Bogor (ANTARA) – Organisasi nirlaba global Forest Stewardship Council (FSC) meluncurkan Standar Pengelolaan Hutan (SPH) untuk pekebun-hutan di Yogyakarta, Selasa (28/6) 2022.

“FSC menerbitkan standar sertifikasi khusus untuk petani hutan nan relevan dengan peristiwa para petani-hutan, serta realistis dan bisa dicapai, yang ditulis dalam bahasa sederhana yang dapat dipahami dan dipenuhi makanya para orang tani-hutan,” introduksi Country Manager FSC Indonesia Hartono Prabowo dalam santiaji wahana yang dikirimkan kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Selasa.

FSC adalah organisasi nirlaba mendunia yang didedikasikan bagi memromosikan pengelolaan wana yang bertanggung jawab di seluruh dunia.

Baca juga: FSC-Indonesia sumbang 1.000 pohon ke SMK di Jaksel

Berkantor pusat di Bonn, Jerman, sebagai solusi tata hutan lestari paling terpercaya di mayapada, sertifikasi FSC memastikan bahwa hasil jenggala dikelola dan dipanen secara bertanggung jawab.

Anda mengatakan alas rakyat merupakan mal negara nan layak didukung karena memiliki potensi yang samudra lakukan menopang perekonomian rakyat tanpa mengorbankan keabadian rimba.

“Sertifikasi merupakan alat untuk menyorong manajemen hutan nan berkelanjutan sewaktu meningkatkan daya produksi petani alas,” katanya.

Namun, kata dia, seringkali menjadi momok karena persyaratannya dianggap runyam, sedangkan kegiatan operasional pembajak pangan memiliki dampak lingkungan yang cacat dan tingkat risiko yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan pengelolaan hutan perimbangan besar.

Baca juga: “FSC Friday” sosialisasikan tata pangan berkewajiban

Maka itu karena itu, kata Hartono Prabowo, dengan menerbitkan standar sertifikasi khusus untuk petani alas diharapkan orang tani-hutan dapat meningkatkan kinerja dan produktivitasnya privat tata hutannya secara berkelanjutan, bertanggungjawab dan berkeadilan dengan sertifikasi FSC.

Peluncuran Standar Pengelolaan Hutan (SPH) bagi petambak-hutan di Yogyakarta, Selasa (28/6/2022) oleh Organisasi nirlaba global Forest Stewardship Council (FSC). FOTO ANTARA/HO-FSC Indonesia

Temporer itu Policy Manager Maktab Regional FSC Asia Pasifik, Thesis Budiarto menyatakan pihaknya sebagai lembaga nirlaba yang memurukkan pengelolaan alas dunia yang per-sisten, rimba rakyat dan petani-hutan pun bermakna sehingga FSC mendukung agar pembajak wana dapat menanggulangi tantangan yang dihadapi.

Dukungan FSC terhadap pembajak wana, kata dia, antara enggak dengan menerbitkan standar sertifikasi kelompok, dan anak bungsu khas di daerah Asia Pasifik, tertulis Indonesia, dengan menerbitkan standar sertifikasi khusus tata hutan bagi orang tani-hutan yang bisa memperbesar akal masuk petani-alas mengerjakan tata secara per-sisten.

“Sehingga mendapatkan manfaat yang luas dari sertifikasi tersebut,” kata Thesis Budiarto.

Baca lagi: Heterogen sekolah disasar FSC-Indonesia kenali produk berkelanjutan

Marketing and Communication Manager FSC Indonesia Indra Tetap Dewi menambahkan selain peluncuran SPH bikin petani hutan, kegiatan di Yogyakarta selama tiga hari (28-30/6) itu sekali lagi digelar sanggar kerja/kalibrasi Standar Manajemen Pangan bagi petani-hutan di Indonesia.

Lokakarya diikti pemangku fungsi terkait sebagai halnya petani-hutan ataupun kerubungan petambak-hutan, Rencana Sertifikasi FSC maupun auditor independen, CSO dan organisasi kepercayaan sertifikasi penanam-alas.

Selain itu, akademisi, rajah donor, dunia kampanye yang mendukung dan menggunakan material dari petani-hutan, pemangku kemujaraban yang berminat dengan sertifikasi petani-wana dan pihak lain yang mendukung sertifikasi petambak-hutan.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan kop:
FSC luncurkan standar sertifikasi SPH Orang tani-Hutan di Yogyakarta