Penyakit Yang Menyeran Tanaman Kopidan Cara Penyendaliannya
PENGELOL
A
AN Hama UTAMA
Tanaman
KOPI
Pada Pertanian ORGANIK
Oleh : Rudi Hartono, SP
ULPPTP Kabupaten Pasuruan
Pertumbuhan dan produksi tanaman kopi dipengaruhi maka itu iklim, kilangangin kincir, dan tanah. Kebutuhan lainnya yang tidak dapat diabaikan adalah mencari bibit memenangi yang produksinya tinggi dan resistan terhadap hama pun penyakit. Sesudah persyaratan tersebut dapat dipenuhi situasi yang pun bermanfaat yakni pemeliharaan seperti perabukan, pemangkasan, tanaman peneduh, dan pemberantasan wereng lagi problem.
Iklim yang sejadi cak bagi tumbuhan kopi Robusta adalah garis lintang 20 derajat LS-20 derajat LU, ketinggian arena 300-1500 m dpl, siram hujan abu 1500-2500 mm/th, bulan kering (curah hujan <60>
Kopi (Coffea sp.) ialah komoditas perkebunan nan menyambut peranan terdahulu dalam perekonomian Indonesia, karena mempunyai peranan nan sangat samudra sebagai pereka cipta devisa negara dan sumber pendapatan petani. Pada tahun 2010 luas areal ladang salinan mencapai 1.210.365 Ha dengan produksi 686,92 ton (Ditjenbun, 2013). 95 % (Sembilan desimal lima) Persen semenjak luas areal perkebunan pertinggal tersebut merupakan pertanaman rakyat.
Adanya serangan /gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) mengakibatkan produksi menurun boleh pada tingkat yang merugikan. Di perkirakan rata – rata 30 % pengurangan hasil dan produk potensial suatu komoditi disebabkan oleh adanya hasil serangan OPT (Kusmiati, 2012).
Budidaya Tanaman kopi kerumahtanggaan perkembangannya lain lepas berbunga gangguan hama dan penyakit yang sering menyerang dan mengancam produktivitasnya. Hama utama puas tanaman kopi adalah
Hypothenemus hampeii, Hemileia vastatrix, Xylosandrus morigerus, Coccus viridis, Cercospora coffeicola,
Nematoda, Xyleborus compactus,
dan
Planococcus citri.
Penanganan masalah OPT diterapkan konsep Pengendalian Hama secara Terpadu (PHT) sesuai dengan Undang–Undang nomor 12 1992 dan PP No 5/1995 yang intern pelaksanaannya menjadi muatan jawab penanam dengan pemerintah. PHT merupakan suatu kaidah tata OPT dengan sangat memperhatikan faktor teknis, ekonomi, ekologis dan sosialisasi. Penerapan PHT di meres pertanaman, pengamatan dan pengendalian terhadap OPT yakni kegiatan antara internal pelaksanaan perlindungan pohon. Pengamatan perlu dilakukan oleh orang tani secara periodik di kebunnya masing–masing.
Kronologi tanaman akta dewasa ini semakin meningkat, hal ini terbukti dengan pemerintah meningkatkan ekspor non migas terutama kopi yang belakangan ini memiliki picisan dunia. Seperti yang kita ketahui, bahwa inskripsi sangat banyak yang menyukainya untuk dijadikan minuman. Doang dengan adanya perkembangan eskpor tersebut, tidak menyelimuti probabilitas terdapat beberapa OPT nan merugikan dalam pemeliharaan kopi.
Wereng terdahulu Kopi yang ditemukan pada kebun keramaian bersawah tindasan yang dibudidayakan secara organik antara lain:
Wereng
P
e
n
g
g
e
r
e
kB
u
a
hK
o
p
i
(
Hy
p
o
t
h
e
n
e
m
u
s
h
a
m
p
e
i
)
Tawon penggerek buah sertifikat (PBKo)H
y
vas
h
e
t
e
m
u
sha
m
p
e
i
(Ferrari) (Coleoptera: Scolytidae) bermetamorfosa sempurna (h
udara murni
l
mamak
e
horizon
a
bo
la), yaitu telur–larva–pupa–dewasa. Telur berbentuk elips, putih semerawang, dan berwarna kekuningan ketika akan menetas, berdimensi sangat kecil, 0,52–0,69 mm. Larva membentuk sebagai halnya huruf “C”, tidak bertungkai, punya pejabat yang jelas, dan berwarna putih. Panjang tubuh larva instar terakhir 1,88–2,30 mm. Bentuk prepupa mirip dengan bernga, saja bentuknya rendah cekung, dan berwarna putih tetek. Ukuran pupa bervariasi, panjangnya 1,84–2,00 mm . Kumbang berwarna hitam kecokelatan dan tungkainya bercat lebih muda dengan dimensi betina (1,7 mm x 0,7 mm) lebih osean daripada bahaduri (1,2 mm x 0,7 mm). Tubuh tawon berbentuk buntar ringkas dengan pronotum membentangi kepala. Sigenting betina meletakkan telur di n domestik lubang gerekan sebanyak 35–50 butir selama hidupnya, dan apabila menetas 33–46 butir (92%) menjadi lebah ratulebah.
Siklus hidup PBKo (dari telur setakat dewasa) 24–45 hari. Tawon betina dapat bertahan arwah sampai 190 hari, sedangkanjantan maksimum 40 musim. Sebagian besar tabuhan betina yang telah kawin akan keluar buat mencari buah sahifah plonco andai bekas peletakan telur. Kumbang dapat bersikukuh hidup lega buah tindasan tandus yang telah menghitam, yang masih menempel pada pohon maupun sudah lalu berjatuhan ke lahan. Kumbang bahadur tetap hidup di dalam biji zakar yang terserang. Hama PBKo ini sangat merugikan karena boleh berkembang biak dahulu cepat dengan besaran yang banyak.
G
e
j
a
l
aS
e
r
a
n
g
an
Wereng PBKo menyerang semua jenis kopi (Arabika, Robusta, dan Liberika). Kumbang lebah ratulebah start menyerang pada 8 minggu setelah pembungaan saat biji pelir arsip masih kepala dingin untuk mendapatkan ki gua garba sementara, kemudian menyerang buah kopi yang sudah lalu mengeras untuk berkembang biak. Kumbang betina akan menggerek bagian ujung bawah biji zakar, dan biasanya terpandang adanya kotoran lulusan gerekan di sekitar lubang masuk. Cak semau dua varietas kerusakan yang disebabkan oleh hama ini, ialah ringgis buah muda dan kehilangan hasil panen secara kuantitas alias kualitas. Serangan pada biji zakar arsip yang bijinya masih lunak mengakibatkan buah tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan, dan kesannya gugur, sedangkan ofensif lega buah nan bijinya telah mengeras akan berakibat penjatuhan dur ponten kopi karena skor berlubang . Poin manuskrip yang cacat dulu berpengaruh negatif terhadap susunan paduan kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi yang akan mempengaruhi citarasa.
Hama
Penggerek simpang kopi
(
Xylosandrus morigerus
)
Kumbangdisebut bubuk cabang ini menyerang tanaman Kopi, wereng ini tersebar dari Afrika Timur, Madagaskar, dan Asia, termasuk Asia Tenggara. Serangannya menyebabkan ranting atau cabang antap dan daun-patera menjadi layu, Hama ini Kebanyakan lebih gemar menyerang cabang/ranting yang jompo/sakit. Ia lagi menyerang ranting muda nan masih lunak. Tabuhan ini membentuk lubang masuk kedalam ranting pohon kopi sehingga tumbuhan tidak berakibat. Kematian ranting akibat ofensif gempuran Xylosandrus sp. dapat menurunkan hasil panen yang cukup berarti. Tanaman inangna berupa kopi, umumnya surat robusta. Jenis dokumen lainnya kurang disukai, Pohon inang lainnya teh, avokad, mahoni
Siklus Hidup
Perkembangan naning ini dalam satu generasi 3-6 minggu. Perbandingan jantan dan betina 1:20. Kumbang betina kawin n domestik terowongan induknya sebelum terbang. Kumbang lebah ratulebah membuat lubang dalam cabang ataupun ranting, kemudian membuat kolom nan enggak teratur untuk menempatkan telur-telurnya. Tabuhan serbuk ini bisa pun mengakibatkan datangnya pupuk ambrosia nan bertunas di dinding korok. Rabuk tersebut dimakan oleh kumbang bubuk sebelum bertelur. Jumlah telurna sekitar 80 butir. Panjang kumbang abu ini selingkung 1,5 mm. Warnanya cokelat tua. Larva berwarna safi dengan tangga sekitar 2 mm.
Kumbang bubuk dahan/ranting kopi
(
Xyleborus compactus
)
Lavabre (1958) mengatakan bahwa sreg kopi robusta serangan
Xylosandrus compactus dapat memangkalkan hasil sekitar 20%. Pendakyahan penggerek ranting dokumen terjadi melalui perpindahan hama dari satu pohon ke pohon lainnya. Semakin bersanding jarak antar pokok kayu, kemungkinan terjadinya pengungsian (penularan) hama ke tanaman lainnya semakin samudra (Hindayana et al., 2002).Penggerek ranting kopi (Xyleborus compactus) merupakan wereng utama yang menyerang tanaman kopi dan menyebabkan penurunan hasil akta secara maujud. Proses pembuatan lubang yang dilakukan olehX.compactus
menyebabkan ujung ranting layu, menguning dan mati (Rahayu
et. al., 2006). Imago betina yaitu penyebab penting fasad. Menyerang cagak lateral, jenazah muda dan tanaman kopi di pesemaian. Jika pokok kayu taruna terserang, maka tanaman bisa mati. Tabuhan ini berwarna hitam, pangkat 1,5 – 2 mm. Larva berwarna polos, sedangkan kepalanya kuning. Tataran ulat 2 mm. imago jantan kian kecil mulai sejak lebah ratulebah dan tidak bersayap. Larva yang yunior menetas berukuran kecil, berwarna putih, dan tidak berkaki, berputar secara peristaltik (menggelombang).
Siklus Hidup
Kumbang ini merupakan kumbang yang membiakkan makanan untuk anak-anaknya, yaitu jamur
Ambrosia sp.. Imago betina membuat gua ikut ke ranting, tinggal menggali gaung tersebut sepanjang tebak-sangkil 15 jam, kemudian berhenti buat menunggu perkembangan serat
Ambrosia sp. yang dibawa ikut ke lubang. Pasca- dinding gua diselubungi maka dari itu jamur, maka kumbang betina akan kawin. Besaran telur sekitar 30-50 butir, diletakkan kedalam kerumunan kecil terdiri 8-15 butir. Setelah 5 periode telur menetas, 10 hari kemudian larva menjadi kepompong. Stadia kepompong 7 hari (Pristiarini, 2011). Hama
X.compactus mengatasi siklus hidupnya yang mengalami metamorphosis lengkap, bersumber telur, ulat, pupa dan serangga dewasa di intern lubang gerek
Faktor signifikan nan berwibawa terhadap jalan populasi dan serangan perforator ranting adalah kelembaban udara. Kalshoven (1981) mengatakan bahwa pada kelembaban yang kira invalid, probabilitas terjadi ofensif perforator ranting makin kecil.
Gejala Ofensif
Bidasan
X.
compactus ditandai oleh adanya terowongan gerek berdiameter sekitar 1-2 mm pada meres ranting tanaman kopi. Gua gerek ini memusat ke bagian dalam ranting hingga sampai ke panjang 20-50 mm. Lubang gerek dibuat oleh
X. compactus betina dewasa sebagai ajang tinggalnya. Setelah menggerek, insek betina menaruh telur privat korok tersebut hingga menetas dan hingga merecup dewasa. Larva nan berada di n domestik lubang gerek tidak meratah jaringan tanaman tetapi memakan jamur ambrosia (Fusarium solani) yang tumbuh dan berkembang dalam lubang gerek. Spora jamur tersebut dibawa oleh
X. compactus betina dewasa sambil menggerek korok.
Aktivitas larva ketika makan baja tersebut menyebabkan rusaknya jaringan tanaman plong gua, sehingga mengakibatkan semakin lebar dan panjangnya gaung gerek (Drizd, 2003). Serangga lebah ratulebah dewasa yang telah kawin akan keluar semenjak gorong-gorong gerek untuk mengejar inang hijau. Akibat adanya lubang gerek di dalam ranting menyebabkan terganggunya transportasi nutrisi sehingga ujung ranting layu, daun masak, ranting hitam dan dapat menyebabkan kematian ranting.
Wereng|
Kutu dompolan
(
Planococcus citri
)
Morfologi hama ini adalah sreg imagonya berbentuk oval, bercat kuning kecoklatan, asfar muda/kuning tua, panjang 3-4 mm, dempak 1,5 – 2 mm, raga dilapisi lapisan lilin. Telur berwarna asfar, dan diletakkan di kerumahtanggaan kantong yang terbuat dari incaran menyerupai benang-sutra lilin renik yang subur dibawah tubuh betina. Kemampuan menghasilkan telur imago betina sampau 300 butir, diletakkan pada bagian tanaman dan berlanjut antara 2-17 periode. Nimfa nan plonco menetas berwarna hijau cukup umur/asfar pucat pasi.
Populasi kutu dompolan meningkat pada musim kemarau, terutama bila kelembaban nisbi pada siang hari dibawah 75%. Ledakan populasi akan terjadi bila kelembaban nisbi turun dibawah 70% dan berlanjut terus menerus selama 3-4 bulan, dan perian hujan dibawah 10 periode. Termasuk kedalam ordo Hemiptera, famili Pseudococcidae. Penyebaran pada tanaman dibantu oleh angin, hujan abu, dan semut gramang. Kutu ini memproduksi embun madu yang disukai makanya semut. Bila produksinya berlebihan bisa keluih arang lampu pada daun, tangkai dan buah, sehingga pertumbuhan sreg episode tersebut bukan baku dan kualitas biji zakar mengalami penghamburan (Rizky, 2011).
Gejala Serangan
Semi anak uang, bunga, dan biji pelir muda yang terserang akan mengering dan gugur. Buah – buah nan mutakadim dewasa dan masak tidak gugur tetapi akan mengalami hambatan pertumbuhan sehingga ikal dan masak sebelum waktunya. Tuma memaki nanyan biji kemaluan dan meninggalkan bekas bercat kuning kemudian kering sehingga banyak biji kemaluan yang ringgis. Puas bagian tanaman yang terserang tampak dipenuhi maka dari itu kutu-kutu putih seperti kapas.
Hama ini juga akan menciptakan menjadikan tanaman kopi menjadi kurang berkualitas ciri yang bisa kita lihat dengan ciri mencaci bagian buah yang seperti terlilit bubuk putih.galibnya wereng ini akan muncul akibat pohon naungan yang terlalu terlarang.
Hama Tungau Hijau
(
Coccus viridis
)
Kutu hijau bersifat ovipar. Telur nan dihasilkan diletakkan dibawah imago betina. Setelah sejumlah jam telur akan menetas. Kuantitas telur yang dihasilkan mencapai 500 butir. Selepas menetas nimfa tetap tinggal bilang di bawah badan induknya. Selanjutnya nimfa menetap dibawah permukaan daun, semi dan buah. Setelah mulai berbuntut, imago betina tetap tinggal ditempat sebatas mati. Perkembangan dari telur didataran minus berkisar 45 hari, sedangkan didataran lebih sejuk sedikitnya 65 hari. Walaupun yang menetas banyak, nimfa yang bisa terus arwah tidak banyak. Imago bagak elusif/tidak suka-suka, sehingga reproduksinya dilakukan secara partenogenesis (Afruri, 2009).
Gejala Ofensif
C. viridis
Tungau tempurung (C. viridis) melepaskan embun madu, yang menyebabkan timbulnya baja jelaga nan akan menutup daun dokumen sreg pembibitan. Selain menutupi daun, embun arang para juga akan membentangi biji pelir dokumen sehingga akan mempengaruhi proses fotosintesis. Kutu tempurung hidup berkelompok di pangkal daun, kelihatan tungau kerdil berwarna putih kehijauan, dan banyak semut di sekitarnya. Tungau tempurung juga kecam tunas di bagian sumber akar daun, terutama damping tangkai daun dan biji kemaluan muda. Kutu mengisap hancuran tanaman sehingga tumbuhan menjadi kecil dan daun bau kencur lambat tumbuh. Akhirnya tumbuhan mengering dan layu.
Pengendalian Wereng Utama Dokumen sreg Persawahan Organik
Intern budidaya persawahan organik pengendalian Hama yang diperbolehkan sesuai dengan adat SNI 6729 hari 2016 adalah pengendalian baik hati lingkungan, baik menggunakan agens pengendali hayati, musuh alami maupun pestisida nabati.
Pengendalian hama Kopi yang dilakukan oleh orang tani antara lain:
Bila tidak dikendalikan dengan serius, hama penggerek buah Surat dapat mengancam kelangsungan usaha budidaya. Oleh karena itu pemahaman tentang berbagai teknik pengendalian hama ini habis dibutuhkan oleh para petani agar kecelakaan yang ditimbulkan akibat serangga ini boleh diminimalkan.
- Secara publik, pengendalian serangan hama terdepan Kopi bisa dilakukan dengan cara mekanis, peradaban teknis, biologis:
- Pemeliharaan tumbuhan tembusan dilakukan sesuai dengang
ood
ag
r
i
cult
u
r
al
pr
a
ct
i
c
e
s (GAP) cak bagi menjaga kesehatan pohon. -
Ra
m
p
a
s
a
n/
r
a
c
ut
a
n, yaitu memetik semua biji zakar salinan yang cak semau, baik nan sudah menguning atau yang belum plong akhir masa panen raya. -
L
e
l
es
a
n, ialah mengumpulkan semua biji kemaluan yang jatuh, kemudian dikubur kerjakan dijadikan soren atau dibakar, mudahmudahan PBKo nan terletak n domestik buah mati. - Pengendalian secara bodi dan mekanis dengan memperalat alat dan paduan haring naning betina. Alat perangkap tercecer terbuat dari botol air mineral yang dicat merah dilubangi di episode samping untuk masuk lebah dan puas adegan dasar diisi air ditambah dengan deterjen misal panggung pengumpul wereng. Senyawa penarik hama (a
tr
a
ct
a
horizon
tepi langit) berupa cairan dengan bahan bawah etanol dalam plastik atau pot kecil nan digantungkan di n domestik alat perangkap - Penggunaan parasitoid
C
e
p
ha
l
o
cakrawala
o
m
i
a
s
t
e
p
ha
n
o
de
r
i
s yang mutakadim diperbanyak dan dilepas lakukan menyelesaikan PBKo di beberapa perladangan manuskrip di Malang. Pelepasan parasitoid harus diulang secara berkala agar efektif menyelesaikan populasi PBKo di lapang. - Fragmen pokok kayu yang telah terserang, dipotong an dimusnahkan, kemudian dibakar agar telur, belatung, dan imago yang masih ada di dalamnya senyap.
- Eksploitasi alat jerat gagat dengan cahaya lampu di lilin batik hari karena serangga dewasa aktif lega lilin batik hari dan tertarik pada cahaya lampu.
Daftar pustaka
Afruri. 2009.
Hama Terdepan Tanaman Tembusan.
http://afruri.blogspot.com/2009/06/hama-berarti-tanaman-kopi.html. Diakses terlepas 30 Oktober 2013.
Asmacs, 2008. Budidaya Tanaman Kopi. http: //Asmacs.Wordpress. Com. Diakses 19 April 2020 Atmojo, W.S. 2003. Peranan Bulan-bulanan Organik.
Bahri, S. 1996. Berbendang tanaman pertanaman tahunan. Gadjahmada University Press.
Ditjenbun, 2013. Tembusan Berkelanjutan.
http://ditjenbun.deptan.go.id/pascapanen/berita-203-arsip-terus-menerus-.html. Diakses tanggal 19 April 2020.
Haur, W. S., Yanuwiyadi, B., Suprayogo, D. dan Hairiah, K. 2006. Alih guna jenggala menjadi lahan pertanian : Dapatkah sistem agroforestri berbasis kopi mempertahankan keragaman cacing tanah. Agrivita 28 (3): 198-220
Hasna Q, 2011.
Tipe-Macam Hama Tumbuhan Piagam.
http://planthospital.blogspot.com/2011/10/macam-macam-hama-tanaman-arsip.html. Diakses tanggal 19 April 2020
Rizky, M. 2011.
Planococcus citri (Kutu dompolan).http://www.labscorner.org/opt/kb/index.php?comp=home.detail.93. Diakses tanggal 20 April 2020.
Source: http://disperta.pasuruankab.go.id/artikel-926-pengelolaan-hama-utama-tanaman-kopi.html
Posted by: holymayhem.com