secara rutin, malah sudah lalu bilang merek dipakai dan dikombinasi. Ah, apa iya liar? Apa iya kualitasnya ataupun kandungan objek aktifnya dikurangi? Saya rasa tidak. Saya percaya kawan-kawan peladang ini cuma bergurau.

Munculnya pertanyaan sebagaimana pada judul di atas tentunya karena Anda mutakadim berupaya mengerjakan pengendalian dengan maksimal dan sesuai anjuran, diantaranya :

  • Menggunakan produk fungisida dengan bahan aktif yang sesuai dengan alamat.
  • Sudah membaca dan mengikuti petunjuk petisi baik dosis maupun intervalnya.
  • Mutakadim menggunakan produk perekat (buat fungisida kontak), atau penembus (untuk fungisida sistemik)
  • Tidak mencampur fungisida dengan kian dari 3 tipe keberagaman pestisida lain, dan setiap melakukan pencampuran dengan cara diencerkan lebih lagi dulu (tidak privat kondisi pekat).

Namun kenapa bidasan jamur masih terus menerus terjadi? Pasti ada sesuatu yang luput dari perhatian kita. Mari kita bahas dan luruskan ini bersama-sama di sini.



Pertama :


Coba sejurus kita perhatikan tanaman nan masih sehat di kebun, daunnya plonco, segar dan mulus. Sekilas tanaman itu baik-baik saja, dan akan aman-lega dada sahaja. Doang andaikata kita gunakan mikroskop buat mengawasi bagian permukaan daun, mungkin kamu akan dapat melihat spora-spora berukuran mikron yang merupakan sperma fungi bibit penyakit bersanding nyaman di meres daun. Spora-spora tersebut sedang dalam keadaan dorman ataupun tidur karena kondisi permukaan dimana mereka menempel dan lingkungannya belum memungkinkan bagi berkecambah. Seperti biji-biji jagung yang keteter di kapling nan masih kering, tidak akan berkecambah selama tanah masih kering dan lain diberi rabuk.

Ketika saatnya nanti kondisi lingkungannya sudah memungkinkan, spora-spora fungi tersebut akan pecah dorman, mengaktifkan
haustorium
atau “akar” nan menembus bidang tanaman untuk menghisap zat makanan bermula tanaman. Sejak itulah infeksi dimulai. Fungi merecup berkembang menginfeksi tanaman dan memacul nutrisi dari dalam tanaman. Pada tutul tertentu urut-urutan kemustajaban ini semakin tidak terselesaikan dan menimbulkan gejala dan dampak yang merusak sel-sel tumbuhan.

Tingginya kelembaban udara (gegana nan basah dan suam) dan faktor pH permukaan tanaman dahulu membantu proses berkecambahnya spora fungi basil. Kelembaban udara nan panjang menyebabkan penjara-sel pokok kayu menjadi turgid, sedangkan keasaman permukaan membuat dinding sel pohon alias cangkang spora fungi menjadi lunak. Spora lebih mudah “menetas” dan berkecambah, dan terungku-bui tumbuhan yang melunak akan mudah ditembus oleh haustorium fungi. Kita bayangkan saja meres tanaman seperti mana petak, sedangkan spora fungi adalah kredit jagung. Ketika petak basah dan lembab akan menjadi kepala dingin dan biji milu akan mudah berkecambah dan mengembangkan akar di dalam tanah bakal menghisap hara.

Darimanakah asal sepuhan asam pada rataan tumbuhan? Dapat semenjak air hujan terutama nan anjlok di lilin lebah hari dan embun.

Di provinsi gunung berapi aktif, air hujan berpotensi mengandung asam sulfat (alias sulfid?), di  provinsi pinggir pantai mengandung asam klorida (HCl), sedangkan di wilayah-wilayah nan banyak petir terbentuk cemberut nitrat (atau nitrit?), dan di perkotaan padat kendaraan cemberut carbonic. Sehingga dikenal dengan istilah hujan asam yang bagi sebagian orang sensitif caruk membuat atasan terasa pusing ketika kehujanan. Jikalau hujan turun puas malam hari, esoknya paduan bersut berkolaborasi dengan carbon dan pencemar-pencemar yang ada di udara membentuk senyawa cemberut organik, plus serbuk-serdak mikro yang melapisi meres daun tanaman. Seolah-olah permukaan tanaman jadi petak subur bakal pertumbuhan spora cendawan nan awal tak kasat netra.


Tanaman adalah suatu kebun mikro untuk fungi bibit penyakit. Dimana spora ialah benih yang terpatri, permukaan tanaman adalah alat angkut tumbuhnya dan fungi itu koteng adalah tanamannya. Sedangkan tanaman yang lemah seperti tanah yang berkemut-kemut dan fertil bagi fungi. Fusi-sintesis asam adalah kawul dasarnya.

Lantas apakah penggunaan fungisida akan cuma-cuma? Lain, namun kita harus tahu bilamana, bagaimana, dan barang apa fungisida yang harus kita pakai. Ketika tanaman masih tampak sehat dan belum muncul gejala serangan fungi patogen, gunakan fungisida preventif cak bagi mecegah ataupun mematikan fungi moga tak berkecambah, lazimnya berupa fungisida kontak. Namun saat mutakadim tampak gejala infeksi gunakan fungisida kuratif bagi membancang maupun menjagal jamurnya.

Di tengah kita berupaya menguasai bidasan fungi patogen dengan aplikasi fungisida,  masih akan ada spora-spora pelimbang, yang memanfaatkan celah musim dimana efikasi fungisida mulai berkurang. Maka spora-spora akan berkembang cepat menjadi koloni baru nan terus menginfeksi selama kondisi meres tanaman masih seperti nan saya bahas di atas.

Anju awal dalam mencagar tanaman dari fungi kuman adalah “berprasangka” adanya spora-spora yang terinvestasi di bidang tanaman atau lingkungannya. Apabila di malam perian anjlok hujan, segera di pagi harinya injeksi tanaman dengan bulan-bulanan yang dapat mengurangi alias menetralisir keasaman puas permukaan tanaman. Anda bisa memperalat KLINOP yang adalah mineral aktif dengan kemampuan menyerap campuran senderut dan anion spontan menyerahkan lapisan pelindung kasatmata partikel mineral kationik nan mempersulit spora fungi berkecambah. Aplikasi KLINOP boleh menjadi upaya pencegahan sebelum spora aktif berkecambah, atau spora-spora pendatang baru ditengah upaya pengendalian dengan fungisida.



Kedua :


Selain air hujan abu malam hari, penyemprotan pupuk daun nan bertabiat asam juga berpotensi memencilkan laoisan asam pada permukaan daun. Penggunaan pupuk patera memang tak boleh ditinggalkan karena penting buat akselerasi pencukupan kehilangan hara secara cepat terutama pasca serangan hama / ki kesulitan, tapi di sisi bukan juga menguntungkan dagi tanaman (fungi). Maka dianjurkan memperalat rabuk patera yang mempunyai kisaran pH antara 6,5 hingga 8. Beberapa pupuk daun yang direkomendasikan dan n kepunyaan kisaran pH tersebut diantaranya PRONUM (vegetatif), FOCUS K (generatif), dan untuk yang organik ORBIOS dan STARKA.



Ketiga :


Fokus para aplikator fungisida yang saya amati biasanya hanya puas tanaman. Sementara itu nan namanya spora suka-suka dimana-mana termaktub di atas mulsa juga plong daun-daun yang sudah ranggas di tanah. Spora nan dorman akan terbujuk angin, tungkai serangga, tangan anak adam, renjis ceng hujan abu yang memantul mengenai patera, dan beberapa jalan lainnya. Hasilnya mereka akan pula pula ke tanaman, dan semacam itu kondisi memungkinkanmereka akan kembali menyerang tanaman.

Saran saya sebaiknya penyemburan fungisida kontak ditargetkan sekali lagi plong mulsa, bidang lahan, terima kasih-syukur pada pokok kayu nan ada di seputar tanaman kita. (Cukup yang berdekatan hanya, enggak perlu semuanya). Kalau ingin hemat pakailah bahan perata/pembasah atau surfaktan.



Keempat :

Pertahanan alamiah pohon yang cacat perumpamaan benteng tanpa serdadu penjaga sehingga mudah ditembus maka dari itu musuh. Selama fase vegetatif tanaman masih ki berjebah mempertahankan diri terhadap penyakit dan kondisi ekstrim mileu dengan aktif membentuk sintesis
fitoaleksin
(semacam antibiotik yang dibentuk secara alamiah untuk menangkal serangan bibit penyakit dan tekanan asing). Ini karena beban metabolisme tanaman masih ringan. Sedemikian itu memasuki masa primordia bunga, barang bawaan metabolisme meningkat tajam, energi pohon terukuras lakukan mensintesis karbohidrat. Dan akan semakin berat manakala pohon kreatif pada fase generatif. Kira-sangka sama kondisinya dengan seorang wanita nan sedang hamil. Tanaman tak lagi optimal membentuk fitoaleksin. Itulah sebab mengapa serangan patogen lebih sering menggila di saat-saat tanaman berangkat menjelang mulai sejak hingga bebuah. Karenanya musuh yang sejak lama sudah bercokol dengan mudahnya menerobos. Ditambah lagi kondisi iklim nan tidak membantu seperti momen transisi musim pun timbrung memperlemah toleransi tanaman. Inilah yang disebut faktor abiotik dan membuat metabolisme adaptif pokok kayu menjadi ganar.

Mempersiapkan daya tahan menjelang fase-fase kritis tersebut sangat membantu n domestik upaya menekan jalan fungi bakteri. Saran saya cukupi nutrisi terutama fosfat menjelang tanaman mulai sejak. Karena fosfat adalah objek pembentuk adenosine tri-phosphate (semacam sendang energi bakal pokok kayu), agar stok energi tanaman mencukupi saat menghadapi tekanan asing (serangan hama penyakit dan cuaca).

Selain mencukupi cadangan energi, aplikasi zat kapur berbentuk tepung tidak larut air juga sangat direkomendasikan. Zat kapur merupakan keseleo satu komponen terdahulu penyusun dinding kerangkeng tanaman. Dengan kecukupan kalsium dinding interniran yang terbentuk kian deras dan kokoh sehingga menyulitkan haustorium fungi bagi menembusnya.

Satu situasi lagi, kebiasaan mencampur bineka produk fungisida dalam sekali penyemprotan, dan eksploitasi dosis melebihi anjuran ditengarai menjadi penyebab melemahnya kemampuan tanaman membentuk fitoaleksin. Dapat lagi terjadi tanaman anda selain melawan gempuran patogen sekali lagi harus menimbangi fitotoksisitas racun pestisida nan berlebihan. Kadang kita menyangka satu gejala plasmolisis akibat gempuran kawul itu ialah dampak dari serangan cendawan itu seorang. Bagaimana uang sogok-tips mencampur pestisida yang ter-hormat, akan kita bahas sreg artikel lain.




“Selamat berusaha ! Sebaiknya setiap propaganda kita membagi hasil sesuai intensi.”

Source: https://bumikita.id/artikel/detail/Inilah-Penyebab-Sulitnya-Mengatasi-Serangan-Jamur

Posted by: holymayhem.com