Obat Dari Tanaman Cempaka Pdf

Taman Nasional Ujung Kulon

IUCN Kategori II (Cagar alam)

Ujung Kulon National Park, 2014.jpg

Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Ujung Kulon

Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Ujung Kulon

TN Ujung Kulon

Tampilkan peta Provinsi Banten

Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Ujung Kulon

Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Ujung Kulon

TN Ujung Kulon

Tampilkan denah Jawa

Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Ujung Kulon

Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Ujung Kulon

TN Ujung Kulon

Tampilkan kar Indonesia

Lokasi Yojana Nasional Ujung Kulon

Letak Jawa, Indonesia
Koordinat


6°44′48″S
105°20′1″E


 / 

6.74667°S 105.33361°E
 /
-6.74667; 105.33361




Koordinat:



6°44′48″S
105°20′1″E


 / 

6.74667°S 105.33361°E
 /
-6.74667; 105.33361




Luas 122.956 hektare (1229,56 km²)
Didirikan 1980
Peziarah 12.000-an (hari 2014[1])
Pihak organisator Departemen Lingkungan Vitalitas dan Kehutanan
Situs web www.ujungkulon.org
Situs Warisan Mayapada UNESCO
Kriteria Alam: vii, x
Referensi 608
Pengukuhan 1991
(Sesi ke-15)

Cagar alam Ujung Kulon
terletak di bagian minimum barat Pulau Jawa, Indonesia. Kawasan taman kebangsaan ini pada mulanya membentangi wilayah Krakatau dan bilang pulau kecil di sekitarnya seperti Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang dan Pulau Panaitan. Kawasan yojana nasional ini mempunyai luas seputar 122.956 Ha; (443 km² di antaranya yakni laut), yang dimulai dari Ancol Ujung Kulon hingga dengan Lautan Hindia.

Ujung Kulon yaitu yojana kebangsaan tertua di Indonesia yang sudah diresmikan sebagai salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO lega tahun 1991, karena wilayahnya mencakupi wana lindung yang dulu luas. Hingga saat ini kurang kian 50 sampai dengan 60 badak hidup di habitat ini.

Pada awalnya Ujung Kulon adalah daerah perladangan lega beberapa masa sampai jadinya hancur lebur dan habis seluruh penduduknya ketika Gunung Krakatau meletus puas sungkap 27 Agustus 1883 yang alhasil mengubahnya wilayah ini pula menjadi hutan.

Kartu timbrung ke Taman Kewarganegaraan ini bisa diperoleh di kantor Balai Cagar alam di Labuan atau di pos Tamanjaya. Fasilitas penginapan terletak di desa Tamanjaya, Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang.

Bikin meningkatkan kemampuan pengelolaan Cagar alam Ujung Kulon bak Situs Peninggalan Bendera Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan investasi dan bantuan teknis.

Album dan Gengsi Distrik

[sunting
|
sunting sumber]

Negeri Ujung Kulon purwa mungkin dijelajahi oleh seorang pakar ilmu tumbuh-tumbuhan Jerman, F. Junghuhn, puas tahun 1846, buat keperluan mengumpulkan tumbuhan tropis. Pada masa itu kekayaan flora dan binatang Ujung Kulon mutakadim mulai dikenal maka dari itu para peneliti. Malah pengelanaan ke Ujung Kulon ini senggang masuk di privat jurnal ilimiah sejumlah tahun kemudian. Tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1883. Namun kemudian keajaiban letusan Krakatau yang menghasilkan gelombang listrik Tsunami setinggi kurang makin 15 meter, telah memporak-porandakan tidak sekadar pemukiman penduduk di Ujung Kulon, semata-mata pula menimpa binatang liar dan vegetasi yang ada. Biarpun letusan Krakatau telah menyapu nirmala daerah Ujung Kulon, akan tetapi beberapa tahun kemudian diketahui bahwa ekosistem-vegetasi dan satwaliar di Ujung Kulon tumbuh baik dengan cepat.

Perkembangannya kemudian, sejumlah areal berhutan ditetapkan umpama kawasan nan dilindungi, secara berurutan.

Tahun 1921

[sunting
|
sunting mata air]

Berdasarkan rekomendasi terbit Perhimpunan The Netherlands Indies Society for The Protectin of Nature, Semenanjung Ujung Kulon dan Pulau Panaitan ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai Kawasan Suaka Alam melalui SK Pemerintah Hindia Belanda Nomor: 60 Tanggal 16 November 1921.

Musim 1937

[sunting
|
sunting sumber]

Besluit Van Der Gouverneur – General Van Nederlandch – Indie dengan keputusan Nomor: 17 Terlepas 24 Juni 1937 menjadwalkan pamor kawasan Taman nasional tersebut kemudian diubah menjadi Kawasan Suaka Margasatwa dengan memasukkan Pulau Peucang dan Pulau Panaitan.

Tahun 1958

[sunting
|
sunting sumber]

Beralaskan SK Menteri Pertanian Nomor: 48/Um/1958 Tanggal 17 April 1958 Provinsi Ujung Kulon berubah harga diri kembali menjadi Wilayah Suaka Pan-ji-panji dengan menjaringkan kewedanan perairan laut selebar 500 meter bersumber had air laut surut terendah.

Tahun 1967

[sunting
|
sunting sumber]

Melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 16/Kpts/Um/3/1967 Sungkap 16 Maret 1967 Kawasan Gunung Honje Selatan seluas 10.000 Ha yang bergandengan dengan bagian Timur Tanjung Ujung Kulon ditetapkan menjadi Taman nasional Ujung Kulon.

Tahun 1979

[sunting
|
sunting sumber]

Melangkaui SK Nayaka Perkebunan Nomor: 39/Kpts/Um/1979 Rontok 11 Januari 1979 Kawasan Gunung Honje Utara seluas 9.498 Ha dimasukkan ke intern wilayah Cagar alam Ujung Kulon.

Perian 1992

[sunting
|
sunting sendang]

Melampaui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 284/Kpts-II/1992 Rontok 26 Februari 1992, Ujung Kulon ditunjuk sebagai Taman Nasional Ujung Kulon dengan luas total 122.956 Ha terdiri dari kawasan darat 78.619 Ha dan perairan 44.337 Ha.

N domestik hal penandasan batas-batas rimba negara, kronologi penataan batasnya adalah seumpama berikut:

Tahun 1980

[sunting
|
sunting sumber]

Dilaksanakan Tata Batas di Taman nasional Dolok Honje, Berita Program Tata Batas lega Tanggal 26 Maret 1980, dan disyahkan Rontok 2 Februari 1982 oleh Nayaka Pertanian.

Tahun 1995

[sunting
|
sunting sendang]

Dilaksanakan Rekonstruksi Had Taman nasional Ujung Kulon daerah G. Honje oleh Bodi Planologi Kehutanan. Tubuh Planologi Kehutanan, Ujana Kebangsaan Ujung Kulon bekerjasama dengan Pemerintah New Zealand melaksanakan pengepakan sebanyak 6 ( heksa- ) yang terdiri dari 1 ( satu ) unit Rambu mercu, dan 5 (lima) unit pelampung perumpamaan had perairan laut.

Hari 1999

[sunting
|
sunting perigi]

Badan Planologi Kehutanan melaksanakan pemasangan pancang suar kuning di Tj. Alang – alang dan pemancangan titik referensi di Tj. Sodong, Tj. Layar, Tj. Alang – alang, Tj. parat dan Tj. Cina. Bodi Planologi Kehutanan melaksanakan pengukuran batas alam rantau Ancol Ujung Kulon. Sesuai SK Nayaka Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 758/Kpts-II/1999 Tanggal 23 September 1999 menetapkan Distrik Perairan Yojana Nasional Ujung Kulon seluas 44.337 Ha laksana Area Pelestarian Alam Perairan.

Tahun 2004

[sunting
|
sunting sumber]

Balai Pemantapan Kawasan Pangan ( BPKH ) Wilayah XI Jawa – Madura melaksanakan Rekonstruksi Batas Cagar alam Ujung Kulon di daerah Gunung Honje.

Negeri Cagar alam Ujung Kulon sebagai negeri yang dilindungi bersendikan Undang-undang No.5 musim 1990 adapun Preservasi Sumberdaya Alam dan Undang-undang No.41 masa 1999 tentang Kehutanan, telah mendapat pengakuan sebagai kawasan yang terdahulu dan dibanggakan secara kebangsaan dan internasional, antara tak:

Waktu 1992

[sunting
|
sunting sumur]

Persen Warisan Dunia UNESCO mematok Taman Nasional Ujung Kulon andai Natural World Heritage Site (Situs Warisan Alam Dunia) dengan Arsip Keputusan Nomor: SC/Eco/5867.2.409 Tanggal 1 Februari 1992.

Sebagai Kewedanan Strategis Kebangsaan dari ki perspektif kepentingan faedah dan daya bawa lingkungan hidup (intern Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Kerangka Tata Ulas Wilayah Kewarganegaraan).

Letak dan Luas

[sunting
|
sunting sumber]

Daerah Cagar alam Ujung Kulon secara administrative terdapat di Kecamatan Mata air dan Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara (


06°52′17″S
105°02′32″E


 / 

6.87139°S 105.04222°E
 /
-6.87139; 105.04222


) dan (


06°30′43″S
105°37′37″E


 / 

6.51194°S 105.62694°E
 /
-6.51194; 105.62694


).

Berdasarkan Pertinggal Keputusan Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 rontok 26 Februari 1992 tentang Persilihan Fungsi Taman nasional Giri Honje, Cagar Duaja Pulau Panaitan, Suaka alam Pulau Peucang, dan Suaka alam Ujung Kulon seluas 78.619 Ha dan Pendakwaan perairan laut di sekitarnya seluas 44.337 Ha yang terdapat di Kabupaten Daerah tingkat II Pandeglang, Provinsi Dati I Jawa Barat menjadi Suaka alam dengan stempel Cagar alam Ujung Kulon maka luas distrik Taman nasional Ujung Kulon adalah 122.956 Ha.

Ekosistem dan tipe ekosistem

[sunting
|
sunting sumber]

Kawasan Yojana Nasional Ujung Kulon memiliki tiga spesies ekosistem yaitu:

  • Ekosistem daratan/teresterial, terdiri dari hutan hujan angin tropika lembang rendah yang terdapat di daerah Gunung Honje, Tanjung Ujung Kulon, Pulau Peucang dan Pulau Panaitan.
  • Ekosistem perairan laut
    terdiri dari terumbu karang dan padang walaupun nan terdapat di wilayah perairan Jazirah Ujung Kulon, Pulau Handeuleum, Pulau Peucang dan Pulau Panaitan.
  • Ekosistem pesisir pantai
    terdiri mulai sejak wana tepi laut yang terwalak di sepanjang pesisir pantai dan hutan mangrove di bagian timur laut Ancol Ujung Kulon.

Ketiga ekosistem tersebut memiliki relasi saling ketergantungan dan membentuk dinamika proses ilmu lingkungan nan sangat kompleks di kerumahtanggaan wilayah.

Spesies ekosistem

[sunting
|
sunting sumber]

Hutan pantai

[sunting
|
sunting sumber]

Dimulai dengan formasi
ambah-ambah-caprae
nan ialah vegetasi pioner terdapat di sepanjang comberan pantai barat dan selatan. Di atas pasir damping dengan garis pasang tertinggi antara lain dijumpai
Ipomoea ambah-ambah-caprae
(katang-katang),
Spinifex littoreus
(jukut ara),
Desmodium umbellatum
(kanyere laut) dan
Sophora tomentosa
(cumi-cumi laut). Di sepanjang pesisir kidul di atas bukit pasir menghadap laut terwalak
Pandanus tectorius
(pandan duri) takhlik tegakan-tegakan murni dan
Pandanus bidur
(pandan bidur) sungguhpun agak runyam.

Selanjutnya di lapisan makin dalam ditemui
Lantana camara
(cente),
Hibiscus tiliaceus
(waru),
Thespesia populnea
(waru laut),
Tournefortia argentea
(babakoan). Lebih turun ke kerumahtanggaan ditemui
Drypetes sumatrana
(taritih),
Laportea stimulans
(pulus). Tepat di belakang bukit ramal nan membosankan dan lembap ditemui
Arenga obtusifolia
(langkap),
Corypha utan
(gebang) dan spesies palma lainnya. Kadang-kadang tegakan pandan diganti maka dari itu formasi
Barringtonia
karena tanahnya makin lembap dan terlindung oleh kilangangin kincir.

Formasi
Barringtonia
di pantai daksina ditandai oleh adanya
Barringtonia asiatica
(butun),
Cerbera manghas
(bintaro),
Terminalia catappa
(ketapang),
Syzygium
spp. (kopo),
Hernandia peltata
(kampis cina),
Calophyllum inophyllum
(nyamplung),
Buchanania arborescens
(poh-pohan) dan
Pongamia pinnata
(malapari). Formasi ini juga didapati di rantau utara, di atas batu halus karang kerumahtanggaan jalur memanjang sempit pecah pantai ke arah dalam sepanjang 5–15 m. Di wadah-arena tertentu yang terbuka di adegan barat daya di temui
Pemphis acidula
(cantigi laut) dan
Ardisia humilis
(lampeni).

Wana mangrove

[sunting
|
sunting sumber]

Tipe-jenis bakau yang minimal publik terdapat ialah padi-pari (Lumnitzera racemosa), Api-api (Avicennia
spp.), Bakau-bakau (Rhizophora
spp.), bogem (Sonneratia alba) dan pedada (Bruguiera
spp.). Kadang-kadang terletak
Nypa fruticans
dan paku laut (Acrostichum aureum) di hilir wai payau. Hutan mangrove yang luas terdapat pada jalur yang luas sejauh sisi lor tanah saring merebak ke sisi utara selama pantai sampai Sungai Cikalong dan Legon Lentah Pulau Panaitan. Di atas sebelah barat laut Pulau Handeuleum dan kedua pulau kecil di sebelah daksina dekat Pulau Handeuleum terdapat wana pandau nipah nan tidak begitu luas, pula di muara Cijungkulon dan Cigenter di pesisir lor Semenanjung Ujung Kulon.

Hutan rawa air tawar

[sunting
|
sunting sumber]

Hutan ini dicirikan dengan jenis-variasi dataran (Typha angustifolia), teki (Cyperus
spp.), walingi (Cyperus pilosus), dan lampeni (Ardisia humilis), nan kadang-kadang mewujudkan tegakan asli. Pohon yang terdapat di daerah ini antara lain berasal familia Palmae misalnya
Salacca edulis
(salak) dan
Caryota mitis
(sayar). Wana ini kebanyakan berbatasan dengan hutan hujan dataran rendah. Hutan rawa musiman ini terdapat di penggalan utara Semenanjung Ujung Kulon dekat dengan Tanjung Alang-alang, Nyiur, Jamang, dan sungai Cihandeuleum.

Hutan hujan tropika dataran kurang

[sunting
|
sunting sumber]

Tipe wana hujan angin ini menutupi sanding sebagian besar Tanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang dan Bukit Honje. Pangan hujan ini ditandai dengan banyaknya palma semenjak berbagai ragam spesies terutama
Arenga obtusifolia
(langkap) nan sering dijumpai dalam tegakan jati di daerah yang letaknya minus. Keberagaman palem nan bukan ialah
Oncosperma filamentosa
(nibung),
Arenga pinnata
(aren),
Caryota mitis
(sayar),
Areca catechu
(pinang),
Areca pumida
(bingbin),
Corypha gebanga
(gebang),
Licuala spinosa
(kaman),
Calamus
spp. dan
Daemonorops
spp. (rotan). Selain itu terletak spesies
Lagerstroemia benang sutra-reginae
(bungur),
Ficus
spp. (kiara),
Diospyros macrophylla
(ki calung),
Vitex pubescens
(laban),
Anthocephalus chinensis
(hanja) dan
Planchonia valida
(putat).

Di area nan nisbi melangah seperti di dataran tinggi Telanca n kepunyaan sedikit pohon lautan tetapi rapat oleh semak dan tumbuhan sekunder sebagai halnya
Achasma
spp. (tepus),
Nicolaia
spp. (honje),
Donax cannaeformis
(bangban), dan
Lantana camara
(cente) yang bercampur dengan berbagai macam keberagaman rotan dan sesekali terdapat
Syzygium polyanthum
(salam) dan
Leea
spp. (sulangkar) serta plural spesies liana misalnya
Cayratia geniculata
(areuy kibarela),
Ziziphus tupula
(areuy jinjing selerang),
Uncaria
sp. (areuy kolebahe) dan
Embelia javanica
(areuy kecembeng).

Gunung Payung mempunyai hutan primer yang rimbun dan lebih mencirikan vegetasi rangkaian gunung, dengan tanaman
Dillenia excelsa
(ki stempel),
Pentace polyantha
(pintu sigeung),
Vitex pubescens
(laban) dan enggak-tidak.

Padang rumput

[sunting
|
sunting sumber]

Di privat sabana sering ditemui beberapa variasi jukut, di antaranya
Cyperus pilosus,
Cyperus compactus,
Panicum repens,
Panicum colonum,
Andropogon
sp.,
Isachne meliacea,
Imperata cylindrica
(lalang) dan
Melastoma polyanthum
(harendong).

Flora dan Sato

[sunting
|
sunting sendang]

Flora

[sunting
|
sunting sumber]

Flora di Suaka alam Ujung Kulon membentuk beraneka ragam formasi hutan, di mana formasi pangan ini dicirikan adanya dominasi oleh diversifikasi/keberagaman tertentu. Ditinjau dari tipe hutan, flora di wilayah ini terdiri berpangkal wana pantai, hutan hujan tropika dataran rendah, hutan hujan angin tropika pegunungan, jenggala pandau air batil, pangan mangrove dan padang suket. Formasi hutan nan cukup teoretis ini mengandung keragaman plasma nutfah serta spesies pohon berguna dan langka yang sangat tinggi. Beberapa keberagaman tumbuhan diketahui runyam dan di pulau jawa hanya terwalak di TN Ujung Kulon antara enggak:
Batryohora geniculata,
Cleidion spiciflorum,
Heritiera percoriacea, dan
Knema globularia. Banyak pula berbagai jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan umum baik bikin papan pertukangan, obat­-obatan, pohon hias maupun pangan. Jenis-jenis yang sudah lalu dimanfaatkan tersebut antara lain bayur (Pterospemum javanicum) dan berbagai rotan (Calamus sp.) bagaikan alamat pertukangan; kayu gaharu (Aquilaria malaccensis), Tiang cempaka (Michelia campaca) dan kusen jambe (Areca catechu) sebagai korban pengasosiasi-obatan; Anggrek (Dendrobium sp.) sebagai pokok kayu hias; tangkil (Gnetum gnemon) dan salak (Salacca edulis) sebagai bahan pangan.

Jenggala pantai umumnya dicirikan makanya adanya jenis-jenis
nyamplung
(Calophyllum innophyllum),
butun
(Barringtonia asiatica),
Klampis Cina
(Hemandia peltata),
ketapang
(Terminalia catappa),
cingkil
(Pongamia pinnata) dan lain-lain. Formasi hutan pantai ini biasanya dikenal sebagai formasi barringtonia dengan spesies yang sedikit beranekaragam dan
nyamplung
merupakan jenis nan lebih spesifik tipenya. Formasi ini terdapat sepanjang pantai Barat dan Timur Laut Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Peucang, sepanjang pantai Utara dan teluk Kasuaris Pulau Panaitan. Rata-rata formasi ini hidup di atas pasir karang dalam jalur sempit memanjang sepanjang pantai dengan lebar 5 sampai 15 meter.

Binatang

[sunting
|
sunting sendang]

Suaka alam Ujung Kulon memiliki berbagai rupa jenis hewan liar baik bersifat endemik maupun penting bagi dilindungi. Secara umum kawasan ini masih berharta mencentang perkembangbiakan majemuk populasi satwa ilegal. Beberapa jenis dabat endemik penting dan merupakan jenis langka yang dahulu perlu dilindungi ialah Badak jawa (Rhinoceros sondaicus), Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis aigula) dan Anjing hutan (Cuon alpinus javanicus).

Jazirah Ujung Kulon pada saat ini merupakan habitat terpenting berusul Badak jawa, yang populasinya diperkirakan suka-suka 50-60 ekor, serta merupakan suatu-satunya tempat di dunia di mana secara alami Badak Jawa kreatif berkembang biak pada dekade keladak ini. Di suaka alam ini diperkirakan ada sekitar 30 jenis mamalia, yang terdiri dari binatang menyusui ungulata seperti Badak, Banteng, Kijang, Rusa, Kancil, dan Babi Hutan, mamalia predator seperti Harimau Tutul, Serigala, Maung Dahan, Luwak dan Kucing Pangan, mamalia kecil seperti walang kopo, tando, landak, tupai petak, kalong, bintarung, anjing air, tikus, trenggiling dan jelarang. Di antaraPrimata terdapat dua spesies endemik, yaitu Owa dan Surili. Sedang jenis Primata tak merupakan Lutung (Presbytis cristata), Kukang (Nycticebus coucang) dan Monyet ekor strata (Macaca fascicularis) mempunyai populasi yang memadai baik dan tersebar di sebagian kawasan.

Banteng (Atasan javanicus) yaitu binatang berkuku terbesar dan terbanyak jumlah populasinya (± 500 ekor). Satwa ini hanya terdapat di Semenanjung Ujung Kulon dan Ardi Honje, serta tak dijumpai di Pulau Panaitan. Rusa (Cervus timorensis) di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje terdapat dalam jumlah dan penyebaran yang sangat abnormal,dan di Pulau Peucang tedapat internal kuantitas yang sangat banyak, dan di Pulau Panaitan menunjukan jalan nan semakin banyak. Bagong (Sus scrofa), muncak (Muntiacus muntjak) dan kancil (Tragulus javanicus) relatif umum terwalak di seluruh area, saja celeng (Sus verrucosus) cuma di jumpai di Ancol Ujung Kulon dan Dolok Honje.

Jumlah Fauna

  • Terletak 35 jenis hewan menyusui
  • Terwalak 5 tipe Primata
  • Terdapat 240 jenis Kontol
  • Terdapat 59 macam Reptilia
  • Terwalak 22 tipe Amphibia
  • Terletak 72 varietas Insecta
  • Terdapat 142 jenis Pisces
  • Terdapat 33 tipe Terumbu Karang

Pulau-Pulau di Suaka alam Ujung Kulon

[sunting
|
sunting mata air]

Di Cagar alam Ujung Kulon juga terdapat berbagai jenis Pulau nan tepat cak bagi Perlindungan dan juga Pariwisata, di antaranya ;

Pulau Panaitan

[sunting
|
sunting mata air]

Pulau Panaitan adalah sebuah pulau yang terletak paling barat di Ujung Semenanjung Kawasan Suaka alam Ujung Kulon yang dipisahkan oleh sebuah selat sempit. Pulau Panaitan yakni pulau yang tidak kalah menariknya dengan Pulau Peucang. Pulau dengan luas ± 17.000 Ha ini n kepunyaan berbagai rupa potensi objek ekoturisme yang sangat menjajarkan buat dikunjungi.

Perbukitan Pulau Panaitan terbentuk makanya hutan yang masih asli dengan pergaulan vegetasi Hutan Mangrove, Hutan Pantai dan Hutan Hujan angin lembang rendah. Hal hutannya yang masih tulen ini dihuni makanya beraneka rupa varietas binatang liar seperti kijang, bengkunang, babi hutan, kera ekor panjang, buaya, kadal, ular bakau phyton, dan pancaragam titit.

Di Pulau Panaitan ini juga terdapat Arca Ganesha beserta benda-benda peninggalan sejarah lainnya yang punya nilai historis sangat pangkat dan merupakan pusaka zaman hindu bersejarah, tepatnya di Puncak Gunung Raksa. Area pesisir berbatu dan berpasir kalis dengan terumbu karang yang indah di dalamnya habis baik untuk kegiatan wisata umbul-umbul kelautan seprti menyelam dan selam permukaan. Riak ombak di lautnya pas strata sehingga sepakat cak bagi berselancar.

Pada beberapa bagian kawasan daratan pulau ini telah tersedia jalan setahap bakal mengakomodasikan kegiatan tersebut di atas, namun belum dilengkapi dengan sarana/fasilitas partisan pelancongan lainnya terutama layanan akomodasi yang memadai buat wisatawan.

Pulau Handeleum

[sunting
|
sunting sumber]

Pulau Handeuleum terwalak di antara gugusan pulau-pulau kecil nan berada di ujung timur laut pantai Ancol Ujung Kulon. Luas Pulau Handeuleum ± 220 Ha. Di Pulau ini terdapat hewan rusa (Rusa timorensis), dan ular cindai phyton. Pulau ini dikelilingi oleh hutan mangrove.

Pesona yang boleh dinikmati di Pulau ini adalah wilayah Cigenter, Padang Penggembalaan Cigenter, dan Cikabeumbeum yang jika ditempuh bisa menghabiskan periode sepanjang 2 (dua) hari. Bagi menerobos daerah tersebut diperlukan perahu/kano karena akan menyusuri sungai.

Keadaan menggandeng lainnya yang bisa dilakukan di pulau ini yaitu bersampan/canoing menyusuri Sungai Cigenter refleks melihat tipe rimba hujan angin tropis sejauh sungai. Pada babak hulu kali besar terdapat rute jalan setapak yang melalui tanaman bamboo menuju riam kecil yang bertingkat.

Pulau Peucang

[sunting
|
sunting sumber]

Pulau Peucang merupakan lokasi nan paling gempita dikunjungi maka dari itu para tamu baik dalam maupun luar kawasan. Pulau dengan luas kawasan ± 450 ha ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta plural mangsa pariwisata alam nan boleh dikunjungi oleh Wisatawan. Fasilitas nan ada di Pulau Peucang antara lain Mes, Sendi Informasi, Dermaga, dan tak sebagainya.

Pantai di Pulau Peucang n kepunyaan karakteristik yang khas yaitu pasir zakiah dan hamparan yang luas. Bahan wisata liwa yang boleh dinikmati di pulau ini antara lain Tracking ke Karang Copong, berenang, selam permukaan dan Menyelam. Wildlife viewing dapat dinikmati dengan menyeberang ke Padang Penggembalaan Cidaon yang meratah musim ± 15 menit dengan menunggangi boat kecil yang bertenaga 6 (enam) orang. Di Cidaon ini kita dapat menuduh pementasan binatang sebagaimana Banteng, Merak, Rusa, dan Ciling. Selain itu kita pun boleh mengintai situs sejarah peninggalan kolonial Belanda berupa Mercusuar Semenanjung Layar dan bekas pembangunan Dermaga di Ancol Cucur dan Cibom.

Ancol Ujung Kulon

[sunting
|
sunting sumber]

Pesisir Cimayang Ujung Kulon

Wilayah Semenanjung Ujung Kulon merupakan habitat Warak Jawa (Rhinoceros sondaicus), sehingga dalam pengelolaan wisata alam cak bagi lokasi ini silam terbatas sekali. Hal ini dikarenakan kiranya tidak mengganggu habitat Badak Jawa. Luas area Semenanjung Ujung Kulon ini ± 38.000 Ha. Kegiatan wisata alam nan dapat di bakal di lokasi ini antara lain Trekking, Berkemah dan Mengamati Hewan Liar.

Di Semenanjung Ujung Kulon terdapat kolek tetap yang dapat digunakan bagi Trekking. Fasilitas lainnya adalah Pos Jaga yang terwalak dibeberapa titik begitu juga Karang Ranjang, Cibunar, dan Cidaon. Selain trekking, kegiatan pelancongan lainnya nan bisa dilakukan adalah mengamati kawanan hewan di padang penggembalaan Cidaon dan Cigenter, berkemah di Semenanjung Layar, dan tamasya budaya di Goa Si Hyang Biram.

Gunung Honje

[sunting
|
sunting sendang]

Jabal honje merupakan keseleo satu wilayah Taman Nasional Ujung Kulon. Luas area Gunung Honje ± 19.500 Ha dan disekitarnya dikelilingi oleh 19 (sembilan belas) desa penyangga baik yang berbatasan berbarengan atau tidak sekalian. Salah satu desa yang menjadi gapura gerbang masuk ke Cagar alam Ujung Kulon adalah Desa Wisata Tamanjaya.

Objek wisata menjujut nan terletak diseputar Tamanjaya antara lain Kampung Nelayan Cibanua, Curug Paniis, sumur air panas Cibiuk, dan mengamati Owa Jawa di Curug Cikacang. Akomodasi akomodasi nan terdapat di Tamanjaya antara lain Penginapan Sundajaya, penyewaan perahu/kapal, perkumpulan pemandu wisata/guide local, dan gerendel pembuatan souvenir reca badak.[2]

Kematian Badak Bercula Satu

[sunting
|
sunting mata air]

Seekor warak jantan ditemukan oleh Tim Inventarisasi Warak Jawa (Sdr. Baehaki dan tiga personilnya) di seputar areal Nyiur (E: 060 40’ 34,1” – S: 1050 20’ 22,3”) – Suaka alam Ujung Kulon, plong hari Kamis, 20 Mei 2010, palu 14.40 WIB. Lokasi kematian badak dikenal sebagai jalur lintasan/pergerakan badak, dan individu yang mati jadi-jadian di bawah tanaman. Dengan kondisi yang utuh tulang belulang dan tanduk badaknya, individu badak itu tersebut telah berada di tempat sepan lama (selingkung suatu bulan). Data dan pemberitaan tanah lapang tidak adapun warak nan mati tersebut, yaitu:

  • Posisi kematian berbaring puas jihat kanan.
  • Tanduk, kerangka dan transmisi-gigi kondisinya masih baik.
  • Tulang belulang nan masih utuh diselimuti larva (larva) plong sumbu badak dan ceker-kuku kaki.
  • Kondisi gigi seri dan baham cukup baik (masih ekstrem)
  • Panjang benak terbit ujung kepala ke pangkal ekor adalah 270 cm dengan tangga ekor 55 cm.
  • Kerangka badak berada dalam kondisi 90% lengkap dengan bilang adegan yang tidak ditemukan berupa: beberapa lemak tulang digit (deriji), sternum (sumsum dada), 1 (suatu) gigi cerah katai/menur, dan ujung tulang ekor.
  • Saat ditemukan tulang kepala ki berjebah di damping cakar suku depan, dan ceker kaki belakang tenggelam di dalam kapling sedalam kurang bertambah 5–7 cm (bertambah kerumahtanggaan dibanding kuku suku depan).

Berdasarkan posisi kematian badak serta utuhnya gambar dan masih adanya cula, mortalitas badak kesatria dewasa ini dipastikan tidak karena usia tua dan bukan karena perburan liar. Penyebab-penyebab bukan nan masih akan dianalisis sebagai halnya:

  • Pemeriksaan ulang gigi herbivora (kondisi dan arwah) makanya dokter hewan
  • Amatan tanah di sekitar gambar badak nan meliputi: logam rumpil (Hg) dan bahan toksik (Sianida), mikroorganisme (E. Coli, Salmonella), Trypanosoma, Anthraks.

Referensi

[sunting
|
sunting perigi]


  1. ^


    Indriani, Ririn (7 Juli 2015). “Kunjungan Wisatawan ke Ujung Kulon Terus Meningkat”.
    Suara.com. Kritik.com. Diakses tanggal
    22 April
    2017
    .





  2. ^


    Post, The Jakarta. “Ujung Kulon: Memories of paradise”.
    The Jakarta Post
    . Diakses copot
    2016-10-10
    .




Bacaan tersapu

[sunting
|
sunting perigi]

  • A. Hoogerwerf. 1970.
    Udjung Kulon, the land of the last Javan rhinoceros. With local and general data on the most important faunal species and their preservation in Indonesia. Leiden:E.J. Brill
  • H. Kurniati. 2002. “Frogs and toads of Ujung Kulon, Ardi Halimun and Gede-Pangrango National Park”.
    Berita Ilmu hayat, Vol.
    6(1): 75-84. (April 2002, Edisi Khusus “Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (II)”)

Pranala luar

[sunting
|
sunting sumber]

  • (Indonesia)
    Situs Resmi Cagar alam Ujung Kulon
  • (Indonesia)
    Situs Resmi TN Ujung Kulon lama Diarsipkan 2022-09-22 di Wayback Machine.
  • (Indonesia)
    Taman nasional Ujung Kulon di Departemen Kehutanan Diarsipkan 2012-06-20 di Wayback Machine.
  • (Indonesia)
    Suaka alam Ujung Kulon di WWF Indonesia Diarsipkan 2012-06-11 di Wayback Machine.



Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Ujung_Kulon

Posted by: holymayhem.com