Latar Belakang Tentang Kualitas Buah Tanaman Kelapa Sawit Dengan Fuzzy


Gerbang I


PENDAHULUAN

Tanaman kelapa sawit purwa kali ditemukan di negara Afrika Barat dan tanaman ini disebut bak tanaman tropikal. Selain di Afrika Barat pohon kelapa sawit ini banyak pula di temukan di Afrika
Selatan serta negara-negara tetangga seperti Malaysia, Pantai Gading, Thailand, Papua Nugini, Brazilia dan juga negara-negara lainnya. Indonesia merupakan produsen terbesar kedua kerambil sawit setelah malaysia, diperkirakan sreg musim 2008 Indonesia merupakan produsen kelapa sawit di marcapada (Pahan, 2006).

Keberhasilan ekspansi tumbuhan kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas dari ketersediaan faktor pendukung, salah satu diantaranya ketersediaan bahan tanam menjuarai kelapa sawit. Sumber resmi benih kelapa sawit unggul antara enggak: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT Socfindo, PT London Sumatera (Anonim, 2007).


Kelapa sawit teragendakan produk nan banyak diminati oleh penanam modal karena kredit ekonominya cukup tingkatan. Para investor mengivestasikan modalnya kerjakan membangun perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit. Selama tahun
1990-2000, luas areal perkebunan kerambil sawit hingga ke 14.164.439 ha atau meningkat 21,5% jika dibandingkan akhir masa 1990 yang sekadar 11.651.439 ha. Rata-rata produktivitas nyiur sawit menyentuh 1,396 ton/ha/waktu untuk pertanaman rakyat dan 3,50 ton/ha/tahun buat perkebunan besar. Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan kapasitas komoditas perkebunan enggak (Fauzi, dkk, 2004).







Pokok kayu kelapa sawit
(Elaeis guineensis
Jacq.)
banyak tumbuh berada di daerah yang memiliki iklim tropis. Pada daerah ini matahari menyinar sepanjang hari dengan curah hujan yang sepan tinggi serta lazimnya suhu 22°C sampai 32°C plong mahamulia 500 m dari bidang laut. Kondisi ini memungkinkan kerambil sawit sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan lahan yang cukup luas.



Di Indonesia sendiri nyiur sawit tersebar di beberapa wilayah diantaranya pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Unik buat sulawesi, pelecok satunya terletak di daerah Gorontalo tepatnya di Kabupaten Gorontalo Kecamatan Pulubala Desa Molamahu yang dikelola oleh PT. Lembah Hijau Group yang tentatif ini masih dalam tahap pembibitan (Pre Nursery dan Main Nursery)
dengan jumlah 368.000 ekstrak. Varietas yang digunakan yakni varietas sriwijaya yang berpokok dari hasil persilangan antara macam dura x pasifera.
PT. Lembah Plonco Group yang bergerak di meres fiil sendi tumbuhan kelapa sawit, telah memberikan kontribusi nyata bagi pemerintah dan awam Molamahu yang pada awalnya hidup di bawah garis kemelaratan dan serba terbatas saat ini telah bisa merasakan nyawa yang tergolong sejahtera.

Mengawasi pentingnya tanaman kerambil sawit dewasa ini dan musim yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penghuni marcapada akan minyak sawit, maka terlazim dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan bisa tercapai. Salah suatu diantaranya adalah alamat pergandaan pohon substansial bibit, untuk itu perlu adanya penapisan bibit nan baik antara lain di pembibitan sediakala
(Pre Nursery)
dan di pembibitan utama
(Main Nursery).



Pada pembibitan ini, teradat adanya pengamatan secara visual terhadap penampilan bibit dengan cara membandingkan bibit normal dengan pati abnormal nan diakibatkan maka dari itu faktor kultur teknis dan faktor genetik.




1.2 Rumusan Masalah

Rumusan komplikasi di atas adalah bagaimana penampilan bibit sedikit selama fase pembibitan lega tahap
Pre-Nursery
?

Bakal mengetahui pengejawantahan bibit terbatas sejauh fase pada tahap
Pre-Nursery.


1.4


Manfaat

  1. Menambah wawasan mengenai bagaimana menentukan ekstrak abnormal sreg pada kelapa sawit (Elaeis guineensis
    Jacq.)
    tahap
    Pre-Nursery

  2. Menyerahkan kontribusi positif terutama bagi penulis bak bentuk pengembangan daya berkecukupan di bidang aji-aji pengetahuan khususnya akan halnya budidaya kelapa sawit
    (Elaeis guineensis
    Jacq).


Gerbang II



TINJAUAN Wacana


2.1 Morfologi Kelapa Sawit



Kelapa sawit Afrika (Elaeis guineensis)

Klasifikasi kelapa sawit bagaikan berikut :

Divisi
: Spermatophyta

Sub divisi



: Angiospermae

Papan bawah

: Dicotyledonae

Anak bini



: Palmaceae

Sub keluarga
: Cocoideae

Genus

: Elaeis

Spesies



:
Elaeis guineensis
Jacq.

Varietas
:
Elaeis guineensis
Jacg. Var.




Sriwijaya

Menurut Maksi (2008), ilmu saraf pokok kayu kelapa sawit yakni laksana berikut:


2.1.1 Akar

Tanaman kelapa sawit n kepunyaan jenis akar susu serabut. Akar utama ak
an membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener. Akar serabut pohon kelapa sawit mengarah ke radiks dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.


2.1.2 Batang

Jenazah kelambir sawit berbentuk silinder dengan penampang sekitar 20–75 cm. Tinggi layon makin seputar 45 cm saban tahun. Internal kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan jenjang dapat mencapai 100 cm per periode. Layon tanaman diselimuti jebolan pelepah hingga umur 12 tahun. Sesudah hayat 12 periode pelapah yang mengering akan tanggal sehingga manifestasi menjadi mirip dengan kelapa.


2.1.3 Daun

Sebagai halnya jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Relasi ini menyerupai jalinan patera pada tanaman kerambil. Patera berwarna hijau tua dan tangkai daun berwarna abnormal bertambah cukup umur.Tataran petiolus daun sekeliling 7,5–9 m. Kuantitas anak asuh daun puas setiap pelepah berkisar antara 250–400 helai. Produksi pelepah patera sepanjang satu tahun mencapai 20–30 tangkai daun.


2.1.4 Anakan

Tumbuhan kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Anakan dakar dan lebah ratulebah terpisah sahaja berlambak pada satu pohon
(monoecious diclin)
dan punya waktu pematangan berlainan sehingga sangat susah terjadi penyerbukan sendiri. Sehingga puas kebanyakan tanaman kelapa sawit mengamalkan penyerbukan silang. Bunga gagah n kepunyaan tulangtulangan lancip dan panjang sementara rente betina terlihat kian besar dan mekar.


2.1.5 Buah

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga dahulu jarang menghasilkan tandan biji pelir dan internal produksi benih memenangi digunakan sebagai tetua jantan.

Biji zakar sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah berkelompok n domestik tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Pasca- melampaui fase masak, tembolok asam sedap bebas (FFA,
free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Biji kemaluan terdiri dari tiga lapisan:

Eksoskarp : Bagian kulit biji zakar berwarna kemerahan dan licin.

Mesoskarp : Serabut biji pelir

Endoskarp : Buntelan penaung inti

Endosperm : Angka

Embrio
: Rajah

Buah terkumpul di privat tandan.

Intern suatu tandan terletak seputar 1.600 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20–22 tandan tiap-tiap tahun. Total tandan buah pada tanaman tua selingkung 12–14 tandan per tahun. Elusif setiap tandan sekitar 25–35 kg.

Kelambir sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi 3 yakni :

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang rimbun sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah sekadar biasanya tandan buahnya besar-samudra dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak punya cangkang namun anakan betinanya salih sehingga terlampau jarang menghasilkan buah. Tenera yaitu persimpangan antara induk Dura dan Pisifera. Macam ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing emak dengan sifat buntelan biji kemaluan tipis namun bunga betinanya tunak fertil. Bilang tenera menang persentase daging per buahnya bisa sampai ke 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat sampai ke 28% (Sastrosayono, 2003).


2.2 Syarat Tumbuh


2.2.1 Iklim

Menurut Maksi (2008), nyiur sawit merupakan pokok kayu yang merecup bawah tangan di wana-hutan, silam dibudidayakan. Pokok kayu kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan nan baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal diantaranya :

a.

Nyiur sawit adalah tanaman kawasan tropis yang bertunas baik antara garis

lintang 130C Lintang Utara dan 120C Lintang Selatan, terutama di daerah Afrika,
Asia
dan Amerika.

b.

Persyaratan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara mahajana yakni sebagai berikut :

  • Guyur hujan per tahun adalah 1500-4000 mm, optimal 2000-3000 mm.
  • Suhu optimum yang dikehendaki yaitu 280C dan janjang tempat optimal merupakan 0 500 meter dari atas permukaan laut
  • Kelembaban rata-rata 75 %.


2.2.2 Tanah

Menurut Anonim (2006) meyebutkan bahwa ada beberapa tipe tanah nan baik bagi budidaya kelapa sawit.

  1. Kelapa sawit boleh tumbuh plong berbagai tipe tanah, namun kelapa
    sawit boleh bersemi optimal sreg jenis tanah Latososl, Podsolik Merah Kuning dan Aluvial.
  2. Sifat-sifat fisika dan kimia yang harus dipenuhi bagi pertumbuhan tumbuhan kelambir sawit yang optimal adalah sebagi berikut :


·


Drainase baik dan permukaan air tanah cukup n domestik atau menghindari kapling


·


lahan yang berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal.


·


Solum cukup internal (selingkung 80 cm) dan tak berbatu agar kronologi akar tunjang tidak terganggu.


·


Reaksi kapling masam dan pH antara 4,0-6,5 ( pH optimumnya 5 – 5,5 ).


·


Dapat tumbuh puas bermacam-jenis tanah, asalkan gembur, aerasi dan draenasenya baik, berkecukupan akan bunga tanah dan lain memiliki lapisan padas

  1. Tanah-lahan yang tidak memenuhi syarat untuk kelapa sawit ialah :


·


Kapling tepi laut yang dulu berpasir


·


Tanah gambut yang rimbun, yang menyebabkan akar tak dapat sampai ke saduran mineral sehingga tanaman mudah tumbang atau pertumbuhannya miring.


2.3 Langkah Lahan

Pembukaan lahan adalah salah satu tataran kegiatan internal budidaya Kelapa Sawit yang sudah lalu ditentukan jadwalnya beralaskan pangkat pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan keberagaman lahannya
(areal)
alas, areal lalang, areal gambut.

Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi ataupun semak belukar nan akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pokok kayu pokok. Sedangkan bikin memudahkan n domestik manajemen tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan bilamana pembukaan lahan dan sebelum reboisasi Kelapa sawit (Setyamidjaja, 2003).


2.4 Pembibitan

Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan pokok kayu yang dapat berwibawa terhadap pencapaian hasil produksi pada waktu selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh perikatan kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelambir sawit yang baik adalah ekstrak nan memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh nan optimal serta berenergi internal menghadapi kondisi cekaman lingkungan plong saat pelaksanaan penanaman
(transplanting).

Menurut Dirattanhun (2007), cak bagi menghasilkan esensi yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang bisa menjadi ideal, serampak supremsi sepanjang pelaksanaan di lapang.
Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari awalan, pembibitan awal dan pembibitan utama.



2.4.1 Pemilihan Lokasi

Penentuan lokasi pembibitan terlazim memperhatikan bilang persyaratan seumpama berikut:

  • Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah nan direncanakan untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengapalan bibit
  • Areal diusahakan memiliki topografi ki boyak dan berada di paruh-tengah Huma
  • Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang memenuhi syarat.
  • Dekat dengan ajang pengambilan media tanam kerjakan pembibitan.
  • Drainase baik, sehingga sreg tahun hujan tidak tergenang air.
  • Lokasi Pembibitan memiliki jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik.
  • Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga melincirkan intern pengawasan.
  • Areal harus jauh berpangkal mata air hama dan komplikasi, serta memiliki sanitasi yang baik
    .


2.4.2 Luas Pembibitan

Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% mulai sejak luas areal pertanaman yang direncanakan. Luas areal pembibitan nan dibutuhkan bergantung pada total konsentrat dan jarak tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian kronologi, yang kerjakan setiap hektar pembibitan diperlukan perkembangan pengawasan sepanjang 200 m dengan dempak 5 m.


2.4.3 Sistem Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit boleh dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tataran pekerjaan, tergantung kepada ancang nan dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penghutanan kecambah nyiur sawit refleks dilakukan ke pembibitan terdahulu
(Main Nursery).
Padahal pada sistem pembibitan
dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan tadinya
(Pre Nursery)
terlebih dahulu selama ± 3 bulan puas polybag berukuran kerdil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan terdahulu
(Main Nursery)

dengan polybag berukuran lebih ki akbar.

Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

  • Kemudahan dalam pengawasan dan perlindungan serta tersedianya waktu persiapan pembibitan utama puas tiga bulan pertama.
  • Terjaminnya konsentrat nan akan ditanam ke lapangan, karena telah melangkahi sejumlah janjang seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama.
  • Pemilihan yang ketat (10%) di pembibitan semula bisa mengurangi keperluan tanah dan polybag osean di pembibitan utama.


2.4.4 Media Tanam

Media tanam yang digunakan mudahmudahan adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya petak penggalan atas
(top soil)
lega ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur nan baik, gembur, serta adil kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila lahan yang akan digunakan kurang kenyet-kenyut dapat dicampur ramal dengan proporsi batu halus : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke internal polybag, campuran persil dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk menyingkirkan wahana tanam dari sisa-sisa tiang, batuan mungil dan material lainnya.


2.4.5 Dompet Plastik
(Polybag)


Ukuran polybag tersidai puas lamanya bibit di pembibitan. Plong tahap pembibitan sediakala (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan matra panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat gua diameter 0,3 cm sebanyak 12-20 buah.

Sreg tahap pembibitan utama
(Main-Nursery)
digunakan polybag berwarna hitam dengan ukuran hierarki 50 cm, gempal 37-40 cm dan lebat 0,2 mm. Lega setiap polybag dibuat korok diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada jalal 10 cm dari bawah polybag.


2.4.6 Pembibitan Semula (
Pre-Nursery
)


Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan nan lebarnya 120 cm dan pangkat bedengan secukupnya. Dimensi polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau
15 x 23 cm
( lay flat ).

Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang sudah diayak. Tiap polybag diberi gorong-gorong bagi drainase.



Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm semenjak permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Sesudah bibit dederan nan berada di prenursery sudah lalu berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, pati dederan sudah dapat dipindahkan ke pembibitan penting (main-nursery). Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar konsisten lembab tapi lain becek. Belas kasih air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban nan dibutuhkan oleh pati.

Penyiraman dengan sistem springkel irrigation lalu membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan boleh melindungi bibit terhadap kebinasaan karena siraman.


2.4.7 Pembibitan Terdahulu
( Main-Nursery )


Bakal penghutanan konsentrat pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, bermatra 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm
(lay kondominium),
lebat 0,11 mm dan diberi gaung pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan petak atas yang mutakadim diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit

(Anonim 2007)
.

Pati dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar congah pada permukaan tanah polybag samudra dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit mencuar. Bibit pada polybag ki akbar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga setimbang sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm


(Anonim 2007).



2.4.8




Pelestarian (plong pembibitan)

Ekstrak yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik moga pertumbuhannya segak dan berharta, sehingga pati akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan ketika tanam yang tepat.

Proteksi bibit menutupi :


v


Sensor dan penyortiran

a. Penyiraman


Ø


Pendirusan bibit dilakukan dua bisa jadi sehari, kecuali apabila drop hujan angin lebih berpunca 7 – 8 mm pada waktu yang bersangkutan.


Ø


Air untuk mengguyur bibit harus nirmala dan cara menyiramnya harus dengan cercaan halus sepatutnya bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah panggung tumbuhnya enggak padat.


Ø


Kebutuhan air siraman


±


2 liter sendirisendiri polybag per hari, disesuaikan dengan atma bibit.

b. Penyiangan


Ø


Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di persil antara polybag harus dibersihkan, dikored atau dengan herbisida


Ø


Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan alias disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

c. Sensor dan penyortiran


Ø


Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan pati dan kronologi batu wereng dan problem


Ø


Bibit yang tumbuh kecil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai ki aib genetis harus dibuang.


Ø


Pembuangan esensi
(thinning out)
dilakukan pada saat pengungsian ke main nursery, yakni pada momen bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan esensi ke pelan.

Menurut Anonim (2007), seleksi dilakukan sebanyak tiga boleh jadi.

Penyaringan purwa dilakukan plong perian pemindahan bibit ke pembibitan terdepan.  Penyaringan kedua dilakukan setelah sari berumur catur rembulan di pembibitan utama.  Penyortiran keladak dilakukan sebelum pati dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman nan bentuknya terbatas dibuang, dengan ciri-ciri:

a)  bibit tumbuh meninggi dan kaku
b)  ekstrak terkulai
c)  anak daun tidak membelah eksemplar
d)  terkena penyakit
e)  anak asuh daun tidak sempurna.

Menurut Buana, dkk (2004), seleksi bertujuan cak bagi menghindari terangkutnya bibit terbatas ke tahap pembibitan selanjutnya. Bibit abnormal boleh disebabkan makanya faktor kultur teknis, dan faktor genetik atau serangan wereng dan penyakit. Seleksi dilaksanakan saat pindah tanam. Tanaman normal pada umur 3 rembulan, lazimnya telah memiliki 3-4 helai patera dan mutakadim sempurna bentuknya. Beberapa bentuk ekstrak invalid yang harus dibuang pada saat pelaksanaan pemilahan, yaitu:

·






Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang
(narrow-leaves).

·




Bibit nan pertumbuhannya terputar (twisted).

·






Sari yang tumbuh kecil (dwarfish).

·




Bibit yang anak daunnya bergulung (rolled-leaves)

·






Bibit yang anak daunnya sano (crinkled)

·



Bibit yang ujung daunnya membulat begitu juga mangkok (collante).

·



Konsentrat yang terserang penyakit tajuk (crown-disease)

d. Pemupukan


Ø


Pemupukan esensi suntuk penting untuk memperoleh bibit yang fit, bersemi cepat dan ki berjebah.


Ø


Jamur yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan kawul majemuk.


Ø


Dosis dan jenis serabut nan diberikan dapat dilihat plong table berikut ini :


Hipotesis


Adapun yang menjadi asumsi di atas yakni lega pertumbuhan konsentrat nyiur sawit terdapat beberapa konsentrat yang abnormal yang terdiri berpangkal pertumbuhan layu, pertumbuhan terhambat, dan tak-lain


Pintu III


TEKNIK PELAKSANAAN



3.1.


Kancah dan Waktu Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan kajian ini dilaksanakan

di PT Lembah Hijau Group Sejatera Dusun Onggama Desa Molamahu Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

Masa pelaksanaan kajian ini seia sekata dengan pelaksanaan magang pecah Fakultas Ilmu-ilmu Perladangan Perguruan tinggi Negeri Gorontalo selama 2 bulan adalah dari tanggal 23 februari hingga 24 juni 2008.



3.2.



Perkakas dan Bahan Yang Digunakan


1.


Alat Tulis Menulis


2.


Kamera


3.


Sendi Panduan Seleksi Bibit


4.


Bibit nyiur sawit

Metode yang digunakan dalam analisis ini ialah metode observasi yaitu pengamatan kontan terhadap penampakan ekstrak kelapa sawit yang diakibatkan oleh faktor tamadun teknis dan faktor genetik.

Variabel yang diamati yakni penampilan pertumbuhan bibit terbatas yang diakibatkan oleh faktor kultur teknis dan faktor genetik. Faktor kultur teknis sebagaimana pertumbuhan esensi terhambat
(stressed), daun berputar
(twisted leaf), daun berkerut
(crinkled leaf), layu
(wilted), daun tidak membuka
(collante), sedangkan
faktor genetik seperti pertumbuhan terhambat
(runt), daun lalang
(grass leaf), daun kaku/tegak
(erected), daun balar
(chimaera), daun menggulung
(rolled leaf).



3.5.



Prosedur Pelaksanaan

Pengamatan dilakukan terhadap seluruh variabel pertumbuhan bibit kerambil sawit dengan cara membandingkan antara bibit jamak dengan bibit abnormal. Selain itu penyebab esensi tekor dapat dikelompokkan atas faktor tamadun teknis dan faktor genetik. Esensi dengan penampilan berkepanjangan dari bibit normal yang telah ditentukan ( janjang, jumlah pelepah, dan osean bonggol ) serta cedera populasi nan ada begitu juga pertumbuhan tertahan, pertumbuhan berputar, albino, daun lalang dan patera tidak mengungkapkan.


DAFTAR PUSTAKA

_________, 2008. “deskripsi kelapa sawit varietas sriwijaya.

PT. Binasawit

Dirattanhun. 2007.
Budidaya Kelapa Sawit.



Written Friday, 03 August 2007


Fauzi, Yan, dkk, 2004, ”Budidaya Kerambil Sawit Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Aksi dan Pemasaran”, Penebar Swadaya,

Jakarta

Girsang Annel, 2005. “Pedoman Pembibitan Kelapa Sawit Pre-Nursery dan Main-Nursery.”



PPKS – Unit Usaha Marihat.


Nurita, M, 2004. Respon Biokimia Beberapa Progeni Kelambir Sawitt Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Kondisi Alun-alun.

PT SMARTRI. Indonesia

Sastrosayono, Selardi, 2003.


Budidaya Kelambir Sawit


. Penerbit PT Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan

Setyamidjaja, Djoehana. 2003. Tentang
Budi Daya Kelapa Sawit

Pahan, Iyung, 2007, ”Panduan Abstrak Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis pecah Hulu Sebatas Muara”.

Penebar Swadaya, Jakarta

PPKS, 2000, ”Pemilihan Pati Kelambir Sawit”.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Dokumentasi Alun-alun














Curiculum Vitac


I. Identitas Pribadi

Cap

: Arlan Latif

Tempat tanggal lahir


: Gorontalo, 10 November 1985

Jenis kelamin

: Pria

Agama

: Selam

Alamat
: Jln.

Berladang, Desa Buntulia Utara
Kec.

Buntulia Kab. Pohuwato


II. Identitas Orang Tua

Nama Ayah



: Sahidun Latif

Nama Ibu


: Salma Datau


III. Riwayat Pendidikan


1999






: SDN 1 Buntulia Utara, Pohuwato


2002






: SMP Provinsi 2 Marisa, Pohuwato


2005


: SMU Negeri 1 Marisa, Pohuwato

2009
:

D3 Pertanian Fakultas Pertanian UNG


IV. Pengalaman Organisasi


a.


Pengurus HMJ Fakultas Pertanian periode 2006/2007


b.


Sekretaris Umum Senat Mahasiswa Fakultas Pertanian Periode 2007/2008


c.


Pengurus MPM Perkumpulan Negeri Gorontalo Periode 2008/2009


d.


Pengurus KPMIP (Kesatuan hati Pelajar Mahasiswa Indonesia Pohuwato) Periode 2007.


e.


Pengurus IMTPI Provinsi V periode 2006-2008


V. Seminar/Pelatihan Yang pernah di ikuti


a.


Peserta pelatihan PBK Universitas Kewedanan Gorontalo tahun 2005


b.


Peserta OMP Fakultas Pertanian UNG tahun 2005


c.


Peserta Internasional Seminar and Workshop on Maize periode 2006


d.


Siswa Seminar KNK (Konperensi Nasional kerambil VI) tahun 2006


e.


Peserta TIMT (Jumpa Ilmiah Mahasiswa Tanah) Universitas Lambung Mangkurat tahun 2006


f.


Siswa ESQ
Leadership Training tahun 2007


g.


Peserta seminar Nasional IMTPI VI Fakultas perladangan UNG musim 2007


h.


Peserta pelatihan Karya Tulis Ilmiah Lembaga penelitian Universitas Distrik
Gorontalo hari 2008


i.


Peserta Seminar Nasional IMTPI Wilayah IV Fakultas pertanian Universitas Hasanudin tahun 2008


j.


Peserta SEMILOKNAS ISMPI (Seminar dan Sanggar kerja Nasional Ikatan Dewan perwakilan Mahasiswa Perkebunan Indonesia) Sekolah tinggi Siliwangi Tasikmalaya tahun 2008


k.


Peserta Seminar Nasional ISMPI Wilayah IV Fakultas Pertanian UNG tahun 2008

Source: https://pertanian-hmj.blogspot.com/2010/07/laporan-kelapa-sawit.html

Posted by: holymayhem.com