Mulsa Untuk Tanaman Cabai Dipasang Pada Saat

Berpunca Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Patera pinus nan copot bisa digunakan sebagai mulsa

Mulsa organik yang sudah tua akan secara alami menjadi kompos

Sisa-sisa tiang sebagai mulsa

Mulsa anorganik dari bahan plastik yang digunakan pada ladang cabe di Sukabumi, Jawa Barat

Mulsa karet, yang dapat didapatkan berpunca bahan limbah sebagai halnya pita bekas

Mulsa
adalah material penutup tanaman budidaya nan dimaksudkan buat menjaga kelembaban tanah serta mengimpitkan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membentuk tumbuhan tumbuh dengan baik. Mulsa dapat berkarakter permanen seperti serpihan kayu, atau sementara seperti mulsa plastik. Mulsa dapat diaplikasikan sebelum penghijauan dimulai maupun setelah pohon muncul. Mulsa organik akan secara alami menyatu dengan tanah dikarenakan proses alami yang melibatkan organisme kapling dan pelapukan non-biologis. Mulsa digunakan pada plural aktivitas pertanaman, berangkat berpokok pertanian subsisten, berkebun, hingga pertanian industri.[1]

Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, adalah mulsa organik dan anorganik.
Mulsa organik
berpokok dari alamat-bahan alami nan mudah terurai seperti ampas-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tumbuhan /bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah dan kian ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat buyar sehingga menambah kandungan bahan organik dalam persil. Konseptual mulsa organik adalah lalang/ jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman diversifikasi jukut-rumputan lainnya. Humus boleh digunakan sebagai mulsa di meres lahan.

Mulsa anorganik
terbuat dari mangsa-bahan artifisial yang rumpil/tidak dapat terurai. Ideal mulsa anorganik yakni mulsa plastik, mulsa plastik hitam fidah atau karung. Mulsa anorganik dipasang sebelum pohon/pati ditanam, silam dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan intern kepribadian sendi cabai atau melon.

Bahan

[sunting
|
sunting mata air]

Pemilihan sasaran mulsa yang terbaik bagi persawahan harus memikirkan banyak faktor, seperti ketersediaannya, harga, dampaknya bagi tanah, dan penampilannya. Kebiasaan jasmani dan kimiawi yang dipertimbangkan diantaranya laju dekomposisi, reaktivitas terhadap persil, porositas, tingkat penyerapan air, dan sebagainya. Beberapa jenis mulsa juga dapat mengandung benih gulma dan patogen.[2]

Mulsa organik

[sunting
|
sunting sumber]

Mulsa organik akan terurai seiring dengan tahun. Laju penguraian akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan, seperti guru, penyinaran matahari, guyur hujan abu, organisme lahan, dan kelembaban udara. Mulsa yang mengandung bersisa banyak zat arang nisbi terhadap kandungan nitrogennya dapat menyebabkan pemfokusan zarah nitrogen di privat tanah menyusut karena aktivitas organisme tanah mendekati menghabiskan nitrogen untuk pertumbuhannya.[3]
[4]
Saja belum diketahui apakah kejadian ini berdampak negatif bikin tanah alias bukan.[5]
Rasio zat arang terhadap nitrogen yang optimal adalah 30-35:1.[6]
Mulsa organik yang plus rapat porositasnya boleh menghalangi lampias pengisapan air, dan mulsa organik nan berlebih kering dapat menyerap air berbunga tanah sehingga membentuk zona perakaran cengkar.

Sebuah percobaan di Perhimpunan Pertanian Bogor dengan menunggangi limbah perkebunan kelapa sawit memperlihatkan bahwa mulsa organik dengan neraca C/Cakrawala yang tinggi (misal berusul limbah kelapa sawit) tidak baik kerjakan tanaman cabai. Dan mulsa organik tidak menerimakan hasil penuaian yang kian baik secara berfaedah dibandingkan tanaman tanpa mulsa. Namun mulsa organik terbukti menjadikan struktur tanah lebih baik, nan mampu memberikan pengaruh secara jangka janjang.[7]

Komplet mulsa organik yaitu:

Daun
Dedaunan yang sudah lalu sungkap dapat digunakan sebagai mulsa. Sehabis copot bersumber pohon, dedaunan menumpu meringkai dan terdekomposisi bergabung ke persil.
Potongan suket
Potongan rumput mulai sejak mesin pemangkas jukut dapat dikumpulkan dan dijadikan mulsa. Potongan rumput berukuran mungil sehingga bersifat padat dan memiliki porositas yang adv minim. Potongan jukut perlu dicampur dengan korban lainnya yang bertambah renggang sebelum diterapkan menjadi mulsa. Minimnya rezeki nitrogen pada potongan jukut menyebabkan konsentrasi nitrogen pada tanah dapat berkurang, sehingga penerapan potongan suket perlu dicampur dengan sesuatu yang kaya nitrogen.
Lumut
Kulat, seperti
Sphagnum
boleh cepat tumbuh, boleh dikemas, dipadatkan, dikeringkan dan dibasahkan kembali. Tubuh
Sphagnum, yang hidup atau yang tenang, boleh menyerap air hingga 26 bisa jadi berat keringnya.[8]
Serpihan papan
Repih-repih kayu yaitu komoditas samping alias limbah usaha penggergajian papan, penebangan kayu, silvikultur, dan arborikultur. Serpihan tiang dapat digunakan lakukan menjaga kelembaban tanah, menjaga temperatur tanah, dan menekan pertumbuhan gulma. Namun dekomposisi serpihan kayu maka dari itu bakteri memakan nitrat dari tanah. Mulsa berasal serpihan kayu sekali lagi dianggap mempunyai nilai seni. Cebis-cebisan tiang yang digunakan biasanya didapatkan dari kulit gawang karena babak ini adalah yang paling rumpil digunakan oleh industri pulp dan kertas dan penggergajian tiang.
Jerami
Jerami adalah residu pokok kayu gandum, antah, atau tanaman suku rumput-rumputan lainnya, umumnya umpama produk samping. Mempunyai kemampuan menahan kelembaban tanah dan menekan penyebaran gulma, doang karena merupakan limbah hasil persawahan, jerami juga dapat menjadi kendaraan persebaran benih gulma.
Kardus dan gentur
Dus dan kertas terbuat dari bahan asal yang setinggi, yaitu pulp dari gawang, sehingga termuat target organik dan dapat terurai secara alami. Karena mutakadim berbentuk kepingan, kardus dan kertas mudah diterapkan di atas kapling. Kardus dan plano mampu menyerap air dan menekan pertumbuhan gulma. Namun karena massa yang ringan dibandingkan dengan luas permukaannya, karton dan jeluang dapat tertiup oleh angin, sehingga penerapannya memerlukan komponen kardus yang rumpil di atas lapisan nan ringan. Membasahinya dengan air juga dapat meningkatkan berat.[9]
Tandan zero biji zakar sawit
Proses pengolahan biji pelir sawit menjadi minyak sawit menghasilkan limbah yang sangat besar. Limbah tersebut konkret tandan kosong dan sampul buah sawit. Kalau tidak dijadikan sasaran bakar, keduanya diberikan pun secara langsung ke tumbuhan sawit ibarat mulsa. Secara perlahan, limbah sawit tersebut akan terdekomposisi dan menyatu dengan tanah.[7]

Penerapan

[sunting
|
sunting sumber]

Mulsa umumnya diterapkan menjelang musim tanam. Mulsa anorganik, terutama yang mudah rusak seperti plastik harus diganti setiap musim tanam. Mulsa organik dapat bertahan lama tergantung laju dekomposisinya, dan dapat diterapkan ulang sekiranya diperlukan. Seiring dengan perubahan musim, mulsa menjaga temperatur dan kelembaban tanah, serta mencegah cahaya matahari menyentuh gulma yang baru merecup.[2]

Bilyet mulsa pada tanah di iklim sedang amat bergantung plong kapan mulsa diterapkan. Mulsa umumnya diterapkan di akhir musim semi atau awal musim panas ketika temperatur tanah sedang meningkat semata-mata kelembaban tanah masih relatif tinggi, sehingga fungsi menjaga hawa dan kelembaban tanah bertambah optimal.[9]
Mulsa pun dapat mengalihkan bilang jenis hama seperti siput dari daun tanaman karena kijing dapat meratah mulsa dedaunan.

Dekomposisi anaerobik

[sunting
|
sunting sumber]

Mulsa yang segar akan berbau seperti potongan kayu atau suket sehat, belaka mulsa nan tidak segak akan memiliki bau sebagaimana amonia, cuka, sulfur, dan silase. Mulsa yang enggak sehat terjadi karena dekomposisi anaerobik di dasar mulsa. Dekomposisi anaerobik terjadi karena kurangnya oksigen, yang disebabkan makanya porositas mulsa nan bersisa sempit dan tingginya kandungan nitrogen lega mulsa salutan radiks. Dekomposisi anaerobik ini dapat menyebabkan munculnya senyawa fitotoksik yang berbahaya bagi pokok kayu. Keasaman tanah sekali lagi menjadi tinggi. Pengadukan mulsa bisa mencegah hal tersebut.[10]

Tatap juga

[sunting
|
sunting sendang]

  • Plastikultura
  • Pengelolaan hama terpadu

Referensi

[sunting
|
sunting sumber]


  1. ^



    RHS A-Z encyclopedia of garden plants. United Kingdom: Dorling Kindersley. 2008. hlm. 1136. ISBN 1405332964.




  2. ^


    a




    b




    Louise; Bush-Brown, James (1996),
    America’s garden book, New York: Macmillan USA, hlm. 768, ISBN 0-02-860995-6





  3. ^

    http://www.eau.ee/~agronomy/vol07Spec1/p7sI53.pdf
    [
    pranala nonaktif permanen
    ]



  4. ^

    http://joa.isa-arbor.com/request.asp?JournalID=1&ArticleID=3111&Type=2

  5. ^

    Stout, Ruth.
    Gardening Without Work. Devon-Adair Press, 1961. Norton Creek Press, 2011, pp. 192-193. ISBN 978-0-9819284-6-3

  6. ^

    Prahl, F. G., J. R. Ertel, M. A. Yute, M. A. Sparrow, and B. Eversmeyer. “Terrestrial Organic-Carbon Contributions to Sediments on the Washington Margin.” Geochimica Et Cosmochimica Acta 58, no. 14 (Jul 1994): 3035-48.
  7. ^


    a




    b




    Yunindanova, Mercy Bientri; Agusta, Herdhata; Asmono, Dwi (2010). “Tingkat Kedewasaan Tanah daun Tandan Kosong Sawit Dan Pemanfaatan Berbagai Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Pohon Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dan Cabai (Capsicum annuum L.)”.
    Agronomy and Horticulture IPB.





  8. ^

    Bold, H.C. 1967. Morphology of Plants. second ed. Harper and Row, New York
  9. ^


    a




    b



    Patrick Whitefield, 2004,
    The Earth Care Manual, Permanent Publications, ISBN 978-1-85623-021-6

  10. ^


    “Beware of Sour Mulch”. Diarsipkan dari varian zakiah tanggal 2009-03-31. Diakses tanggal
    2014-02-16
    .




(Indonesia)
“Situs Hijau Wahana Pertanaman Online: Mulsa untuk Tanaman anda”. Diarsipkan berpunca varian nirmala tanggal 2011-02-17. Diakses terlepas
2008-08-25
.



Pranala asing

[sunting
|
sunting sumber]

  • Mulching Trees & Shrubs Diarsipkan 2006-12-07 di Wayback Machine.



Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Mulsa

Posted by: holymayhem.com