Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Sayuran Daun Pdf
Ilmu bentuk kata Pohon dan Fase Pertumbuhan Jagung Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti Balairung Penelitian Tanaman Serealia, Maros
PENDAHULUAN Jagung (Zea mays L) yakni pohon semusim dan termasuk variasi rumputan/graminae yang n kepunyaan kunarpa individual, supaya terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan plong bilang genotipe dan lingkungan tertentu. Layon milu terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung bertaruk sreg setiap resep, berhadapan satu sama enggak. Rente dakar terletak sreg episode terpisah pada satu tumbuhan sehingga lazim terjadi pembenihan cabang. Milu adalah pokok kayu waktu ringkas, total daunnya ditentukan kapan pembaiatan anakan jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan hawa. Kesadaran morfologi dan fase pertumbuhanjagung terlampau membantu privat mengidentifikasi pertumbuhan tanaman, terkait dengan optimasi perlakukan agronomis. Cekaman air (keefektifan dan kekurangan), cekaman hara (defisiensi dan keracunan), dihinggapi herbisida atau bidasan wereng dan penyakit akan menyebabkan tumbuhan merecup bukan legal, maupun bukan sesuai dengan morfologi pokok kayu. Hasil dan bobot biomas jagung yang tinggi akan diperoleh takdirnya pertumbuhan tumbuhan optimal. Untuk itu diperlukan tata hara, air, dan tanaman dengan tepat. Pengelolaan hara dan tanaman nan mencengam pemupukan (tahun dan takaran), tali air, dan pengendalian gulma harus sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Terletak sejumlah metode penentuan fase pertumbuhan milu. Metode yang mahajana digunakan adalah metode leaf collar, yaitu menentukan fase pertumbuhan berlandaskan jumlah patera nan lain lagi menyalut batang atau mutakadim terbuka cermin selama fase vegetatif, tertulis patera pertama nan unjuk, round-tipped leaf. Metode penentuan fase pertumbuhan terlazim diketahui internal budi sendi pohon. Tulisan ini membahas ilmu bentuk kata pohon dan fase pertumbuhan jagung privat kaitannya dengan upaya pertambahan produksi.
16
Milu: Teknik Produksi dan Pengembangan
Morfologi Pohon jagung tercantum famili rumput-rumputan (graminae) terbit subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung yaitu teosinte dan tripsacum nan diduga merupakan asal dari pokok kayu jagung. Teosinte berasal terbit Meksico dan Guatemala perumpamaan pokok kayu terlarang di daerah perladangan jagung.
Sistem Perakaran Milu memiliki akar serabut dengan tiga variasi akar tunggang, yakni (a) akar seminal, (b) akar tunjang adventif, dan (c) akar tunjang susu kait atau penyangga. Akar tunjang seminal ialah akar nan berkembang berpokok radikula dan janin. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula unjuk ke meres tanah dan pertumbuhan akar seminal akan nongkrong sreg fase V3. Akar tunggang adventif merupakan akar yang semula berkembang dari bopeng akal di ujung mesokotil, kemudian set akar tunggang adventif berkembang dari tiap buku secara beruntun dan terus ke atas antara 7-10 pokok, semuanya di bawah satah tanah. Akar tunggang adventif berkembang menjadi baja akar deras. Akar susu susu seminal hanya tekor berlaku internal siklus umur jagung. Akar tunggang adventif berlaku dalam pemungutan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar ranggit ataupun penyangga adalah akar adventif yang muncul sreg dua atau tiga rahasia di atas permukaan lahan. Kurnia berusul akar susu penyangga yakni menjaga tanaman agar tunak berdiri dan tanggulang daun hidup bangkai. Akar susu ini sekali lagi membantu pengisapan hara dan air. Urut-urutan akar milu (kedalaman dan penyebarannya) bergantung plong spesies, pengolahan tanah, jasad dan kimia lahan, keadaan air persil, dan pemupukan. Akar susu milu dapat dijadikan penanda kesabaran tanaman terhadap cekaman aluminium. Tanaman nan toleran aluminium, tudung akarnya kotong dan tidak cakrawala kepunyaan surai-bulu akar (Syafruddin 2002). Pemupukan nitrogen dengan takaran berlainan menyebabkan perbedaan jalan (plasticity) sistem perakaran jagung (Smith et al. 1995).
Kunarpa dan Daun Tanaman jagung mempunyai batang nan tidak berdahan, berbentuk silindris, dan terdiri atas bilang ruas dan rahasia ruas. Plong pokok ruas terdapat semi nan berkembang menjadi tongkol. Dua tunas terala berkembang menjadi tongkol yang berpunya. Jenazah memiliki tiga komponen jaringan terdahulu, merupakan alat peraba (kulit ari), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan sendi batang (pith). Bundles vaskuler tertata intern
Subekti et al.: Guna-guna rang kata Tumbuhan dan Fase Pertumbuhan Jagung
17
limbung konsentris dengan kepadatan bundles nan jenjang, dan lingkaranlingkaran merentang perikarp akrab selaput. Kepejalan bundles berkurang begitu mendekati buku batang. Sentralisasi bundles vaskuler yang tinggi di pangkal gendang-gendang menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe milu yang mepunyai kunarpa lestari punya bertambah banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding deras di bawah silir bawang buntang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000). Terletak tipe ketebalan kulit antargenotipe nan bisa digunakan bakal seleksi toleransi tanaman terhadap daun hidup batang. Pasca- koleoptil muncul di atas bidang tanah, daun jagung start terbuka. Setiap patera terdiri atas helaian daun, ligula, dan tangkai daun daun nan erat terpaku pada batang. Jumlah patera sebagai halnya jumlah buku buntang. Besaran daun umumya berkisar antara 10-18 helai, lazimnya munculnya daun nan terbabang kamil adalah 3-4 hari setiap daun. Anak kunci kayu jagung di area tropis mempunyai kuantitas patera nisbi lebih banyak dibanding di kawasan beriklim madya (temperate) (Paliwal 2000). Genotipe jagung mempunyai heterogenitas kerumahtanggaan peristiwa panjang, lebar, deras, sudut, dan warna pigmentasi daun. Lebar helai daun dikategorikan start dari lalu sempit (< 5 cm), sempit (5,1-7 cm), semenjana (7,1-9 cm), lebar (9,1-11 cm), hingga tinggal sintal (>11 cm). Besar sudut patera mempengaruhi jenis daun. Tesmak patera milu pula beragam, tiba berpunca sangat kecil hingga dulu segara (Buram 1). Beberapa genotipe jagung memiliki antocyanin puas helai daunnya, nan dapat terwalak pada pinggir daun atau sumsum patera. Kesungguhan dandan antocyanin pada tangkai daun daun bervariasi, dari lalu rengsa hingga sangat abadi. Susuk ujung daun milu berbeda, ialah jirus, jirus kira melingkar, buntar, bundar tebak tumpul, dan ki beku (Lembaga 2). Berdasarkan letak posisi patera (tesmak daun) terwalak dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Patera erect biasanya memiliki ki perspektif antara kecil sampai medium, paradigma helai patera boleh harfiah atau pitut. Patera pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bermacam ragam berusul lurus sampai dahulu peok. Milu dengan tipe daun erect memiliki kanopi
Sangat kerdil
Boncel
Sedang
Raksasa
Silam besar
Gambar 1. Kacamata daun jagung.
18
Jagung: Teknik Produksi dan Peluasan
Runcing
Jirus sangka buntar
Buntak
Bulat sangka jumud
Ketul
Gambar 2. Bagan ujung daun milu.
kerdil sehingga bisa ditanam dengan populasi nan tinggi. Kepadatan tanaman yang tahapan diharapkan dapat memasrahkan hasil yang jenjang pun.
Anak uang Milu disebut juga pohon berumah suatu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terwalak dalam satu tanaman. Rente tabuhan ratulebah, tongkol, muncul berpangkal axillary apices titel. Rente nekat (tassel) berkembang berbunga titik bertaruk apikal di ujung tumbuhan. Puas tahap awal, kedua bunga n kepunyaan primordia bunga hermaprodit. Sejauh proses urut-urutan, primordia stamen lega axillary bunga lain berkembang dan menjadi rente betina. Demikian lagi halnya primordia ginaecium pada apikal anakan, lain berkembang dan menjadi anak uang kosen (Palliwal 2000). Serbuk bibit (pollen) merupakan trinukleat. Pollen falak nasib baik kurungan vegetatif, dua spermatozoid dan mengandung butir-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk bermula dua sepuhan, exine dan intin, dan patut gentur. Karena adanya perbedaan jalan rente sreg spikelet nekat yang terletak di atas dan sendang akar dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu semenjak tiap tassel n domestik tempo seminggu alias bertambah. Rambut milu (silk) adalah pemanjangan berpangkal saluran stylar ovary yang menguning lega tongkol. Rambut jagung bertaruk dengan panjang sampai 30,5 cm maupun kian sehingga keluar berpunca ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung plong pangkat tongkol dan kelobot. Pohon jagung adalah protandry, di mana lega sebagian besar keberagaman, rente jantannya unjuk (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga madukara ratulebah muncul (silking). Tepung sari (pollen) tanggal menginjak dari spikelet yang terletak plong spike nan di perdua, 2-3 cm berusul ujung malai (tassel), kemudian roboh ke radiks. Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk ekstrak. Serdak esensi dulu ringan dan jatuh karena gaya berat atau tertiup angin sehingga terjadi pembenihan silang. N domestik situasi tercekam (stress) karena kekeringan air, keluarnya rambut tongkol peluang tertahan,
Subekti et al.: Ilmu bentuk kata Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung
19
sedangkan keluarnya malai tidak terpengaruh. Interval antara keluarnya bunga madukara ratulebah dan anakan kesatria (anthesis silking jeda, ASI) yaitu situasi yang lewat terdahulu. ASI yang mungil menunjukkan terletak harmonisasi pembungaan, yang berarti probabilitas terjadinya pembenihan sempurna lalu raksasa. Semakin lautan poin ASI semakin kecil koordinasi pembungaan dan penyerbukan terhambat sehingga menempatkan hasil. Cekaman abiotis umumnya mempengaruhi angka ASI, seperti sreg cekaman kekeringan dan guru strata. Penyerbukan pada jagung terjadi bila tepung konsentrat pecah rente jantan mepet sreg rambut tongkol. Dekat 95% dari persarian tersebut berasal dari debu esensi tanaman lain, dan sahaja 5% yang berasal dari serbuk bunga tanaman sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tumbuhan bersari silang (cross pollinated crop), di mana sebagian segara berpokok serbuk esensi terbit berpunca pohon tidak. Terlepasnya serbuk pati berlangsung 3-6 musim, gelimbir pada variasi, suhu, dan kelembaban. Bulu tongkol ki ajek responsif dalam 3-8 musim. Serbuk sari masih tetap kehidupan (viable) dalam 4-16 jam setelah rontok (shedding). Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan angka mulai terbentuk pasca- 10-15 musim. Setelah penyerbukan, corak rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian kering.
Tongkol dan Kredit Tanaman jagung n hak suatu alias dua tongkol, tergantung spesies. Tongkol milu diselimuti maka itu patera kelobot. Tongkol milu yang terwalak lega bagian atas umumnya lebih lewat terbentuk dan kian osean dibanding yang terletak sreg bagian pangkal. Setiap tongkol terdiri atas 1016 larik nilai yang jumlahnya buruk perut genap. Ponten jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan selerang kredit maupun testa, membentuk dinding biji alat vital. Ponten milu terdiri atas tiga bagian penting, yakni (a) pericarp, berupa lapisan luar nan tipis, berfungsi mencegah bakal anak dari organisme pengganggu dan kesuntukan air; (b) endosperm, seumpama stok makanan, sebatas ke 75% berpangkal bobot nilai nan
Bentuk 3. Kiri, anak uang nekat (anther dan spikelet), dan kanan bunga betina (silk).
20
Milu: Teknik Produksi dan Ekspansi
Endosperma
Jangat biji (perikarp) Kotiledon (skutelum) Sari (aleurone) Koleoptil Plumula daun Meristem apikal tajuk Meristem apikal akar susu Koleoriza
Gambar 4. Biji milu dan adegan-bagiannya.
mengandung 90% esensi dan 10% protein, mineral, petro, dan lainnya; dan (c) bakal anak (lembaga), seumpama miniatur tanaman nan terdiri atas plamule, akar mencolok, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998). Bibit endosperm tersusun berpangkal paduan anhidroglukosa yang sebagian besar terdiri atas dua zarah, yakni amilosa dan amilopektin, dan sebagian kerdil bahan antara (White 1994). Cuma puas bilang jenis milu terdapat varietas proporsi kas dapur amilosa dan amilopektin. Protein endosperm biji milu terdiri atas beberapa fraksi, nan berlandaskan kelarutannya diklasifikasikan menjadi albumin (larut dalam air), globumin (larut internal larutan salin), zein atau prolamin (larut dalam alkohol sentralisasi tinggi), dan glutein (larut dalam alkali). Plong sebagian besar milu, neraca masing-masing fraksi protein ialah albumin 3%, globulin 3%, prolamin 60%, dan glutein 34% (Vasal 1994). Berdasarkan bentuk dan strukturnya nilai jagung boleh diklasifikasikan andai berikut: Milu Loklok (Flint Corn), Zea mays indurate Skor jagung keberagaman dur berbentuk melingkar licin, mengkilap, dan keras. Episode bibit yang persisten terletak di bagian atas biji. Lega momen matang, fragmen atas biji mengkerut bersama-sebabat, sehingga satah angka penggalan atas licin dan bulat. Varietas domestik jagung di Indonesia umumnya tergolong ke kerumahtanggaan varietas biji mutiara. Macam ini disukai petani karena tahan hama pakus.
Subekti et al.: Ilmu bentuk kata Pokok kayu dan Fase Pertumbuhan Milu
21
Jagung Persneling Kuda (Dent Corn), Zea mays indentata Babak bibit yang keras lega tipe nilai dent kreatif di putaran arah biji, sementara itu bagian pati nan panjang usus di penggalan tengah hingga ujung biji. Sreg periode biji meringkai, esensi lunak kesuntukan air makin cepat dan lebih mengkerut tinimbang esensi keras, sehingga terjadi lekukan (dent) puas adegan atas biji. Biji jenis dent ini bentuknya ki akbar, gentat, dan berlekuk. Jagung Manis (Sweet Corn), Zea mays saccharata Skor milu manis kapan masak keriput dan transparan. Biji yang belum masak mengandung kodrat gula (water-soluble polysccharride, WSP) kian hierarki ketimbang ekstrak. Kandungan gula milu manis 4-8 kali lebih jenjang dibanding jagung lumrah puas semangat 18-22 hari setelah pembenihan. Aturan ini ditentukan makanya gen sugary (su) yang resesif (Tracy 1994). Milu Pod, Z. tunicata Sturt Milu pod adalah jagung nan paling primitif. Jagung ini tersampul oleh glume ataupun kelobot yang berformat mungil. Milu pod tidak dibudidayakan secara menggandar sehingga tidak banyak dikenal. Kultivar Amerika Daksina dimanfaatkan maka dari itu kaki Indian horizon domestik upacara resan karena dipercaya mempunyai kekuatan magis. Milu Berondong (Pop Corn), Zea mays everta Tipe milu ini mempunyai ponten berukuran katai. Endosperm angka mengandung bibit gigih dengan proporsi makin banyak dan sari panjang hati kerumahtanggaan kuantitas kurang terletak di tengah endosperm. Apabila dipanaskan, uap akan timbrung ke privat nilai nan kemudian menggelembung dan pecah (pop). Milu Pulut (Waxy Corn), Z. ceritina Kulesh Jagung pulut memiliki ki gua garba pati sanding 100% amilopektin. Adanya gen tunggal waxy (wx) berperilaku resesif epistasis yang terdapat pada kromosom sembilan mempengaruhi atak kimiawi ekstrak, sehingga akumulasi amilosa sangat sedikit (Fergason 1994). Milu QPM (Quality Protein Maize) Jagung QPM memiliki kandungan protein lisin dan triptofan yang panjang dalam endospermnya. Jagung QPM mengandung gen opaque-2 (ozon 2 ) bersifat resesif nan menyelesaikan produksi lisin dan triptofan. Prolamin merumuskan sebagian besar zat putih telur endosperm dengan alat pencernaan lisin dan triptofan nan jauh kian abnormal dibanding fraksi protein bukan. Fraksi albumin, globulin,
22
Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan
dan glutein n kepunyaan kandungan lisin dan triptofan tataran. Gen udara ceria 2 intern ekspresinya meniadakan proporsi nafkah fraksi-fraksi protein. Fraksi prolamin memendek sampai 50%, sedangkan sintesis albumin, globulin, dan glutein meningkat. Lambung lisin dan triptofan jagung QPM meningkat, sementara sintesis prolamin n kepunyaan kandungan lisin kurang (Vasal 1994). Makanan protein nan tinggi internal endosperm memberikan warna haram puas ponten. Milu Minyak Tinggi (High-Oil) Jagung minyak jenjang memiliki ponten dengan kandungan minyak lebih dari 6%, provisional sebagian besar milu berkadar minyak 3,5-5%. Sebagian besar minyak biji terletak privat scutelum, yakni 83-85% bersumber total minyak biji. Milu minyak tangga terlampau terdahulu intern pabrik alat pencernaan, seperti margarin dan minyak goreng, serta pabrik pakan. Piaraan nan diberi pakan jagung minyak tingkatan bertelur aktual terhadap pertumbuhannya (Lambert 1994). Milu petro hierarki mempunyai tipe biji beragam, bisa dent alias flint.
FASE PERTUMBUHAN DAN PERKECAMBAHAN Secara umum milu punya model pertumbuhan yang sama, semata-mata interval musim antartahap pertumbuhan dan jumlah patera nan berkembang dapat berlainan. Pertumbuhan jagung boleh dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembesaran angka sampai dengan sebelum munculnya patera pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase start munculnya daun pertama yang terbuka konseptual sampai tasseling dan sebelum keluarnya anak uang jasa lebah ratulebah (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun nan terjaga; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan sehabis silking hingga menguning fisiologis. Perkecambahan benih milu terjadi momen radikula muncul berpangkal selerang ponten. Benih milu akan berkecambah sekiranya garis hidup air mani pada saat di kerumahtanggaan tanah meningkat >30% (McWilliams et al. 1999). Proses perkecambahan benih jagung, permulaan sperma menyerap air melintasi proses imbibisi dan benih menggelembung nan diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi nan tingkatan. Transisi sediakala sebagian samudra merupakan katabolisme pati, lemak, dan zat putih telur nan tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, sakarosa, senderut-asam sedap, dan bersut amino yang dapat diangkut ke episode embrio yang tumbuh aktif. Pada semula perkecambahan, koleoriza mengaret menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Sesudah radikel
Subekti et al.: Ilmu saraf Pohon dan Fase Pertumbuhan Jagung
23
Nilai
Endosperma kotiledon plumula Radikula Daun permulaan muncul
(N domestik)
(Luar)
Koleoptil muncul
Koleoptil terbuka Koleoptil (petiolus pelindung pucuk dan daun)
Plumula (pucuk purwa) Radikula (akar pertama)
Surai akar tunggang susu bertunas lega akar terdepan
Akar tunggang
Buram 5. Perkecambahan benih jagung.
muncul, kemudian empat akar seminal lateral lagi muncul. Puas waktu nan sama ataupun sesaat kemudian plumule tertutupi makanya koleoptil. Koleoptil tertarik ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke bidang tanah. Mesokotil main-main berjasa dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan lahan, penyambungan mesokotil tertunda dan plumul unjuk semenjak koleoptil dan menembus permukaan tanah. Jauhar jagung umumnya ditanam lega kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan kecambah kostum dalam 4-5 masa pasca- tanam. Semakin n domestik terowongan tanam semakin lama pemunculan kecambah ke atas permukaan lahan. Puas kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan berlanjut 4-5 masa setelah tanam, belaka sreg kondisi yang anyep atau kering, pemunculan tumbuhan bisa berlanjut setakat dua minggu setelah tanam maupun makin. Keseragaman perkecambahan terlampau signifikan bagi mendapatkan hasil nan tingkatan. Perkecambahan tidak kostum jikalau anak kunci tumbuh benih rendah. Tanaman yang terlambat merecup akan ternaungi dan gulma makin bersaing dengan pohon, alhasil tanaman nan terlambat merecup enggak sahih dan tongkolnya nisbi makin katai dibanding tanaman nan merecup makin awal dan seragam.
24
Jagung: Teknik Produksi dan Peluasan
Pasca- perkecambahan, pertumbuhan jagung melewati sejumlah fase berikut: Fase V3-V5 (jumlah patera nan membengang sempurna 3-5) Fase ini berlanjut pada detik tanaman berusia antara 10-18 musim sehabis berkecambah. Plong fase ini akar tunggang seminal sudah mulai berhenti bertunas, akar nodul sudah menginjak aktif, dan titik bertaruk di bawah permukaan lahan. Master tanah suntuk mempengaruhi titik tumbuh. Temperatur abnormal akan menangguhkan keluar daun, meningkatkan kuantitas daun, dan menyorong terbentuknya bunga jantan (McWilliams et al. 1999). Fase V6-V10 (jumlah daun mangap contoh 6-10) Fase ini berlangsung pada saat pokok kayu berusia antara 18 -35 waktu pasca- berkecambah. Bintik tumbuh sudah di atas permukaan persil, kronologi akar dan penyebarannya di tanah adv amat cepat, dan pelanjutan bangkai meningkat dengan cepat. Lega fase ini lakukan bunga jantan (tassel) dan jalan tongkol dimulai (Lee 2007). Pohon mulai menyerap hara internal kuantitas yang makin banyak, karena itu fertilisasi lega fase ini diperlukan kerjakan mencukupi kebutuhan hara cak bagi tanaman (McWilliams et al. 1999). Fase V11- Vn (kuantitas patera terbuka sempurna 11 sebatas patera anak bungsu 15-18) Fase ini berlanjut pron bila pokok kayu berumur antara 33-50 periode sehabis berkecambah. Rahasia papan tumbuh dengan cepat dan pengumpulan bahan kering meningkat dengan cepat juga. Kebutuhan hara dan air relatif adv amat strata buat mendukung lancar pertumbuhan tanaman. Tanaman habis sensitif terhadap cekaman kesuntukan dan kesuntukan hara. Pada fase ini, kesuntukan dan kekeringan hara dahulu berwibawa terhadap pertumbuhan dan kronologi tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah ponten n domestik satu tongkol karena mengecilnya tongkol, nan balasannya menurunkan hasil (McWilliams et al. 1999, Lee 2007). Kekeringan sreg fase ini pula akan memperlambat munculnya anak asuh uang lebah ratulebah (silking). Fase Tasseling (berbunga kesatria) Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai makanya adanya cagak bontot dari bunga berani sebelum kemunculan anak uang betina (silk/ bulu tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum bulu tongkol muncul, di mana lega perian ini tingkatan tanaman hampir sampai ke maksimum dan mulai menyerakkan abuk esensi (pollen). Plong fase ini dihasilkan biomas
Subekti et al.: Ilmu saraf Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung
25
maksimum tiba sejak fragmen vegetatif tumbuhan, yakni selingkung 50% terbit total bobot sangar anak kunci kusen, penyerapan T, P, dan K maka berusul itu kunci kayu masing-masing 6070%, 50%, dan 80-90%. Fase R1 (silking) Tahap silking diawali makanya munculnya surai dari dalam tongkol yang tersampul kelobot, lazimnya mulai 2-3 waktu setelah tasseling. Pembuahan (polinasi) terjadi saat debu ekstrak yang dilepas oleh rente jantan jatuh sampai ke permukaan surai tongkol yang masih afiat. Serbuk bunga tersebut membutuhkan masa selingkung 24 jam lakukan mencapai bui telur (ovule), di mana penyerbukan (fertilization) akan berlangsung membentuk untuk kredit. Bulu tongkol unjuk dan siap diserbuki selama 2-3 perian. Rambut tongkol merecup burik bertambah 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus memanjang hingga diserbuki. Untuk poin hasil pembuahan bersemi dalam satu struktur tongkol dengan dilindungi makanya tiga bagian penting poin, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki corak tulus pada bagian luar skor. Fragmen dalam angka bercat bening dan mengandung silam rendah hancuran. Pada tahap ini, apabila kredit dibelah dengan memperalat silet, belum terbantah struktur mudigah di dalamnya. Serapan Relung langit dan P sangat cepat, dan K hampir komplit (Lee 2007). Fase R2 (blister) Fase R2 unjuk sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol sudah tandus dan berwarna gelap. Dimensi tongkol, kelobot, dan janggel dempet lengkap, angka telah menginjak nampak dan berwarna zakiah melepuh, pati mulai diakumulasi ke endosperm, kodrat air poin selingkung 85%, dan akan menurun terus sampai panen. Fase R3 (menguning payudara) Fase ini terbimbing 18 -22 tahun sehabis silking. Pengisian biji sediakala kerumahtanggaan rangka cairan bening, berubah seperti susu. Reklamasi pati sreg setiap biji dahulu cepat, dandan skor telah start terlihat (gelimbir lega corak poin setiap varietas), dan penggalan apartemen tahanan sreg endosperm sudah lalu habis terbentuk hipotetis. Kekeringan pada fase R1-R3 menurunkan matra dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air poin dapat mengaras 80%. Fase R4 (dough) Fase R4 mulai terjadi 24-28 masa sesudah silking. Episode dalam biji sebagaimana tapal (belum mengkristal). Seketul dari reklamasi bahan kersang biji mutakadim terlatih, dan takdir air skor melandai menjadi sekeliling 70%. Cekaman kekeringan puas fase ini berwibawa terhadap bobot biji.
26
Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan
Rangka 6. Fase pertumbuhan pokok kayu milu.
Fase R5 (pengerasan ponten) Fase R5 akan terdidik 35-42 musim setelah silking. Seluruh nilai telah terbentuk sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi mangsa tandus biji akan buru-buru terhenti. Ketentuan air skor 55%. Fase R6 (masak fisiologis) Pohon milu memasuki tahap matang fisiologis 55-65 masa sesudah silking. Lega tahap ini, angka-biji pada tongkol telah menjejak bobot gersang maksimum. Saduran ekstrak yang persisten sreg poin telah berkembang dengan komplet dan sudah lalu terbentuk pun saduran absisi bercelup coklat alias kehitaman. Pembentukan saduran hitam (black layer) berlanjut secara bertahap, dimulai berpokok biji pada putaran pangkal tongkol cenderung ke fragmen ujung tongkol. Pada diversifikasi hibrida, tumbuhan nan memiliki adat loyal baru (stay-green) yang hierarki, kelobot dan daun bagian atas masih berwarna baru meskipun mutakadim memasuki tahap menguning fisiologis. Sreg tahap ini takdir air biji berkisar 30-35% dengan total bobot kering dan penyerapan NPK maka dari itu tumbuhan mencapai masing-masing 100%.
Subekti et al.: Morfologi Pohon dan Fase Pertumbuhan Jagung
27
Daftar bacaan Fergason, V. 1994. High amylose and waxy corn. In: A. R. Halleuer (Ed.) Specialty Corns. CRC Press Inc. USA. Hardman and Gunsolus. 1998. Corn growth and development. Extension Service. University of Minesota. p.5. Lambert, R.J. 1994. High oil corn hybrids. In: Arnel R. Halleuer (Ed.). Specialty corns. CRC Press Inc. USA. Lee, C. 2007. Corn growth and development. www.uky.edu/ag/grain crops. McWilliams, D.A., D.R. Berglund, and G.J. Endres. 1999. Corn growth and management quick guide.www.ag.ndsu.edu. Paliwal. R.L. 2000. Tropical maize morphology. In: tropical maize: improvement and production. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. p 13-20. Smith, M.E., C.A. Miles, and J. van Beem. 1995. Genetic improvement of maize for nitrogen use efficiency. In Maize research for stress environment. p. 39-43. Syafruddin. 2002. Patokan ukur dan pemfokusan Al cak bagi pemeriksaan pohon jagung terhadap ketenggangan Al. Berita Puslitbangtan 24: 3-4. Tracy, W. F. 1994. Sweet corn. In: A. R. Halleuer (Ed.) Specialty corns. CRC Press Inc. USA. Vasal, S.K. 1994. High quality protein corn. In: A. R. Halleuer (Ed.). Specialty corns. CRC Press Inc. USA. White, P.J. 1994. Properties of corn strach. In: A. R. Halleuer (Ed.). Specialty corns. CRC Press Inc. USA.
28
Jagung: Teknik Produksi dan Ekspansi
Source: https://holymayhem.com/fase-pertumbuhan-tanaman-vegetatif-sayur-pdf/
Posted by: holymayhem.com