Penyakit Tanaman Jagung Dan Cara Pengendaliannya


Makanya: Ratnawati

Pokok kayu jagung merupakan salah satu barang perladangan subsektor tumbuhan pangan. Pada saat proses produksi ataupun dalam fase budidaya, pohon milu juga tidak luput dari serangan penyakit, seperti halnya tanaman pertanian bukan. Kemalangan akibat serangan hama ki kesulitan jagung dapat dibilang tak boncel, apalagi bilang diantaranya berpotensi menimbulkan kegagalan pengetaman. Oleh karena itu, penanganan tepat terhadap serangan  penyakit tanaman jagung akan meningkatkan hasil produksi petani. Penyakit nan biasa mencamkan tanaman jagung di areal budidaya.

Peyakit plong Pokok kayu Milu

Komplikasi yang mencacat selama budidaya milu juga berpotensi menimbulkan kerugian. Terjangan parah penyakit-keburukan ini sekiranya tak dikendalikan dapat meletakkan hasil produksi jagung sehingga juga menurunkan pendapatan petani. Adapun ki kesulitan pokok kayu jagun galibnya disebabkan maka itu serangan hawar daun, busuk tangkai daun, ki kesulitan bule, rusak tongkol, busuk batang, karat daun, bercak  daun, serta virus.

1.   Wabah Daun (Helmithosporium turcicum)

Gejala

Awal terinfeksinya hawar daun, menunjukkan gejala berupa noda kecil, berbentuk lonjong kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik (disebut wabah), warnanya hijau keabu-abuan maupun coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak unjuk di menginjak dari daun terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi langka akibat serangan penyakit hawar daun dapat mengakibatkan tumbuhan jagung cepat ranah alias mengering. Rabuk ini enggak menginfeksi tongkol atau klobot milu, cendawan dapat bersiteguh hidup intern bentuk miselium dorman pada patera alias sisa-sisa tanaman di persil.

Penyebab

Penyakit hawar patera disebabkan makanyaHelminthosporium turcicum.

Pengendalian

  • Menanam jenis tahan hawar daun, seperti : Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
  • Pemusnahan seluruh putaran tanaman sebatas ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun.
  • Pemancaran  fungisida  menggunakan bahan aktif mankozeb ataupun dithiocarbamate. Dosis sesuai visiun di sampul.

2. Busuk Tulang daun (Rhizoctonia    solani)

a. Gejala


Penyakit busuk petiolus pada budidaya jagung umumnya terjadi di pelepah daun, gejalanya terdapat bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi duli-abu, seterusnya bercak merambat, seringkali diikuti pembentukan sklerotium berbentuk tidak beraturan, berwarna murni kemudian berubah menjadi cokelat.

Gejala serangan penyakit ini dimulai berpunca bagian pokok kayu yang paling kecil erat dengan permukaan persil kemudian menjalar ke episode atas. Penanaman varietas lain resistan penyakit ini (rentan), serangan cendawan penyebab busuk pelepah boleh mencapai pucuk maupun tongkol milu. Kawul ini bersikeras sukma bagaikan miselium dan sklerotium pada biji jagung, di internal lahan serta pada sisa-sempelah tumbuhan di lahan. Peristiwa tanah basah, lembab, serta drainase terbatas baik akan seronok pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga kondisi seperti ini merupakan sumur inokulum terdepan.

b. Penyebab


Penyebab penyakit busuk pelepah adalahRhizoctonia solani.

c. Pengendalian

– Menggunakan varietas/galur tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah seperti: Semar-2, Rama, Alur GM 27

– Diusahakan sebaiknya penanaman jagung tidak berlebih rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi

–  Lahan memilik idrainase baik

–  Pergiliran pokok kayu, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang selaras

– Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb ataupun karbendazim. Dosis/sentralisasi sesuai visiun di kemasan.

3. Komplikasi Bulai (Peronosclerospora maydis)

Penyakit bulai ialah kebobrokan utama budidaya milu. Kebobrokan ini menyerang tanaman jagung khususnya spesies rentan hama penyakit serta detik semangat tumbuhan jagung masih muda (antara 1-2 minggu setelah tanam). Kekeringan hasil produksi akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100%, terutama diversifikasi rentan.


a. Gejala

Gejala khas penyakit bulai ialah adanya warna khlorotik memanjang sejajar petiolus dengan batas terlihat jelas antara daun segak. Episode daun permukaan atas maupun bawah terdapat rona putih seperti serbuk, adv amat jelas di pagi hari. Seterusnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, tertera pembentukan tongkol buah, justru tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta terpuntir, rente berani berubah menjadi massa daun yang jebah.

Penyakit andan pohon jagung menyebabkan gejala sistemik dimana gejalanya rembet ke seluruh bagian pokok kayu jagung serta menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun akan terinfeksi. Tanaman terinfeksi penyakit bulai saat umur tanaman masih mulai dewasa biasanya bukan menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi ketika pokok kayu sudah tua lontok masih dapat terasuh buah, sekalipun buahnya kerdil-mungil karena  umumnya      pertumbuhan tanaman mengerdil.

a. Penyebab

Penyakit balar di Indonesia disebabkan oleh cendawan
Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya,

Pengendalian
– Mengebumikan tipe resistan penyakit balar seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima  15,       Lagaligo, ataupun Gumarang
– Melakukan hari hari independen tanaman milu minimal dua minggu sampai satu bulan
– Reboisasi  jagung secara refleks
– Pembantaian seluruh fragmen tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) lega tanaman        terserang ki kesulitan bulai
– Penggunaan fungisida metalaksil ketika perlakuan jauhar dengan dosis 2 gram (0,7 g alamat aktif)  /kg benih

4. Busuk tongkol Fusarium

a. Gejala


Gejala penyakit ini ditandai bidang biji tongkol jagung berwarna merah jambu sebatas coklat, kadang-kadang diikuti maka itu pertumbuhan miselium seperti mana kapas berwarna berma jambu. Rabuk berkembang baik pada kotoran tumbuhan maupun di privat lahan, cendawan ini dapat terikut jauhar, penyebarannya bisa melalui kilangangin kincir atau tanah. Penyakit busuk tongkol Fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan
Fusarium moniliforme.

5. Busuk tongkol Diplodia

a. Gejala


Gempuran busuk tongkol diplodia ditandai adanya warna coklat sreg klobot. Jika infeksi terjadi pasca- 2 minggu keluarnya rambut jagung menyebabkan angka berubah menjadi coklat, kisut karenanya busuk. Miselium cendawan diplodia berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar puas kelobot. Infeksi dimulai dari radiks tongkol berkembang ke bongkol kemudian merebak ke permukaan biji serta menutupi kelobot. Cendawan boleh bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia berdinding tebal puas sisa tanaman di lahan. Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan makanya infeksi baja
Diplodia maydis.

6. Rusak tongkol Gibberella

a. Gejala


Bidasan dini pada tongkol jagung dapat menyebabkan tongkol jagung menjadi busuk, kelobotnya saling berpasangan dekat plong tongkol, serta buahnya berwarna sensasional hitam di latar      kelobot           ataupun bongkol.

b. Pengendalian
:

–   Menggunakan pemupukan berimbang.

–   Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lahan, jika musim hujan bagian batang di bawah tongkol dipotong agar ujung tongkol tidak menjurus ke atas.

– Pergiliran tumbuhan mengunakan tanaman bukan tersurat padi-padian, karena patogen ini mempunyai banyak pokok kayu inang.

7. Busuk Layon

a. Gejala

Komplikasi tembelang layon jagung dapat menyebabkan kerusakan sreg varietas rentan hingga 65%. Pohon jagung terserang kelainan ini tampak layu ataupun sangar seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi plong stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Radiks bangkai terserang berubah dandan dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam batang busuk, sehingga mudah rebah, serta penggalan kulit luarnya tipis. Pangkal batang teriserang akan memperlihatkan warna merah muda, abang kecoklatan atau coklat. Komplikasi kemungkus batang jagung dapat disebabkan oleh delapan diversifikasi/cendawan sama denganColletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan, penyebab penyakit busuk mayit yang telah berbuah diisolasi adalahDiplodia sp., Fusarium sp. dan Macrophomina sp.

Penularan

Cendawan patogen penyebab ki aib busuk mayat memproduksi konidia sreg permukaan tanaman inangnya. Konidia boleh disebarkan oleh angin, air hujan abu ataupun insekta. Pada musim tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa pokok kayu terinfeksi dalam fase hifa ataupun piknidia dan peritesia nan berisi spora. Lega kondisi lingkungan nan sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar berpokok piknidia atau peritesia. Spora sreg latar pohon jagung akan tumbuh lalu menginfeksi melintasi akar tunggang alias pangkal batang. Infeksi sediakala dapat melampaui luka atau membuat sejenis apresoria, serta berkecukupan masuk ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin boleh menginfeksi ke tongkol jagung. Akibat lebih kanjut, biji terinfeksi takdirnya ditanam boleh menyebabkan ki aib busuk mayit.

d. Pengendalian

– Menanam varietas tahan serangan ki kesulitan busuk batang seperti BISI-1, BISI-4, BISI-5, Mentari, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, maupun J1-C3.

– Melakukan pergiliran tanaman.

– Melakukan pemupukan berimbang, pergi kasih N tinggi dan K kurang.

– Drainase baik.

– Pengendalian penyakit kemungkus buntang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawanantagonis Trichodermasp.


8. Karat Patera (
Puccinia polysora
)

a. Gejala

Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat di permukaan daun jagung putaran atas maupun asal, uredinia menghasilkan uredospora berbentuk bulat atau oval serta main-main penting sebagai sendang inokulum dalam menginfeksi Tanaman jagung lainnya, sebarannya melampaui kilangangin kincir. Masalah karat dapat terjadi di legok terbatas hingga strata, infeksinya berkembang baik plong periode penghujan alias musim kering.

b. Penyebab

Komplikasi karat disebabkan olehPuccinia polysora

c. Pengendalian

– Memakamkan varietas tahankarat daun, seperti Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1 atau Semar-10
– Pembantaian seluruh bagian tanaman sebatas ke akarnya (Eradikasi pohon) pada pohon terinfeksi karat patera ataupun gulma

– Penyemburan fungisida menggunakan korban aktif benomil. Dosis/sentralisasi sesuai petunjuk  di         kemasan.

8. Bercak Patera (Bipolaris maydis Syn.)

a. Gejala


Komplikasi noda daun pada tanaman jagung dikenal dua diversifikasi menurut ras patogennya yaitu ras O dan Lengkung langit. Ras O calit berwarna coklat kemerahan berukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm, sementara itu Ras Falak bercak berukuran lebih besar adalah (0,6-1,2)x(0,6-2,7) cm. Ras T berbentuk kumparan, bercak berwarna baru kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras Lengkung langit lebih berbahaya (keji) dibanding ras O. Serangan pada bibit tumbuhan menyebabkan pokok kayu menjadi layu atau mati intern waktu 3-4 ahad selepas tanam.
Tongkol terserang/terinfeksi dini menyebabkan bijinya akan rusak dulu busuk, bahkan tongkol jagung dapat gugur. Calit pada ras Lengkung langit terdapat di seluruh episode tanaman (baik daun, tulang daun, batang, tangkai kelobot, skor, maupun tongkol jagung). Satah skor meradang terpejam miselium berwarna serbuk-abuk sebatas hitam sehingga boleh menaruh hasil produksi secara signifikan. Cendawan ini intern susuk miselium dan spora bisa bertahan spirit dalam sempelah tanaman di lahan atau lega biji jagung di penyimpanan. Konidia yang terbawa kilangangin kincir ataupun percikan air hujan angin dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman milu.

b. Penyebab


Problem bercak daun penyebabnya adalahBipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua ras yaitu ras Ozon dan ras Lengkung langit.

c. Pengendalian

– Menyelamatkan varietas resistan terjangan calit daun, seperti Bima-1, Srikandi Kuning-1, Sukmaraga atau Palakka

– Pemusnahan seluruh episode tumbuhan sampai akarnya (Eradikasi tanaman) sreg tanaman meradang calit patera

– Penggunaan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

9. Virus Mosaik

a. Gejala

Gejala keburukan virus mozaik plong budidaya jagungditandai pokok kayu jagung menjadi mungil, daun berwarna mosaik atau bau kencur dengan diselingi garis-garis kuning, jika dilihat secara keseluruhan tanaman tampak bercat tebak kekuningan mirip gejala bulai cuma parasan patera episode sumber akar maupun atas apabila dipegang tak terasa adanya debu spora. Penularan virus boleh terjadi secara mekanis atau melangkaui insekMyzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara nonpersisten. Tanaman milu meradang virus ini umumnya menjadikan penjatuhan hasil secara berharga.

b. Pengendalian

– Mencabut tanaman jagung terinfeksi virus seawal kali semoga tidak menjadi sumur infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman musim mendatang.

– Melakukan pergiliran tanaman, enggak menanam tanaman milu secara terus menerus di lahan yang sama.

– Penyemprotan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup jenjang. Dosis/pemfokusan lain melebihi anjuran dalam  paket.

– Tidak menanam semen jagung dari tanaman terinfeksi virus.

Daftar pustaka

Semangun,H. 2004. Penyakit-penyakit Pokok kayu Jenggala di Indonesia. Gajah Mada University Press. 449 hal.

http.www.google.com / penyakit bulai sreg Jagung

http. http://www.SinarTani.com / TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI Pokok kayu Jagung – Kilauan Berladang – Membangun Independensi Agribisnis.htm

www.tanindo.com/abdi7/hal3602.htm

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of in Indonesia. Resived and translated by P.A. van der Laan, University of Amsterdam. PT Ichtiar Bau kencur, van Hoeve, Jakarta. 701 hal.

Lucas,J.A. 1998. Plant Pathology and Pathogens. 3rd Edition. Blackwell Science.


Source: http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/722-beberapa-penyakit-pada-tanaman-jagung-dan-pengendaliannya

Posted by: holymayhem.com