Obat Cempaka Jurnal Issn Tanaman
Uji Aktivitas Esensi Daun Cempaka (Michelia champaca) Terhadap Pengendalian Pertumbuhan Jamur dan Bakteri Penyebab Ki aib Layu Plong Pokok kayu Tomat Susiana Purwantisari Staf Pengajar Lab. Mikrobiogenetika Jurusan Biologi FMIPA UNDIP Semarang Abstract Potato is one of the main vegetable commodities in Indonesia, but this productivity is still low. There are many deseases attacked to potato plants, especially by pathogenic mold. A study on utilization of Michelia champaca leaf extract in controlling the growth of Fusarium oxysporum mold. Ethanolic extract with concentration of 0,1,2,3,4 and 5 percent (w/v) has been tested on growth of Fusarium oxysporum mold in vitro. The pathogenic mold growth was determined by the mold garis tengah colonies. The result indicated that ethanolic extract of Michelia champaca leaf extract could control the in controlling the growth of Fusarium oxysporum mold. The ethanolic extract of Michelia champaca leaf extract could control the growth of Fusarium oxysporum mold from concentration of 1 percent and were linier with increased of Michelia champaca leaf extract concentration. Key words: Fusarium oxysporum, Pseudomonas solanacearum, Ethanolic extract, Michelia champaca
PENDAHULUAN Tanaman tomat tertulis batih ki akbar Solanaceae, keluarga ini terdiri bersumber 2200 spesies nan banyak menghasilkan karbohidrat, obat-obatan, rente dan buah serta perunding penyegar langsung racun serangga. Tanaman tomat sangat mudah terserang penyakit layu dimana jika pemberantasannya menggunakan fungisida imitasi banyak menimbulkan masalah yakni bioakumulasi pungkur sasaran kimia pada organisme bukan korban, pencemaran lingkungan serta biaya produksi tahapan. Alternatif permasalahan tersebut diusahakan adanya fungisida/bakterisida ramah lingkungan, yaitu fungisida dan bakterisida alami nan berasal dari tanaman nan menghasilkan senyawa kimia metabolit sekunder. Plong penggunaannya misal target fungisida dan bakterisida alami, sasaran ini tidak menimbulkan cerih karena taajul terdegradasi secara alami serta mempunyai daerah objek nan spesifik (Untung, 1993). Tumbuhan Cempaka (Michelia champaca) nan termasuk intern familia Magnoliaceae dikenal sebagai tanaman hias karena bentuk dan warna bunganya yang
1
adv amat menarik. Beberapa bagian tumbuhan ini telah lama dimanfaatkan andai obatobatan seperti mana radang tenggorokan, amandel serta encok (Samsuhidayat dan Hutapea, 1991). Penyelidik terdahulu melaporkan bahwa ekstrak daun cempaka mengandung senyawa sesquiterpen lakton yang mempunyai aktivitas dalam mencegat bakteri (antibakteri), jamur (antifungi). Perkecambahan kredit serta berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (Putnam & Gegep, 1986). Dilaporkan juga bahwa bibit daun cempaka fraksi diklorometan boleh mencegat pertumbuhan pupuk Alternaria porri penyebab penyakit bercak kersang tanaman umbi lapis biram mulai pemusatan 1% (b/v) secara in vitro. Kelainan pohon yang menjadi momok para petambak tomat di Indonesia adalah keburukan layu, yakni masalah nan dapat menghempaskan panen sampai 80%. Kelainan ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum ataupun basil Pseudomonas solanacearum . Patogen Fusarium bisa bertahan n domestik petak dalam bentuk miselium maupun spora dan dapat menyebar melangkaui tanah dan air (Cholil, 1991), sedangkan bakteri Pseudomonas solanacearum tersebut sulit dibasmi tahan memadai lama kerumahtanggaan tanah (Hayward, 1991) Pamrih studi ini adalah memaklumi konsentrasi yang tepat berpokok ekstrak daun cempaka nan dapat menghambat pertumbuhan kawul Fusarium oxysporium patogen Pseudomonas solanacearum secara in vitro.
METODE PENELITIAN Pengkhususan dilaksanakan puas wulan Juni setakat Oktober 2004. Tempat penelitian dilakukan
di Laboratorium Mikrobiogenetika. Penelitian ini merupakan eksplorasi
eksperimental yang menutupi pengujian hayati secara in vitro, merupakan pengujian konsentrat daun cempaka terhadap diameter pertumbuhan populasi jamur Fusarium oxysporium dan bakteri Pseudomonas solanacearum. Percobaan uji hayati terhadap rabuk Fusarium oxysporium dan bibit penyakit Pseudomonas solanacearum menggunakan rancangan acak konseptual (RAL) dengan variable objektif perlakuan macam konsentrasi ekstrak substrat agar yang terdiri bersumber 6 taraf yaitu konsentrasi (b/v) 0% (air murni dan tween 20%), 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% masing-masing dengan tiga ulangan. Incaran resmi patera cempaka diambil berpangkal tanaman yang sudah berbunga. Pengeringan dilakukan di udara membengang tidak langsung kena sinar matahari kendati sintesis bioaktif tidak rusak. Setelah kering dahulu digiling alamat ini disebut simplisia. Bahan simplisia dahulu
2
dimaserasi dengan etanol 95% sejauh 3×24 tahun, sebagai asumsi bahwa pelarut polar ini dapat menarik semua senyawa terkandung internal daun cempaka. Maserasi diulang beberapa kali hingga maserat bening kemudian diuapkan beberapa hari sampai diperoleh pati kental etanol yang yaitu bibit kasar (crude extract). Ekstrak kental tinggal diuapkan diatas penangas air sreg suhu 45oC hingga ekstrak relatif kering. Kerjakan mencegah penyajian atau perusakan sintesis bibit tersebut disimpan didalam almari es suhu 0oC (Harborne, 1987). Peradaban
nirmala
jamur
Fusarium
oxysporium
dan
bakteri
Pseudomonas
solanacearum diperoleh berpokok IPB. Uji hayati terhadap cendawan dan bakteri dimulai dengan membuat biakan baja n domestik bilang kultur murni dalam semenjana PDA (jamur) dan NA ( Basil) di intern cawan petri. Peradaban nirmala jamur dan mikroba kemudian dibiakkan sejauh 7 hari sampai bertunas merata dan homogen. Setelah itu dibuat potongan-rincihan miselium berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 2 cm, kemudian diinokulasikan lega menengah jamur dan bakteri yang telah dicampur dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun cempaka sebelumnya (Metode pelarutan agar). Sebanyak 7 ml agar mulai sejak PDA dan NA dimasukkan ke cawan petri ditambah 1 ml bibit patera cempaka pemusatan tertentu, lalu digoyang dan dibiarkan membeku. Medium dengan pemfokusan 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% diperoleh dengan pendirian mencampur 1 ml cairan esensi yang mempunyai 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% kedalam 9 ml hendaknya enceran PDA kalis. Pemfokusan ekstrak berangasan ditentukan berdasarkan persen berat per volume larutan. Laksana kontrol digunakan akuades dan tween 20%. Satu ml biakan jamur dengan perkiraan kepadatan spora yang sama dimasukkan kerumahtanggaan petridish yang sebelumnya telah dituangkan 7 ml wahana PDA (45oC) yang telah mengeras dan homogen keadaannya. Pengamatan dilakukan lega kehidupan 4 hari setelah inkubasi. Diameter pertumbuhan dihitung dari sengkang dari galengan pertumbuhan serat. Diameter pertumbuhan jamur yaitu seluruh lingkaran luar dikurangi penampang lingkaran dalam. Untuk uji mikroba dipakai kertas cakram steril yang telah dicelupkan dalam masing-masing konsentrasi ekstrak uji yang diletakkan diatas medium NA yang mutakadim membeku dan telah dicampur dengan isolat bakteri uji secara pour plate. Setelah diinkubasi kira-taksir 3×24 jam pada suhu kamar, luas kewedanan bening di sekitar kertas cakram diukur. Negeri bening tersebut merupakan kewedanan hambat pertumbuhan bakteri.
3
Data yang diperoleh dianalisis dengan Kajian Varians dan bila suka-suka beda kasatmata diuji lanjut dengan selisih nyata terkecil (BNT) pada taraf tangan kanan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji muslihat hambat ekstrak daun cempaka terhadap pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum secara in vitro Hasil pengujian ekstrak ethanol daun cempaka terhadap penghambatan pertumbuhan serat Fusarium oxysporum secara in vitro dengan menggunakan menengah PDA yang diinkubasi sejauh 3 X 24 jam dapat dilihat pada diagram 1, dan histogramnya pada susuk 1. Grafik 1. Rata-rata diameter pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum oleh ekstrak ethanol patera cempaka setelah diinkubasi sepanjang 3 x 24 jam. Lazimnya diameter
Sentralisasi ekstrak dalam % (b/v)
pertumbuhan cendawan (mm)
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
31,6
29,1
23,3
15
10,5
9,5
a
a
b
c
d
d
Keterangan: – Data dianalisis dengan amatan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda LSD dengan taraf kepercayaan panca tip – Huruf di bawah kredit rata-rata membandingkan luas pertumbuhan antar konsentrasi Rata-rata zona hambatan pertumbuhan serabut Fusarium oxysporum lega perlakuan dengan sentralisasi ekstrak 1% adalah 29,1 mm yang bukan berlainan substansial dengan konsentrasi 0% (kontrol), artinya pada konsentrasi 1% tersebut ekstrak patera cempaka tidak atau belum mampu menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum secara in vitro. Pada perlakuan dengan pemfokusan 1 %, hifa serat tumbuh dengan baik dan terlihat tidak terganggu pertumbuhannya, Semata-mata ekstrak patera cempaka pada konsentrasi 2%, pertumbuhan pupuk sudah mulai cak semau penghambatan ( diketahui dengan mulai adanya sengkang pertumbuhan pertumbuhan koloni jamur yang semakin katai). Bertambah panjang konsentrasi bibit yang digunakan, penghambatan semakin langgeng, peristiwa tersebut ditunjukkan dengan adanya galibnya diameter pertumbuhan cendawan yang semakin mengecil, serta adanya beda nyata masing-masing perlakuan ( lihat tabel 1). 4
Rata-rata zone pertumbuhan (mm)
35 30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6
Pemusatan pati dalam % (b/v)
Tulang beragangan 1: Histogram galibnya penampang pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum yang dipengaruhi pati ethanol patera cempaka yang diinkubasi selama tiga barangkali 24 jam. Pertumbuhan populasi baja pada perlakuan makanya konsentrasi sari daun cempaka yang semakin meningkat juga menunjukkan penggalian pertumbuhan yang ditandai dengan makin renggangnya hifa atau pusparagam miselium nan terdapat pada lingkaran potongan miselium jamur Fusarium oxysporum lega sarana yang terbaur dengan ekstrak daun cempaka, keadaan tersebut merupakan usaha semangat rabuk untuk menghindari zat alelopati senyawa metabolit sekunder nan terdapat di dalam campuran media pertumbuhan jamur dan pati daun cempaka tersebut (lihat bentuk 2). Seperti diketahui, berusul hasil pengkajian Purwantisari, 1995 bahwa intern pati daun cempaka terkandung paduan terpenoid. Adanya sintesis bioaktif seskuiterpen lakton (termasuk ke dalam senyawa terpenoid) yang terkandung di dalam ekstrak patera cempaka tersebut kemungkinan lautan mengakibatkan terjadinya penghambatan pertumbuhan kawul Fusarium oxysporum. Proses penghambatan terjadi kebolehjadian disebabkan oleh adanya senyawa bioaktif sesquiterpen lakton yang boleh mengakumulasi globula lezat di dalam sitoplasma terungku serabut tersebut, sehingga dapat merusak organelorganel tangsi terutama mitokondria, serta merusak membran inti atom sel jamur Fusarium oxysporum. Terhambatnya pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum dalam penelitian ini diduga juga disebabkan karena menurunnya pengambilan oksigen oleh mitokondria yang mengalami kebinasaan membran dan kerusakan krista, sehingga pada balasannya energi
5
(ATP) nan dihasilkan cak bagi pertumbuhan dan perkembangan sel menjadi menciut. Dengan terhambatnya kebutuhan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan sel jamur mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan penjara Fusarium oxysporum secara normal. Terganggunya pemungutan oksigen yang terus menerus oleh senyawa bioaktif di dalam ekstrak daun cempaka itu akan menyebabkan kerusakan mitokondria yang pada gilirannya mitokondria ini akan tidak berfungsi lagi bagaikan palagan terjadinya metabolisme, dan salah satu organel ajang sintesis
protein. Terganggunya sintesis
zat putih telur akan menyebabkan terganggunya pembelahan rumah tahanan dan perbanyakan rumah pasung sehingga sreg akhirnya sel tidak dapat berproduksi juga membentuk rumah pasung anakan. Konsentrasi sari ethanol daun cempaka 4 % adalah konsentrasi ekstrak daun cempaka yang paling kecil efektif menahan pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum dalam investigasi ini. Kejadian ini ditunjukkan dengan diameter pertumbuhan yang relatif kecil yaitu 10,5 mm serta tidak farik berwujud dengan diameter pertumbuhan jamur uji pada pemfokusan ekstrak patera cempaka 5% (9,5 mm). Penghambatan pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum masih membutuhkan konsentrasi nan samudra dari pati daun cempaka tersebut, hal ini kemungkinan besar disebabkan karena puas konsentrat patera cempaka tersebut masih terkandung paduan senyawa-senyawa bioaktif
berbagai
golongan, sehingga tidak menyebabkan efektifitas penghambatan nan maksimal.
KESIMPULAN Ekstrak patera cempaka bisa menghambat pertumbuhan serat Fusarium oxysporum berangkat pemfokusan 2,0 % (b/v akuades) dengan garis tengah pertumbuhan sebesar 23,3 mm. Semakin tahapan konsentrasi ekstrak daun cempaka nan diujikan, garis tengah pertumbuhan yang terbentuk semakin sempit . UCAPAN TERIMA Anugerah Sambut kasih kepada Bagian Proyek Kenaikan Kualitas Sumber Kiat Hamba allah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Nasional yang sudah lalu membayari Penelitian Dosen Muda
6
DAFTAR PUSTAKA Ashari, S. 1995 Hortikultura, Aspek Budidaya. Jakarta. UI press Anonymous. 1992. Promoting Sustainable Agriculture and rural development. Report of the United Nations Conference on Environment and Development. Agenda 21, Section II. Chapter 14. Alexopoulus C.J, CW Mims & M. Blackwell, 1996. Introductory Mycology. John Wiley & Sons, inc. Canada America Cholil A & A. Latief, 1991. Keburukan-penyakit terdepan pohon pangan. Pendidikan Program Diploma Satu Pengendalian Hama Terpadu. Fakultas Perkebunan Universitas Brawijaya Malang Einhellig E,A & Leather. 1986. Mechanism and modes of action to allelochemical. In Alan, RP. & Kakaktua C.H. (Eds) The Schience of Selelopathy. New York. Toronto Singapore ; John Wiley & Sons. P.174. Harborne. JB. 1987. Metode Fitokimia ; Penuntun Cara Maju Menganalisis Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Padnawinata K & I Soediro. Bandung ITB Hayward, AC. 1991. Biology and apidemiology of bacterial wilt caused by Pseudomonas solanacearum. Ann Rev. Phytopathol ; 29 ; 65 – 87. Hong-yen Hsu et al.. 1982. The Chemical constituens of Oriental Herbs. Taiwan : Oriental Healing Arb Institut. P.728. Katayama, Katsunni & Teramoto, Takheshi. 1987. Seed Potato Production and Control of Insert Pest and Deseases in Indonesia dalam agrochemical japan journal. Japan Plant Protection. Purwantisari, S. 1995. Uji pengaruh pati patera Cempaka terhadap pengendalian pertumbuhan baja Alternaria porri. Thesis program pasca intelektual Biologi ITB Bandung. Patnam, AR & CH Catut. 1986. The Science of Allelopathy Canada ; John Wiley New York. London Toronto. Academic Press Inc. Ponglux, D et al.. 1987. Medicinal Plant. Victory Power Point Corp Ltd. Rismunandar. 1995. Pohon Tomat. Cahaya Yunior Algesindo. Rukmana & Saputro. 1987. Ubi benggala, Budidaya dan Pasca Pengetaman. Yogyakarta. Kanisius.
7
Samways, MJ. 1981. Biological Control of Pest and Weets. Bangalore, India ; Mac Millan India Ltd. Samsuhidayat S. & JR Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Indonesia. Jakarta ; Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Badan
Penelitian
dan
Peluasan Kesehatan. Sidik, P. 1993. Pengaruh Ekstrak ke Urat (Plantago major) terhadap Tanaman Tomat yang terserang Bibit penyakit Pseudomonas solanacearum. EF Smith. Tesis Pasca Sarjana ITB Bandung. Untung, K. 1983. Pengantar Manajemen Hama Terpadu. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Whittaker, RH & PP Feeney. 1971. Allelochemics ; Chemical interaction between. Science 171.
8
Source: https://anzdoc.com/download/uji-aktivitas-ekstrak-daun-cempaka-michelia-champaca-terhada.html
Posted by: holymayhem.com