Modal Awal Jual Tanaman Hias Di Bandungan
KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA BUNGA KRISAN Pekebun ANGGOTA Wasilah TANAMAN HIAS Anakan DAN Patera DI KECAMATAN PAKEM, KABUPATEN SLEMAN
Gilang Dwi Sumarno Dr. Ir. Sriyadi, MP./Dr. Aris Slamet Widodo, SP. M.Sc.
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Muhammadiyah Yogyakarta Intipati Penelitian ini bertujuan untuk memafhumi profil, jumlah biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan serta nilai R/C Ratio, profit margin dan daya produksi (modal, tenaga kerja, lahan). Responden n domestik penelitian ini berjumlah 20 petani bunga krisan aktif anggota Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) yang ditentukan dengan teknik sensus. Untuk memaklumi memoar petani responden digunakan analisis deskriptif dan lakukan mengetahui biaya, pembelajaran, pendapatan dan keuntungan serta angka R/C Ratio, profit margin dan produktivitas (modal, tenaga kerja, kapling) usaha budidaya bunga krisan menggunakan analisis kuantitatif. Hasil analisis finansial kerjakan operasi budidaya anakan krisan dalam satu kali musim tanam dengan luasan tanah 361 m2 membutuhkan biaya sebesar Rp 8.242.954,91,
dengan
memperoleh
pengajian pengkajian
sebesar
Rp
11.044.415,
pendapatan sebesar Rp 5.405.303,5 dan keuntungan sebesar Rp 2.801.460,09. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio sebesar 1,34, profit margin sebesar 34%, daya produksi modal sebesar 56,33%, produktivitas tenaga kerja sebesar Rp 112.927,46 dan produktivitas kapling sebesar Rp 7.867,19.
Alas kata kunci: rente krisan, usahatani, kelayakan moneter
1
2
PENDAHULUAN A. Meres Belakang Pohon hortikultura merupakan komoditas yang memiliki perian depan cerah dalam pemulihan perekonomian Indonesia di waktu mendatang. Pelecok satu pokok kayu hortikultura nan memiliki kredit ekonomi tinggi adalah tanaman bunga (floriculture). Bunga krisan (Dendrathema grandifora Tzvelev Syn) adalah tanaman hias yang n kepunyaan peluang besar cak bagi dapat meningkatkan taraf arwah petani karena pokok kayu tersebut memiliki kredit ekonomi tinggi. Yogyakarta dengan keistimewaanya yang memiliki nuansa karajaan pula ialah kota peserta dan tamasya tidak akan pernah tanggal dari kebutuhan rente. Bahkan petambak anakan di Yogyakarta lain dapat menepati kebutuhan pasar Yogyakarta, sehingga harus mendatangkan anak uang dari luar Yogyakarta (Masyhudi dalam Setyono et al, 2011). Martini dalam Setyono et al (2011) menyucikan bahwa kebutuhan pasar bunga di Yogyakarta sepan strata. Misalnya kebutuhan bunga krisan di DIY sampai ke ± 5.000 ikat per pekan (± 240.000 jaras pertahun) dengan kisaran harga Rp 10-15 ribu per ikat.
Dari kebutuhan tersebut petambak tempatan tetapi boleh
memenuhi kebutuhan sekitar 30% sedangkan 70% masih dipasok berasal luar Yogyakarta (Bandungan, Pasuruan dan Malang).
Kabupaten Sleman yang
n kepunyaan
mdpl
wilayah
dengan
ketinggian
500-800
berpotensi
bakal
pengembangan barang bunga krisan. Mahamulia tersebut sangat cocok cak bagi tanaman bunga krisan. Bunga krisan gemuk ditanam selama tahun sepanjang ketersediaan air mencukupi buat budidaya. Sehingga penanam bunga krisan dapat memperoleh penghasilan selama tahun. Permintaan anak uang krisan yang tahapan menjadikannya sebagai pelecok suatu produk hortikultura unggulan berpunca Kabupaten Sleman. Dengan potensi pasar bunga yang memadai tinggi dapat menjadi pemicu peluasan usahatani komoditas bunga, terutama anak uang krisan di Yogyakarta. Puas sungkap 1 September 2010 di Dusun Wonokerso, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, dibentuk asosiasi bunga hias yang dikenal
3
dengan ASTHA BUNDA. Asosiasi Tanaman Rias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) merupakan suatu wadah bakal pekebun bunga krisan untuk dapat berkumpul dan saling berkomunikasi n domestik menyelesaikan persoalan. Hingga ketika ini tercatat sebanyak 22 turunan petani bunga krisan aktif nan terkonsentrasi dalam asosiasi tersebut. Gabungan tersebut dahulu perperan penting bagi orang tani terutama pada pemasaran produk anak uang tikam krisan petani. Selain itu ASTHA BUNDA pun menjadi satu-satunya gapura pemasaran lakukan setiap anggota kelompoknya. Sehingga petani lain akan kesulitan lakukan boleh memperniagakan bunga hasil panennya karena memiliki jaminan pasar. Takdirnya dilihat semenjak biaya produksi, usaha budidaya anak uang krisan tidaklah kerdil. Modal bagi mendirikan konstruksi kasatmata green house yang berdosis 200 m2 memerlukan biaya sekitar Rp. 9.000.000. Selain itu tanaman rente krisan lampau rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Sehingga memerlukan perlakuan yang intensif dengan cara pemancaran pestisida dan fungisida. Berdasarkan hal inilah yang membuat peneliti kepingin mengetahui lebih n domestik mengenai usahatani dan kelayakan moneter bunga krisan di Kabupaten Sleman. B. Harapan Studi Penelitian ini mempunyai tujuan adalah: 1. Mencerna memoar pekebun anak uang krisan dan Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) di Kabupaten Sleman. 2. Menganalisis biaya, pendedahan, pendapatan dan keuntungan usahatani petani bunga krisan anggota Asosiasi Tumbuhan Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) di Kabupaten Sleman. 3. Menganalisis kelayakan usahatani peladang anakan krisan anggota Koalisi Pohon Rias Bunga dan Patera (ASTHA BUNDA) di Kabupaten Sleman.
4
Kerangka PENDEKATAN TEORI
5
METODE PENELITIAN Penelitian ini menunggangi metode deskriptif kuantitatif. Dengan demikian penggalian ini akan menyantirkan secara global akan halnya biografi pembajak anak uang krisan dan ASTHA BUNDA, menganalisis biaya, pembelajaran, pendapatan dan keuntungan serta menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya bunga krisan di Kabupaten Sleman. A. Metode Pengutipan Responden 1. Penentuan lokasi Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), yaitu di Kecamatan Pakem, Sleman. Lokasi sentra budidaya bunga krisan di Yogyakarta dan dengan adanya penanam anakan krisan serta pertalian yang menaunginya menjadikan Kecamatan Pakem layak untuk dijadikan kancah penelitian sesuai dengan tema yang akan dibahas nantinya. 2. Pengambilan responden Intern penggalian ini digunakan metode sensus dalam penentuan respondennya, yaitu dengan mencuil seluruh anggota aktif dari Perantaraan Pohon Hias dan Bunga (ASTHA BUNDA).
ASTHA BUNDA dalam
strukturnya terdiri dari 34 pembajak bunga krisan, namun hanya memiliki jumlah anggota aktif sebanyak 20 basyar yang tersebar di dua desa merupakan Desa Hargobinangun dan Desa Pakembinangun. Sehingga dengan metode sensus ini diharapkan responden dapat menyerahkan gambaran pesiaran secara universal tanpa adanya informasi yang penyimpangan. B. Metode Penimbunan Data 1. Observasi (Pengamatan) Observasi alias pengamatan merupakan penimbunan data secara sambil dilokasi pelaksanaan pendalaman kepada semua anggota ASTHA BUNDA selaku obyek yang diteliti bakal memperoleh gambaran secara lebih jelas mengenai aspek-aspek nan dikaji dalam penggalian ini.
6
2. Wawancara Wawanrembuk merupakan akumulasi data yang dilaksanakan dengan berkomunikasi secara langsung kepada anggota ASTHA BUNDA. Teknik ini dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. 3. Amatan Pustaka Investigasi pustaka dilaksanakan misal pelengkap dan pembanding antara praktek nan terjadi di lapangan dengan teori yang ada, serta mendukung memecahkan permasalahan nan terjadi di lapangan. C. Jenis Data Sumber data nan diperoleh dibedakan berdasarkan sifatnya terdapat dua keberagaman antara bukan ialah: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara spontan dari responden. Data yang diambil diantaranya mengenai profil petani anggota ASTHA BUNDA, kemitraan usahatani yang dilakukan, luas persil, biaya (bangunan, peralatan, kawul dan pestisida), pegawai dan lain-lain. 2. Data Sekunder Data ini diambil terbit pusat, buletin dan data administrasi kecamatan yang gandeng dengan kegiatan penelitian yang dilakukan.
Data sekunder ini
berupa data adapun biografi ASTHA BUNDA dan Kecamatan Pakem yang meliputi keadaan alam, topografi serta iklim. D. Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul yaitu dari hasil pengamatan, temu ramah, dokumentasi, penguberan kajian pustaka dan enggak sebagainya kemudian dianalisis. Untuk menjawab pamrih investigasi maka dilakukan metode sebagai berikut: a.
Untuk menggambarkan biografi orang tani anggota Asosiasi Pohon Hias dan Bunga Potong (ASTHA BUNDA) di Kabupaten Sleman digunakan metode analisis deskriptif.
7
b. Lakukan menganalisis biaya, pendedahan, pendapatan dan keuntungan usaha budidaya bunga krisan digunakan rumus biaya, penelaahan, pendapatan dan keuntungan. Biaya. TC = TEC + TIC Keterangan: TC = Jumlah Cost (kuantitas biaya) TEC = Total exsplisit Cost (total biaya eksplisit) TIC = Total Implisit Cost (total biaya implisit) Penerimaan. TR = Q. P Proklamasi: TR = Total Revenue (total pendedahan) Q = Quantity (kuantitas produksi) P = Price (harga jual produk) Pendapatan. NR = TR − TEC Keterangan: NR = Net Return (pendapatan) TR = Total Revenue (jumlah penerimaan) TEC = Kuantitas Explicit Cost (kuantitas biaya) Keuntungan. π = TR − TC Keterangan: Π =Keuntungan TR = Total Revenue (penerimaan) TC = Total Cost (biaya jumlah) c. Cak bagi menganalisis kelayakan aksi budidaya anakan krisan digunakan rumus Return Cost Ratio (R/C Ratio), Profit Margin, Produktivitas Modal, Kapasitas Tenaga Kerja dan Produktivitas Petak. Return Cost Ratio (R/C Ratio). Jika diperoleh nilai R/C Ratio > 1, maka usaha tersebut sepan. Jika diperoleh nilai R/C Ratio ≤ 1, maka operasi tersebut belum ataupun tak cukup. R/C Ratio =
TR TC
Keterangan: TR = Total Revenue (kuantitas penerimaan) TC = Total Cost (total biaya) Profit Margin. Kalau diperoleh nilai profit margin > tingkat suku anakan pinjaman bank yang berperan maka operasi tersebut layak untuk diusahakan.
8
Sedangkan kalau diperoleh nilai profit margin ≤ tingkat suku bunga pinjaman bank yang berlaku maka usaha tersebut lain layak untuk diusahakan. π 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥 100% TC Takrif: π = Keuntungan TC = Total Cost (besaran biaya) Produktivitas Modal. Jika diperoleh produktivitas modal > tingkat suku anakan tabungan bank nan bertindak maka usaha tersebut pas untuk diusahakan. Padahal sekiranya produktivitas modal lebih ≤ tingkat suku anak uang tabungan bank yang bermain maka usaha tersebut tidak layak bikin diusahakan. Produktivitas Modal =
NR − sewa lahan sendiri − TKDK 𝑥 100% TEC
Keterangan: NR = Net Return (pendapatan) TKDK = Sida-sida Dalam Keluarga TEC = Total Explicit Cost (total biaya) Produktivitas Pegawai.
Takdirnya kapasitas pegawai > upah
minimum regional (UMR), maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. Padahal jika daya produksi tenaga kerja ˂ upah minimum regional (UMR), maka manuver tersebut tidak layak kerjakan diusahakan. Kapasitas Tenaga Kerja =
NR − Sewa lahan sendiri − Anak uang modal sendiri Total TKDK (HKO)
Maklumat: NR = Net Return (pendapatan) TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga HKO = Waktu Kerja Cucu adam Kapasitas Kapling. Takdirnya kapasitas lahan > dari sewa lahan maka gerakan tersebut layak untukdiusahakan. Sementara itu kalau kapasitas kapling ≤ sewa lahan maka usaha tersebut tidak layak bagi diusahakan. Produktivitas Lahan =
NR − Nilai TKDK (Rp) − anak uang modal sendiri Luas lahan
Informasi: NR = Net Return (pendapatan) TKDK = Sida-sida Dalam Keluarga
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Koalisi Tumbuhan Hias Bunga dan Patera (ASTHA BUNDA) 1. Sejarah dan Kedudukan ASTHA BUNDA Wasilah Orang tani Krisan Yogyakarta berdiri sejak tahun 2008 dengan anggota 6 kelopok tani di Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman yang dikenal dengan nama APRISTA. Pada bulan Oktober 2010 APRISTA melebur menjadi Hubungan Tanaman Hias Anak uang dan Daun (ASTHA BUNDA).
ASTHA BUNDA
berkedudukan di Desa Hargbinangun nan merupakan keseleo satu desa di Kecamatan Pakem yagn berada di lembang tinggi merupakan ±600 meter di atas rataan laut. Desa Hargobinangun beriklim daerah dataran strata dengan cuaca sejuk. Iklim tersebut dahulu cocok cak bagi menanam tumbuhan bunga krisan. Master teratas yng tercatat di Desa Hargobinangun merupakan 32oC dengan suhu terendah 18oC. Buka Desa Hargobinangun ialah wilayah perbukitan di tungkai Ancala Merapi. 2. Visi, Misi dan Tujuan ASTHA BUNDA a. Visi Perantaraan Tanaman Hias Rente dan Patera (ASTHA BUNDA) adalah meningkatan kesejahteraan pekerja usahatani melangkaui komoditas bunga krisan. b. Misi Asosiasi Pokok kayu Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) adalah mengembangkan wawasan pola pikir pelaku usahatani menuju agribisnis pohon hias bunga krisan. c. Tujun Koneksi Tanaman Hias Bunga dan Patera (ASTHA BUNDA) adalah mewujudkan sukma yang sejahtera bagi pelaku usahatani dan publik di lingkungannya. 3. Struktur Organisasi ASTHA BUNDA Struktur organisasi dalam satu lembaga menjadi sesuatu situasi nan harus ada.
Asosiasi Pokok kayu Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) n domestik
menjalankan kinerjanya memerlukan struktur organisasi supaya berharta bepergian sesuai dengan visi, misi dan tujuannya. Sedangkan untuk struktur organisasi
9
10
Aliansi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) dapat dilihat pada lembaga 2.
Gabar 2. Bangan Struktur Organisasi ASTHA BUNDA Pertautan Tanaman Rias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) mempunyai harapan kerjakan meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan membantu menangani masalah-penyakit yang keluih dalam proses gerakan budidaya anakan krisan. Sehingga bikin mencapai tujuan tersebut ASTHA BUNDA harus mampu memaksimalkan kinerja fungsi dari setiap lini yang ada. B. Profil Responden Profil responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah deskripsi tentang identitas petani bunga krisan yang aktif di ASTHA BUNDA menghampari kehidupan, tingkat pendidikan, tiang penghidupan dan pengalaman usaha budidaya rente krisan. Tabulasi 1. Identitas Responden menurut Arwah Petani No Nasib (Periode) Jumlah (Sosok) 1 37-48 13 2 49-60 5 3 61-72 0 4 73-84 2 Besaran 20
Persentase (%) 65 25 0 10 100,00
Berdasarkan kategori umur (tabel 1) petani bunga krisan yang menjadi responden plong pengkajian ini dengan jumlah terbanyak yaitu petani dengan
11
rentang sukma 37-48 periode sebanyak 13 turunan (65%). Namun terwalak juga pekebun yang berada di rentang arwah 73-84 tahun, ialah berjumlah 2 orang (10%). Dengan demikian, hal ini membuktikan bahwa pekebun bunga krisan bukan sahaja ditanam maka itu petani nan memiliki vitalitas nisbi akil balig saja, belaka petani yang punya vitalitas yang nisbi tua juga masih dapat buat menanam tanaman tersebut. Berpokok perbedaan rentang usia tersebut yang menjadi faktor pembeda dalam berusaha budidaya anakan krisan yakni semenjak tingkat kemampuan jasmani petani dalam ki menggarap lahannya. Tabel 2. Identitas Responden menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Total (Orang) 1 SD 3 2 SMP 1 3 SMA 13 4 D3/S1 3 Total 20
Persentase (%) 15 5 65 15 100,00
Secara umum petani bunga krisan yang menjadi responden pada pendalaman ini mutakadim menempuh pendidikan halal baik itu sebatas lulus SD, SMP atau SMA.
Dapat tertumbuk pandangan bahwa petani bunga krisan banyak bisa menuntut ganti rugi
pendidikan setakat tingkat SMA dengan kuantitas 13 cucu adam (65%). Privat persuasi budidaya bunga krisan diperlukan teknologi budidaya koteng yang berbeda dengan tanaman lain, hal inilah yang menjadi kontrol terhadap keberhasilan dalam usahatani tersebut. Namun dengan adanya naungan dari ASTHA BUNDA kepada penanam anggotanya sehingga mereka kreatif menerapkan teknologi budidaya anakan krisan dengan baik. Sehingga tingkat pendidikan petani tidak berwibawa secara signifikan kerumahtanggaan keberhasilan propaganda budidaya bunga krisan. Meskipun tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha budidaya bunga krisan, orang tani yang memiliki pendidikan nan tinggi boleh menyerap informasi baru lebih baik. Selain itu, pembajak yang n kepunyaan pendidikan yang tingkatan memiliki eksemplar pikir dan inovasi yang lebih baik berbunga penanam lainnya. Tabel 3. Identitas Responden menurut Pengalaman Usahatani No Pengalaman usahatani (Tahun) Kuantitas (Orang) 1 <3 6 2 3-5 10 3 >5 4
Persentase (%) 30 50 20
12
Jumlah
20
100,00
Hanya terdapat 4 orang petani (20%) yang memiliki pengalaman propaganda budidaya anak uang krisan lebih semenjak 5 perian. Sehingga mayoritas petani (80%) anggota ASTHA BUNDA adalah petambak dengan camar duka kampanye budidaya bunga krisan di bawah 6 waktu. Namun demikian, mayoritas petani rente krisan beranggapan bahwa berusaha budidaya bunga krisan bertambah menguntungkan dibandingkan dengan mengusahakan tanaman lain (palawija atau pari) karena adanya kepastian pasar nan difasilitasi oleh ASTHA BUNDA. C. Amatan Usaha Kajian propaganda budidaya bunga krisan dapat dilihat berbunga seberapa besar biaya, pendedahan, pendapatan dan keuntungan usahatani dilakukan lega luasan lahan rata – rata 361 m2 sepanjang satu bisa jadi periode musim tanam. 1. Kajian Biaya Intern usahatani rente krisan pekebun anggota ASTHA BUNDA di Kecamatan Pakem mengeluarkan biaya eksplisit patut besar. Sehingga jumlah petambak bunga krisan di Kecamatan Pakem pertumbuhannya lambat. Mengingat lain semua petambak bisa dengan mudah memperoleh modal cak bagi berbuat budidaya bunga krisan.
Rata-rata total biaya eksplisit yang dikeluarkan petani
adalah sebesar Rp 5.405.303,50 tiap-tiap musim tanam. Tabel 4. Jumlah Biaya Eksplisit plong Usahatani Rente Krisan Petani Anggota ASTHA BUNDA saban Periode Tanam (361 m2) No Jabaran Biaya/Produksi (Rp) 1 Bibit 3.002.975,00 2 Dolomit 58.337,50 3 Pupuk dan ZPT 620.748,00 4 Insektisida dan fungisida 286.275,00 5 Penyusutan alat 925.539,00 6 TKLK 200.312,50 7 Sewa tanah (lahan sewa) 53.156,00 8 Setrum 173.050,00 9 Transportasi 71.192,50 10 Pajak tanah 13.718,00 Total Biaya (Rp) 5.405.303,50
13
Biaya eksplisit kerjakan bibit merupakan biaya paling kecil banyak besar, yakni sebesar Rp 3.002.975 padahal biaya fiskal tanah merupakan keberagaman biaya yang paling kecil kecil pengeluarannya yakni sebesar Rp 13.718. Nilai pecah jumlah biaya eksplisit ditemtukan dari banyaknya penggunaan biaya sarana produksi internal usahatani. Semakin besar dan banyak penggunaan biaya media produksi maka akan semakin besar pun besaran biaya eksplisitnya. Nilai biaya eksplisit ini plong nantinya akan digunakan buat cak menjumlah angka biaya anak uang modal sendiri yang tertera kedalam variasi biaya implisit. Besarnya biaya implisit dipengaruhi berasal besarnya biaya yang tidak secara kasatmata dikeluarkan makanya pembajak seperti biaya tenaga kerja dalam batih, sewa lahan sendiri dan bunga modal sendiri. Berikut tabel 5 menyervis biji bermula setiap biaya implisit disertai dengan jumlah berpokok semua biaya implisit tersebut. Grafik 5. Total Biaya implisit pada Usahatani Bunga Krisan Orang tani Anggota ASTHA BUNDA masing-masing Musim Tanam (361 m2) No Uraian Biaya/Produksi (Rp) 1 TKDK 2.555.821,00 2 Sewa lahan (lahan properti seorang) 38.594,00 3 Anakan modal sendiri* 243.238,66 Total Biaya (Rp) 2.837.651,41 Pemakaian biaya implisit pada usahatani rente krisan terbilang layak besar. Hal ini membuktikan bahwa pembajak intern usahatani bunga krisan seluas 361 m2 sedikitnya mengeluarkankan Rp 2.837.651,41 lakukan biaya implisitnya. Biaya implisit ini pada nantinya akan digunakan untuk mencari angka total biaya nan sesungguhnya digunakan namun tak secara nyata dikeluarkan oleh penanam. Total biaya produksi.
Total keseluruhan biaya produksi cak bagi usaha
budidaya rente krisan dengan luasan persil 361 m2 ialah sebesar Rp 8.242.954,91. Dengan demikian bikin mendapatkan penerimaan petani harus membebaskan biaya tersebut terlebih lewat.
14
Tabel 6. Kuantitas Biaya Kampanye Budidaya Bunga Krisan Petani Anggota ASTHA BUNDA tiap-tiap Periode Tanam (361 m2) Kebutuhan Biaya/Produksi (Rp) Biaya eksplisit (explicit cost) Biaya tetap (fixed cost) Penyusutan 925.539,00 Sewa lahan (lahan carter) 53.156,00 Pajak tanah 13.718,00 Biaya elastis (variable cost) Esensi 3.002.975,00 Dolomit 58.337,50 Pupuk dan ZPT 620.748,00 Racun serangga dan fungisida 286.275,00 TKLK 200.312,50 Listrik 173.050,00 Transportasi 71.192,50 Total biaya eksplisit 5.405.303,50 Biaya implisit (implicit cost) TKDK 2.555.821,00 Carter persil (tanah milik sendiri) 38.594,00 Rente modal sendiri* 231.538,56 Besaran Biaya implisit (Rp) 2.837.651,41 Total Biaya produksi (Rp) 8.242.954,91 Embaran : * Suku bunga pinjaman bank sebesar 18% saban tahun atau 4,5% per musim tanam (3 rembulan) dikalikan total biaya eksplisit. Pada usaha budidaya rente krisan kegunaan biaya bagi bibit dan tenaga kerja merupakan biaya yang minimal jenjang dibandingkan dengan keberagaman biaya lainnya. Puas usaha budidaya bunga krisan pemakaian ekstrak puas persil 361 m 2 sebanyak 17.365 stek kunarpa sehingga lamun dengan biaya saban batang sari hanya berkisar Rp 160 setakat Rp 185 akan menjadikan biaya untuk bibit tinggi. Kemudian diikuti oleh biaya penyusutan memiliki nilai yang cukup osean. Situasi ini disebabkan terletak biaya bikin membangun green house yang memerlukan biaya tataran sehingga pada biaya penyusutan menjadi tinggi. 2. Analisis Penelaahan Analisis penelaahan usahatani diperoleh dari besaran rata-rata produksi petani dikalikan harga yang ditetapkan perusahaan. Harga beli ASTHA BUNDA ditentukan oleh keberagaman dan grade setiap gabung bunga. Sehingga pengajian pengkajian setiap petani boleh berbeda walaupun memiliki jumlah produksi yang sekufu.
15
Tabel 7. Rata – rata Penerimaan Operasi budidaya Anak uang Krisan Pembajak Anggota ASTHA BUNDA tiap-tiap Musim Tanam (361 m2) Uraian Produksi (kebat) Harga Jual Penataran (Rp) Barometer grade A 255,75 10.000 2.557.500 Standar grade B 174,99 7.500 1.312.425 Standar grade C 134,61 4.000 538.440 Spray grade A 686,49 9.000 6.178.410 Spray grade B 40,38 6.000 242.280 Spray grade C 53,84 4.000 215.360 Besaran 1.346,06 11.044.415 Kebanyakan produksi petambak bunga krisan adalah 1.346,06 ikat, sehingga penerimaan petani sebesar Rp 11.044.415 per musim tanam. Pembelajaran paling kecil tinggi merupakan pada bunga berjenis spray dengan grade A ialah sebesar 6.178.410 dan juga merupakan total produksi paling banyak yaitu sebesar 686,49 ikat. Peristiwa ini membuktikan bahwa petani di Kecamatan Pakem menentang memelihara bunga krisan berjenis spray. Situasi tersebut boleh dipengaruhi dari sejumlah faktor sama dengan permintaan pasar dan fasilitas dalam budidayanya. 3. Analisis pendapatan Pendapatan diperoleh dari hasil selisih antara penerimaan dengan total biaya eksplisit tanpa memperhitungkan biaya implisitnya. Rata-rata pendapatan petani bunga krisan anggota ASTHA BUNDA dalam sekali musim tanam yaitu sebesar Rp 5.639.111,50 pada luasan kapling 361 m2. Tabel 8. Rata – rata Pendapatan Usahatani Bunga Krisan Peladang Anggota ASTHA BUNDA saban Perian Tanam (361 m2) Uraian Nilai (Rp) Total penelaahan 11.044.415,00 Total biaya eksplisit 5.405.303,50 Pendapatan 5.639.111,50 Ketika pekebun mendapatkan penataran sebesar Rp 11.044.415,00 kemudian dikurangi modal yang mendalam petani keluarkan Rp 5.405.303,50 maka mereka akan memperoleh pendapatan Rp 5.639.111,50. Dalam hal ini petambak tidak memperhitungkan biaya implisit. 4. Analisis Keuntungan Keuntungan usaha budidaya bunga krisan boleh diperoleh berdasarkan runding cedera antara penerimaan dengan jumlah biaya (biaya eksplisit dan
16
implisit). Umumnya keuntungan penanam bunga krisan anggota ASTHA BUNDA di Kecamatan Pakem merupakan sebesar Rp 2.801.460,09 n domestik satu boleh jadi musim tanam dengan luasan kapling 361 m2. Tabulasi 9. Rata – rata Keuntungan Usahatani Anakan Krisan Petani Anggota ASTHA BUNDA per Perian Tanam (361 m2) Uraian Angka (Rp) Total penelaahan 11.044.415,00 Total biaya eksplisit 5.405.303,50 Kuantitas biaya implisit 2.837.651,41 Keuntungan 2.801.460,09 Usaha budidaya rente krisan pekebun anggota ASTHA BUNDA dapat dikatakan untung, karena jumlah penerimaan lebih lautan daripada total biaya produksi nan dikeluarkan dan masih terletak sisanya (poin keuntungan). Hal ini berarti petambak tidak mengalami kerugian dalam menjalankan usaha budidaya anakan krisan dengan menjadi anggota ASTHA BUNDA. Selain itu tenaga kerja yang digunakan sreg manuver budidaya rente krisan paling banyak yakni tenaga kerja dalam keluarga.
Artinya dengan tingginya biaya fungsionaris intern
tanggungan yang dikeluarkan lakukan gerakan budidaya anakan krisan maka biaya tersebut bisa dijadikan sebagai upah buruh harian kepada petani sendiri. D. Analisis Kelayakan Usahatani Pengukuran kelayakan orang tani bunga krisan anggota ASTHA BUNDA dapat diukur memperalat analisis R/C ratio, profit margin, produktivitas modal, kapasitas tenaga kerja dan produktivitas lahan. Berikut amatan kelayakan gerakan budidaya bunga krisan dengan luasan petak 361 m2 internal suatu siapa musim tanam. 1. R/C Ratio Revenue Cost Ratio (R/C ratio) merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan suatu usaha dengan menggunakan neraca penelaahan (revenue) dan biaya (cost).
R/C ratio diperoleh dari perbandingan antara total penelaahan
dengan total biaya (biaya eksplisit dan biaya implisit). Suatu manuver dikatakan layak jikalau nilai R/C ratio lebih bermula 1, sebaliknya dapat dikatakan tidak pas sekiranya
17
nilai R/C ratio lebih kecil dari 1 dan jikalau ponten R/C ratio adalah 1 maka usaha tersebut internal kondisi titik impas alias Break Event Point (BEP). Tabel 10. Nilai R/C Ratio Usaha budidaya Usahatani Bunga Krisan Peladang Anggota ASTHA BUNDA per Musim Tanam (361 m2) Uraian Nilai Total pengajian pengkajian 11.044.415,00 Total biaya produksi 8.242.954,91 Nilai R/C ratio 1,34 Untuk memperjelas dapat dihitung dengan rumus R/C ratio sebagai berikut. R/C ratio = =
Besaran Penerimaan Total Biaya 11.044.415 8.242.954,91
= 1,34 Nilai R/C ratio usahatani petani anakan krisan anggota ASTHA BUNDA adalah sebesar 1,386 yang berarti usahatani tersebut dapat dikatakan layak kerjakan diusahakan. Peristiwa ini karena nilai R/C ratio lebih raksasa dari 1 artinya pecah setiap modal Rp 1,00 nan dikeluarkan akan mndapatkan keuntungan sebesar Rp 0,34. Dengan demikian boleh sekali lagi dikatakan bahwa cak bagi setiap Rp 1,00 modal nan dikeluarkan maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,34. 2. Profit Margin Profit margin merupakan skor berusul hasil skala antara keuntungan dengan besaran biaya produksi yang dikeluarkan dengan dikalikan 100%. Kredit profit margin ini nantinya akan dibandingkan dengan suku bunga yang main-main. Apabila nilai profit margin kian besar dari tungkai rente yang berperan maka usaha tersebut dapat dikatakan layak. Tabel 11. Skor Profit Margin Usaha budidaya Usahatani Bunga Krisan Petani Anggota ASTHA BUNDA per Tahun Tanam (361 m2) Jabaran Biji Keuntungan 3.073.160,10 Total biaya produksi 8.242.954,91 Profit margin 34% Kerjakan memperjelas bisa dihitung dengan rumus profit margin sebagai berikut.
18
Profit Margin =
Keuntungan Jumlah Biaya
𝑥100%
3.073.160,10
= 8.242.954,91 𝑥100% = 34% Nilai profit margin peladang anakan krisan anggota ASTHA BUNDA adalah sebesar 34%. Bunga pinjaman bank sebesar 4,5% per tiga bulan maupun satu bisa jadi musim tanam bunga krisan.
Hal ini berarti gerakan budidaya bunga krisan
dikatakan patut bagi diusahakan, karena nilai profit margin kian besar dari suku bunga pinjaman yang berlaku. Sehingga petani akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan selisih (29,5%) antara profit margin dengan suku bunga yang dolan.
Sedangkan apabila petani intern perolehan modal tidak melakukan
pinjaman, maka dengan nilai profit margin sebesar 34% dapat diartikan bahwa besarnya modal yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan sebesar 34% berpunca modal nan dikeluarkan. 3. Produktivitas Modal Produktivitas modal merupakan kemampuan dari sejumlah modal yang ditanamkan privat suatu usaha untuk dapat memberikan pendapatan. Modal yang ditanamkan dikatakan layak apabila produktivitas pokoknya makin raksasa daripada bunga tabungan yang dikabulkan. Tabel 12. Produktivitas modal Usahatani Bunga Krisan Pekebun Anggota ASTHA BUNDA per Masa Tanam (361 m2) Uraian Nilai Pendapatan (Rp) 5.639.111,50 Carter lahan sendiri (Rp) 38.594,00 Biaya TKDK (Rp) 2.555.821,00 Biaya eksplisit (Rp) 5.405.303,50 Produktivitas modal (%) 56,33 Kapasitas modal = =
Pendapatan−Nilai Sewa Petak Sendiri−Biaya TKDK Total Biaya Eksplisit 5.639.111,50−38.594−2.555.821 5.405.303,50
𝑥100%
𝑥100%
= 56,33% Nilai produktivitas modal bakal usahatani bunga krisan orang tani anggota ASTHA BUNDA yaitu sebesar 56,33%, padahal bunga tabungan bank sebesar
19
7% masing-masing waktu atau 1,75% per tiga bulan. Sehingga dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,00 modal yang dikeluarkan sreg tadinya kegiatan akan memperoleh bunga sebesar Rp. 0,5633.
Hal ini lebih besar dibandingkan dengan tip yang
ditabungkan di bank. Jadi modal yang dimiliki petani akan lebih menguntungkan jika diusahakan cak bagi usahatani bunga krisan dibandingkan dengan nan uang ditabung di bank. Semenjak skor produktivitas modal nan didapat maka usahatani bunga krisan layak diusahakan. 4. Produktivitas Personel Daya produksi tenaga kerja merupakan kemampuan berusul tenaga kerja intern batih (peladang) lakukan dapat menghasilkan pendapatan.
Sehingga suatu
usahatani dikatakan memadai dapat dilihat dari tingkat produktivitas tenaga kerja privat keluarga dari usahatani tersebut. Suatu usahatani memadai diusahakan bila produktivitas fungsionaris makin lautan dari pada upah minimum regional. Tabel 13. Produktivitas Tenaga Kerja Usahatani Rente Krisan Petani Anggota ASTHA BUNDA tiap-tiap Musim Tanam (361 m2) Uraian Skor Pendapatan (Rp) 5.639.111,50 Sewa tanah sendiri (Rp) 38.594,00 Rente modal sendiri (Rp) 243.238,66 Jumlah TKDK (HKO) 47,44 Produktivitas tenaga kerja (Rp/HKO) 112.927,46 Produktivitas TK =
Pendapatan−Angka Carter Tanah Sendiri−Bunga Modal Koteng Total Tenaga Kerja N domestik Batih (HKO)
=
5.639.111,50−38.594−243.238,66 47,44
= 112.927,46 Dilihat terbit skor produktivitas pegawai usahatani bunga krisan pembajak anggota ASTHA BUNDA bahwa usahatani anak uang krisan di Kecamatan Pakem dapat dikatakan layak.
Hal ini dibuktikan maka itu hasil bersumber nilai produktivitas
pegawai ialah sebesar Rp 112.927,46 saban HKO sedangkan upah sida-sida buruh tani di Kecamatan Pakem berkisar antara Rp 45.000 setakat Rp 60.000 per HKO. Hal ini bermanfaat bermula sida-sida yang dikeluarkan dari dalam keluarga petani mendapatkan upah sebesar Rp 112.927,46. Sehingga nilai upah tenaga
20
kerja dalam batih lebih besar kalau dibandingkan dengan upah sida-sida seorang buruh tani. 5. Produktivitas Lahan Produktivitas lahan yakni kemampuan lahan lakukan menghasilkan pendapatan. Usahatani bunga krisan dapat dikatakan layak apabila produktivitas lahanya kian besar daripada sewa lahan yang berlaku di Kecamatan Pakem. Tabel 14. Produktivitas Kapling Usahatani Bunga Krisan Penanam Anggota ASTHA BUNDA per Hari Tanam (361 m2) Uraian Nilai Pendapatan (Rp) 5.639.111,50 Nilai TKDK (Rp) 2.555.821,00 Rente Modal seorang (Rp) 243.238,66 361,00 Luas Lahan (m²) Sewa lahan (Rp/ m²) 254,00 Produktivitas Lahan (Rp/ m²) 7.867,19 Produktivitas TK =
Pendapatan−Biaya TKDK−Rente Modal Sendiri Luas Lahan (m²)
=
5.639.111,50−2.555.821−243.238,66 361
= 7.867,19 Jika dilihat dari kredit kapasitas lahan puas usahatani anak uang krisan, adalah sebesar Rp 7.867,19 padahal untuk sewa lahan yang berperan di Kecamatan Pakem tiap-tiap 1 m² sebesar Rp 254,00 per tiga bulan. Sehingga dapat diartikan bahwa setiap m² petak yang digunakan bagi usahatani anakan krisan akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 7.867,19.
Dengan demikian ponten
produktivitas kapling peladang anak uang krisan anggota ASTHA BUNDA jauh bertambah besar semenjak biaya sewa lahan yang bertindak di Kecamatan Pakem.
KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis yang sudah lalu dilakukan maka dapat peneliti simpulkan umpama berikut: 1.
Penanam-petani yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah orang tani anak uang krisan anggota Asosiasi Tanaman Solek Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA). Mayoritas responden pada penelitian ini subur sreg hayat 37-48 hari. Pembajak yang menjadi responden mayoritas n kepunyaan tingkat pendidikan pengunci SMA. Rata-rata petani yang menjadi responden memiliki asam garam bertani jambu mete antara 2-6 masa.
2.
ASTHA BUNDA ialah suatu wadah bagi orang tani bunga krisan cak bagi dapat
berkumpul
dan
ganti
berkomunikasi
privat
menyelesaikan
permasalahan nan terdapat dalam gerakan budidaya rente krisan. Dengan visi meningkatan kesejahteraan petambak ASTHA
BUNDA memiliki
misi
mengembangkan wawasan pola pikir pembajak dengan tujuan mewujudkan jiwa yang sejahtera petani. 3.
Biaya umumnya yang dikeluarkan petani ialah sebesar Rp. 8.242.954,91. Sedangkan penerimaan rata-rata nan diperoleh orang tani anakan krisan selama satu musim tanam adalah sebesar Rp. 11.044.415 sehingga diperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp. 5.639.111,5 dan keuntungan kebanyakan sebesar Rp. 2.801.460,09.
4.
Ditinjau dari segi kelayakan usahatani baik R/C, profit margin, produktivitas modal, produktivitas tenaga kerja dan kapasitas lahan budidaya anakan krisan cukup diusahakan.
Dalam usaha budidaya bunga krisan nilai R/C
diperoleh 1,34, nilai profit margin diperoleh 34%, kredit kapasitas modal diperoleh 56,33%, nilai produktivitas karyawan diperoleh Rp 112.927,46 dan nilai produktivitas lahan diperoleh Rp 7.867,19. Dengan demikian usaha budidaya bunga krisan yang dilakukan maka dari itu petani anggota ASTHA BUNDA layak untuk diusahakan karena nilainya telah menepati syarat kelayakan.
21
22
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini ketika petani ingin memulai usaha budidaya bunga krisan maka peladang tersebut harus mempersiapkan biaya investasi yang besar. Sehingga perlu adanya bantuan berpunca berbagai pihak yang dapat mendukung petambak intern mendapatkan modal sediakala. Peristiwa ini dapat kasatmata bantuan modal berpangkal pemerintah wilayah sebagai dana pembangunan kawasan. Dapat lagi pemerintah kawasan membuat garis haluan terhadap satu intansi untuka dapat membantu dalam pembangunan kawasan budidaya tanaman anakan krisan. Budidaya bunga krisan merupakan persuasi nan beresiko pangkat. Enggak sekadar biaya kapitalisasi yang tinggi sekadar kembali mudah terserang hama dan penyakit. Sehingga penanam harus mencerna pengelolaan cara budidaya yang tepat kerjakan bisa memproduksi rente krisan nan berkualitas.
Dengan adanya pembimbingan
teknis lapangan yang intensif mewah meminimalisir dampak buruk yang terjadi. Keterbukaan ASTHA BUNDA sebagai gayutan yang menaungi petani bunga krisan akan mendatangkan pembantu terhadap anggotanya. Sehingga mampu mewujudkan anggota lebih menghargai asosiasi selaku pelaku terdahulu n domestik memasrahkan galakan terhadap budidaya bunga krisan.
DAFTAR PUSTAKA Alaika,
R. Klasifikasi Rente Krisan Crhysantimum (Online). https://www.academia.edu diakses 02 April 2015. Anggaran Dasar dan Runding Apartemen Strata Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun. 2012. BPS DIY, Kecamatan Pakem dalam Angka 2015 (Online). http://slemankab.bps.go.id diakses 14 November 2015. BPS DIY, Statistik Area Kecamatan Pakem 2015 (Online). http://slemankab.bps.go.id diakses 14 November 2015. Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, 2014. Profil Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Biro Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman. Isabella, Nyimas. 2003. Budidaya Bunga Krisan Potong (Dendranthema grandiflora Tzvelev) di PT Duaja Indah Bunga Nusantara, Cipanas Cianjur Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Kurniawan, R.P., et al. 2013. Kajian Usahatani Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Lahan Tegalan Desa Ketawangrejo Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. SURYA AGRITAMA. II (1): 76-87. Pangemanan, L., et al. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani Bunga Potong (Studi Kasus Peladang Bunga Krisan Tahir di Kelurahan Kakaskasen Dua Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon). AGRISOSIOEKONOMI. VII (2): 5-14. Purnaningsih, T. 2007. Strategi Kemitraan Agribisnis Berkelanjutan. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. I (3): 393416. Salam, T., et al. 2006. Analisis Finansial Propaganda Peternakan Ayam jantan Broiler Sempurna Kemitraan. Buku harian Agrisistem. II (1): 32-39. Sari, A.W. 2008. Analisis Kelayakan Pengusahaan Bunga Potong Krisan Loka Farm Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Setyono et al. 2011. Rehabilitasi Usahatani Anak uang Krisan Pasca Erupsi Ancala Merapi, hlm.319-330. Dalam Ekspansi Pertanian Berbasis Inovasi di Kewedanan Gangguan Erupsi Gunung Merapi. BPTP, Dipertan, Yogyakarta. Umar, H. 2012. Penajaman Kuantitatif Langkah Demi Ancang. N domestik Pelatihan Metodologi Penelitian. Kopertis III, Bogor.
23
Source: https://adoc.pub/download/kelayakan-usaha-budidaya-bunga-krisan-petani-anggota-asosias.html
Posted by: holymayhem.com