Ciri Ciri Tanaman Sayuran Tomat

Virus
Rotavirus Reconstruction.jpg
Rekonstruksi partikel Rotavirus menggunakan komputer.
Klasifikasi virus

e
Dunia[1]
  • Duplodnaviria
  • Monodnaviria
  • Riboviria
  • Varidnaviria

Virus
yakni mikroorganisme mikroba yang cuma dapat bereplikasi di internal terungku karena mereka tak n kepunyaan perlengkapan seluler kerjakan bereproduksi sendiri. Semua bentuk hayat dapat diinfeksi oleh virus, berangkat pecah hewan, pokok kayu, hingga patogen dan arkea.[2]
Istilah
virus
umumnya digunakan bakal menyebut macam virus nan menginfeksi sel-sel eukariota, sementara virus yang menginfeksi sel prokariota (seperti kuman dan arkea) dikenal sebagai bakteriofag. Keberadaan virus pertama kali diketahui melewati tulisan ilmiah Dmitri Ivanovsky lega 1892 yang menguraikan mikroba non-bibit penyakit yang menginfeksi tanaman sugi dan penemuan virus mosaik tembakau oleh Martinus Beijerinck pada musim 1898.[3]
Hingga tahun 2019, lebih dari 6.000 variasi virus mutakadim dideskripsikan secara rinci,[1]
bersumber total jutaan jenis virus di mileu.[4]
Virus ditemukan di dempet setiap ekosistem di Bumi dan merupakan entitas biologis yang paling banyak jumlahnya.[5]
[6]
Aji-aji yang mempelajari tentang virus dikenal ibarat virologi, sebuah subspesialisasi mikrobiologi.

Momen terinfeksi, sel inang dipaksa buat menghasilkan beribu-ribu salinan identik dari virus ceria dengan cepat. Detik tidak berlimpah di dalam sel atau tak internal proses menginfeksi interniran, virus rani dalam susuk atom independen yang disebut virion. Virion terdiri atas dua atau tiga episode: (1) materi genetik, yaitu molekul panjang asam nukleat (kasatmata DNA sekadar atau RNA namun, semata-mata enggak kombinasi keduanya) yang menyandi struktur protein nan digunakan virus; (2) mantel zat putih telur yang disebut kapsid, berfungsi mengelilingi dan mencagar materi genetik; dan pada sebagian virus terdapat (3) kelumun maupun amplop luar nan terbuat dari lipid. Bentuk partikel virus berkisar dari bentuk heliks (pilinan) sederhana, ikosahedral (bangun ira bersisi 20), hingga struktur yang lebih kegandrungan. Kebanyakan jenis virus memiliki virion yang terlalu kerdil bagi dilihat dengan mikroskop sorot karena ukurannya seperseratus berusul mikroba sreg umumnya.

Radiks-usul virus dalam sejarah evolusi hidup masih belum jelas: bilang virus mungkin berevolusi dari plasmid (rincihan DNA yang dapat berpindah antarsel), sementara nan lain mungkin berevolusi berpunca basil. Internal evolusi, virus adalah blantik penting dalam transfer gen horizontal, yang meningkatkan keragaman genetik dengan prinsip yang dianalogikan dengan reproduksi seksual.[7]
Terserah perbedaan pendapat ilmiah mengenai pamor virus umpama makhluk kehidupan atau sebagai struktur organik yang berinteraksi dengan anak adam hidup.[8]
Sebagai bentuk atma, virus mengapalkan materi genetik, berkembang biak, dan berevolusi melalui penyortiran liwa, meskipun mereka tidak mempunyai karakteristik utama basyar semangat, seperti struktur sengkeran, nan umumnya dianggap bagaikan barometer yang diperlukan bakal nyawa. Karena mereka mempunyai beberapa standar makhluk arwah tetapi tidak semuanya, virus digambarkan misal “organisme di tepi roh”,[9]
dan laksana pengganda diri.[8]

Virus hambur dengan berbagai mandu. Salah satu sagur penularan ialah menerobos organisme pembawa kelainan yang dikenal sebagai vektor: misalnya, virus sering ditularkan dari tumbuhan satu ke pokok kayu oleh insek yang memakan pulut tanaman, seperti mana kutu daun; dan virus pada hewan bisa dibawa maka itu insek pengisap talenta. Virus influenza menyebar melalui batuk dan bangkis.
Norovirus
dan
Rotavirus, penyebab umum gastroenteritis viral, ditularkan melalui kempang fekal–oral, melalui perantaraan dari-tangan-ke-mulut atau tergoda dalam makanan atau air. Dosis infeksius
Norovirus
yang diperlukan untuk menghasilkan infeksi sreg manusia terbatas dari 100 anasir.[10]
HIV merupakan salah satu bermula beberapa virus yang ditularkan melalui hubungan seksual dan terpapar bakat nan mengandung virus. Beragam keberagaman sel inang yang bisa diinfeksi oleh suatu virus disebut “kisaran inang”. Kisaran ini boleh saja sempit, artinya virus tersebut sekadar berada menginfeksi beberapa spesies, maupun luas, artinya ia berbenda menginfeksi banyak varietas.[11]

Infeksi virus lega hewan memicu respons kekebalan yang biasanya ki menenangkan amarah virus yang menginfeksi. Respons kekebalan juga dapat dihasilkan oleh vaksin, yang memberikan imunitas buatan terhadap infeksi virus tertentu. Sejumlah virus, tersurat nan menyebabkan AIDS, infeksi papilomavirus manusia, dan virus hepatitis, menghindari respons kekebalan ini dan menyebabkan infeksi kronis. Beberapa pengasosiasi antivirus telah dikembangkan untuk mengobati penyakit akibat virus.

Etimologi

[sunting
|
sunting sumur]

Kata
virus
berasal mulai sejak bahasa Latin
vīrus
yang berarti racun dan cair berbahaya lainnya, nan seterusnya terbit dari rumpun bahasa Indo-Eropa lain seperti bahasa Sanskerta
viṣa, bahasa Avesta
vīša, dan bahasa Yunani Historis
ἰός
yang semuanya berharga racun.[12]
Kata keadaan
ki busuk
dari bahasa Latin
virulentus
yang artinya beripuh unjuk sekitar musim 1400.[13]
Makna virus sebagai “agen nan mengakibatkan komplikasi infeksi” purwa mungkin digunakan puas musim 1728,[12]
jauh sebelum ditemukannya virus itu sendiri oleh Dmitri Ivanovsky pada tahun 1892. Sementara itu, kata sifat viral nan berarti “berpunca rasam virus alias disebabkan maka itu virus” hijau muncul pada musim 1944.[14]
Istilah
virion
yang tercatat sejak 1959 pula digunakan untuk merujuk pada partikel virus tunggal yang keluar terbit rumah pasung dan congah menginfeksi sengkeran lainnya nan sejenis.[15]
[16]

Memori penemuan

[sunting
|
sunting sumber]

  • Virus telah menginfeksi sejak zaman sebelum Masehi, hal tersebut mujarab dengan adanya beberapa penemuan-penciptaan yaitu embaran adapun infeksi virus dalam hieroglif di Memphis, ibu daerah tingkat Mesir kuno (1400 SM) yang menunjukkan adanya keburukan poliomyelitis. Selain itu, Yamtuan Firaun Ramses V meninggal pada 1196 SM dan dipercaya meninggal karena terserang virus
    smallpox.
  • Pada zaman sebelum Masehi, virus endemik nan cukup naik daun merupakan virus
    smallpox
    yang menyerang publik Tiongkok pada waktu 1000. Akan sekadar pada sreg tahun 1798, Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki imunitas terhadap virus pox. Hal tersebut diduga karena virus
    pox
    yang terdapat puas sapi, melindungi insan berpokok
    pox. Rakitan tersebut yang dipahami kemudian merupakan otak pemanfaatan vaksin.
  • Sreg waktu 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengutarakan suatu “germ theory” yaitu bahwa jasad renik yakni penyebab penyakit. Sreg saat itu juga terkenal Postulat Koch yang sangat terkenal hingga momen ini, yaitu:
    1. Agen penyakit harus cak semau di dalam setiap kasus penyakit
    2. Agen harus bisa diisolasi mulai sejak inang dan dapat ditumbuhkan secara
      in vitro
    3. Ketika kultur agen muri diinokulasikan ke intern pengasingan inang segar nan rentan maka bisa menimbulkan penyakit
    4. Agen yang sama dapat diambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi tersebut
  • Penelitian mengenai virus dimulai dengan penyelidikan mengenai penyakit mosaik nan menghambat pertumbuhan tumbuhan mole dan takhlik daun tanaman tersebut punya bercak-bercak. Pada musim 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa keburukan tersebut dapat menular saat tumbuhan yang engkau teliti menjadi gempa bumi setelah disemprot dengan getah pokok kayu nan sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikrob pada getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa kebobrokan tersebut disebabkan oleh bibit penyakit yang lebih kecil dari umumnya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
  • Pada waktu 1892, Dmitri Ivanovsky berasal Rusia menemukan bahwa getah daun mole yang mutakadim disaring dengan penyaring bakteri masih bisa menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua probabilitas, ialah bahwa basil penyebab penyakit tersebut berbentuk lalu kecil sehingga masih boleh melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin nan dapat menembus saringan.[17]
    Kemungkinan kedua ini dibantah pada hari 1897 setelah Martinus Beijerinck berpangkal Belanda menemukan bahwa agen infeksi di internal sipulut nan sudah lalu disaring tersebut bisa bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan keburukan tidak berkurang selepas beberapa barangkali ditransfer antartanaman.[17]
    Patogen mosaik tembakau disimpulkan laksana tidak bakteri, melainkan ialah
    contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pengiring penyakit.[17]
  • Setelah itu, lega tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab ki kesulitan ucapan dan kaki sapi dapat melewati pilihan nan tidak boleh dilewati bakteri. Semata-mata, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bibit penyakit yang lampau kecil.[17]
  • Pendapat Beijerinck yunior terbukti sreg tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Sindikat berdampak mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal perumpamaan virus mosaik tembakau.[18]
    Stanley mengemukakan bahwa virus ki ajek akan dapat taat aktif biarpun setelah kristalisasi.[19]
    Virus ini lagi yaitu virus yang mula-mula kali divisualisasikan dengan lup elektron pada tahun 1939 makanya ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.[20]
  • Lega tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang bugar diinduksi dengan sel tumor dari ayam jago nan sakit, maka pada ayam nan sehat tersebut kembali akan tertular kanker.[21]
    Selain itu, Rous juga mencoba melisis lokap tumor berbunga ayam yang sakit dulu memfilter sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak bisa dilalui oleh bakteri, lalu esensi-sari tersebut di suntikkan dalam kerangkeng ayam yang bugar dan ternyata hal tersebut kembali dapat menyebabkan kanker.[21]
    Rous menyimpulkan kanker disebabkan karena sel virus pada sengkeran tumor mandung nan guncangan yang menginfeksi sel ayam yang segar.[21]
    Penemuan tersebut adalah penemuan mula-mula virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang ditemukan maka dari itu Rous dinamakan Rous Sarcoma Virus (RSV).[21]
  • Pada tahun 1933,
    Shope papilloma virus
    atau
    cottontail rabbit papilloma virus
    (CRPV) nan ditemukan oleh Dr. Richard E Shope merupakan model kanker pertama pada cucu adam yang disebabkan maka itu virus.[22]
    Dr. Shope berbuat percobaan dengan mengambil filtrat mulai sejak tumor pada hewan lalu disuntikkan puas kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor pada terwelu tersebut.[22]
  • Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan bakteriofag.[23]
    Bakteriofag merupakan virus nan n kepunyaan inang bakteri sehingga doang dapat bereplikasi di kerumahtanggaan lokap basil.[23]

Sumber akar-usul

[sunting
|
sunting sumber]

Virus selalu berdampingan dengan organisme dan mungkin telah ada sejak sel jiwa pertama mungkin berevolusi. Virus tidak menghindari sisa purba sehingga radiks muasal virus sahaja bisa dihipotesiskan dengan prinsip-prinsip sama dengan teknik-teknik biologi molekuler.[24]
Selain itu, materi genetik virus kadang-kadang berintegrasi ke dalam garis benih organisme inangnya sehingga mereka bisa diturunkan secara vertikal ke baka inang sepanjang beberapa generasi. Hal ini memberikan sumber informasi yang tak ternilai untuk pakar paleovirologi bikin melacak kembali virus kuno yang sudah ada hingga jutaan tahun yang habis. Ada tiga hipotesis utama akan halnya asal-usul virus: regresi, keluar berasal sel, dan koevolusi:[25]
[26]

Hipotesis regresi
Virus bisa jadi dulunya adalah bui-sel kecil yang menjadi parasit dalam sel yang lebih besar. Kemudian, parasit-parasit ini kehilangan gen-gen nan tak lagi dibutuhkan setelah roh sebagai benalu. Dengan demikian, sel-hotel prodeo tersebut mengalami
regresi
menjadi virus. Teori ini didukung makanya kehadiran mikroba begitu juga
Rickettsia
dan
Chlamydia
nan saja mampu bereproduksi di kerumahtanggaan sel inang (seperti halnya virus). Menurut hipotesis ini, jika sel-sel kecil demikian ini boleh terus mengandalkan parasitisme untuk tetap semangat, gen-gen enggak yang hanya diperlukan cak bagi semangat mandiri (hidup di luar sel inang) boleh hilang. Hipotesis ini juga disebut ‘hipotesis kemunduran’,[27]
[28]
atau ‘postulat korting’.[29]
Premis keluar terbit sel
Virus kelihatannya berevolusi berusul rincihan DNA atau RNA nan keluar berpangkal gen organisme yang lebih ki akbar. DNA yang keluar ini dapat berpokok dari plasmid (racikan-potongan DNA yang dapat berpindah dari satu rumah pasung ke sel lain) ataupun transposon (unsur DNA yang bereplikasi dan bersirkulasi ke berbagai posisi internal gen sel).[30]
Transposons pernah disebut perumpamaan “gen pelompat” dan merupakan pola unsur genetik yang bisa berpindah dengan mudah dan boleh jadi merupakan asal mula beberapa virus. Mereka ditemukan pada milu oleh Barbara McClintock pada tahun 1950.[31]
Dugaan ini kadang kala disebut ‘hipotesis gelandangan’,[27]
[32]
atau ‘hipotesis melarikan diri’.[29]
Premis koevolusi
Hipotesis ini juga disebut ‘hipotesis virus-pertama’[29]
yang mengusulkan bahwa virus mungkin telah berevolusi mulai sejak molekul kompleks berwujud protein dan asam nukleat pada detik nan setolok momen bui purwa kelihatannya muncul di Mayapada dan akan bergantung pada arwah seluler selama miliaran masa. Viroid yaitu elemen RNA yang bukan diklasifikasikan laksana virus karena tidak mempunyai baju hujan protein. Mereka memiliki karakteristik nan seperti beberapa virus dan sering disebut perwakilan subviral.[33]
Viroid merupakan bibit penyakit tumbuhan nan utama.[34]
Mereka tidak menyandi protein hanya berinteraksi dengan pengasingan inang dan menggunakan perangkat nan dimiliki inang untuk bereplikasi.[35]
Virus hepatitis delta pada manusia memiliki genom RNA yang mirip dengan viroid tetapi mereka punya lapisan zat putih telur yang berasal terbit virus radang hati B dan bukan boleh menghasilkannya sendiri. Oleh karena itu, virus ini minus. Meskipun genom virus sakit kuning delta dapat bereplikasi secara independen setelah bernas di dalam sengkeran inang, dia membutuhkan bantuan virus hepatitis B buat menyediakan mantel zat putih telur sehingga engkau bisa ditularkan ke sel baru.[36]
Dengan prinsip yang sama, Virofag Sputnik bergantung plong
Mimivirus, nan menginfeksi protozoa
Acanthamoeba castellanii.[37]
Keberagaman virus ini, yang bergantung pada keberadaan spesies virus lain di internal interniran inang, disebut ‘satelit’ dan kelihatannya merupakan transendental talang evolusi antara viroid dan virus.[38]
[39]

Ketiga dugaan ini memiliki kelemahan. Postulat regresi lain dapat menjelaskan mengapa sel-sel sakat terkecil nan ditemukan juga tidak memiliki kemiripan selevel sekali dengan virus. Asumsi keluar berpokok sel tidak dapat mengklarifikasi struktur-struktur nan hanya cak semau lega virus dan tidak lega sel, seperti kapsid nan obsesi. Hipotesis koevolusi bertentangan dengan definisi virus—bahwa mereka membutuhkan sel inang—dan enggak dapat menguraikan bagaimana virus yang terbentuk pertama siapa dapat bertahan dan menggandakan diri minus eksistensi sel.[40]
[41]
[29]
Masa ini virus dipandang sebagai entitas kuno dan memiliki pangkal-usul yang mendahului percabangan semangat ke dalam tiga domain.[42]
Penemuan ini mengarahkan ahli virologi beradab untuk mempertimbangkan sekali lagi dan mengevaluasi lagi ketiga postulat klasik ini.[42]

Bukti cak bagi hipotesis dunia RNA[43]
dan analisis komputer jinjing terhadap urutan DNA virus dan inangnya menerimakan pemahaman nan lebih baik tentang perkariban evolusi di antara virus-virus dan dapat membantu mengidentifikasi kakek moyang virus bertamadun. Sampai detik ini, analisis tersebut belum membuktikan dugaan mana yang benar.[29]
Tampaknya tidak mungkin bahwa semua virus nan saat ini diketahui memiliki nenek moyang yang selaras dan virus kali telah unjuk berkali-kali pada masa suntuk maka itu satu alias bilang mekanisme.[39]

Mikrobiologi

[sunting
|
sunting sendang]

Martabat nasib

[sunting
|
sunting mata air]

Suka-suka perbedaan pendapat ilmiah tentang apakah virus digolongkan seumpama basyar hidup atau hanya struktur organik yang berinteraksi dengan turunan hidup. Meskipun demikian, mereka lebih sering dianggap sebagai replikator (zat yang melakukan replikasi DNA) dan tak termasuk bentuk spirit.[44]
Virus digambarkan umpama “organisme di ujung spirit”,[9]
karena mereka serupa dengan makhluk hidup internal hal kepemilikan gen, berevolusi melalui seleksi pataka,[45]
dan bereproduksi dengan membuat banyak sertifikat dari diri mereka sendiri menerobos perakitan diri. Meskipun virus memiliki gen, mereka tidak memiliki lembaga pemasyarakatan, yang sering dipandang sebagai unit pangkal kehidupan. Virus tidak n kepunyaan metabolisme sendiri dan membutuhkan kerangkeng inang untuk mewujudkan produk baru. Oleh karena itu, mereka tidak bisa bereproduksi secara alami di luar penjara inang.[46]
Biarpun bilang basil sebagai halnya
Rickettsia
dan
Chlamydia
punya keterbatasan yang sama, mereka dianggap sebagai organisme hidup karena memiliki rumah tahanan sendiri.[47]
[48]
Perakitan diri virus di dalam sel inang berimplikasi pada studi asal mula umur karena mendukung asumsi bahwa usia boleh dimulai dari molekul organik nan dapat merakit diri.[49]

Struktur

[sunting
|
sunting sumber]

Teoretis skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid.

Virus merupakan organisme subseluler nan karena ukurannya sangat kecil, semata-mata dapat dilihat dengan menggunakan kaca pembesar elektron. Ukurannya bertambah kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring patogen. Virus terkecil berdiameter semata-mata 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan lup kirana.[50]

Genom virus dapat aktual DNA atau RNA.[51]
Genom virus bisa terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.[51]
Selain itu, senderut nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau tebaran.[51]
Jumlah gen virus bervariasi dari empat bagi nan terkecil sampai dengan beberapa dupa untuk yang terbesar.[50]
[51]
Incaran genetik rata-rata virus satwa dan khalayak berupa DNA, dan puas virus tumbuhan biasanya merupakan RNA yang beruntai individual.[51]

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu sepuhan penaung.[51]
Protein yang menjadi saduran pelindung tersebut disebut
kapsid.[51]
Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang makin kompleks dan terdiri atas zat putih telur yang disandikan oleh genom virus.[51]
Kapsid terasuh berasal banyak subunit protein yang disebut
kapsomer.[50]
[51]

Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral berisi asam nukleat dan ekor untuk menginfeksi inang.

Lakukan virus berbentuk heliks, protein kapsid (lazimnya disebut zat putih telur nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus.[52]
Misalnya, lega virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3 mikrometer.[52]
Komposisi kompleks protein dan cemberut nukleat ini disebut nukleokapsid.[52]
Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh salutan lipid yang didapatkan berbunga sengkeran inang, dan glikoprotein nan disandikan makanya virus melekat sreg selubung lipid tersebut.[52]
Babak-bagian ini berfungsi dalam penyimpulan pada dan penyetoran ke sel inang lega semula infeksi.[52]

Virus cangkrang memiliki kelumun virus.

Kapsid virus sferik menyamarkan genom virus secara keseluruhan dan lain terlalu bersimpai dengan senderut nukleat seperti virus heliks.[53]
Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus nan tersusun intern bagan simetri ikosahedral.[53]
Total protein nan dibutuhkan cak bagi membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien Horizon, yaitu sekitar 60t protein.[53]
Sebagai contoh, virus hepatitis B mempunyai angka N=4, butuh 240 protein bakal membentuk kapsid.[53]
Seperti virus rajah heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi salutan lipid, sahaja biasanya protein kapsid sendiri langsung terbabit n domestik penginfeksian rumah tahanan.[53]

Bilang jenis virus punya partikel adendum yang membantunya menginfeksi inang.Virus sreg sato mempunyai selubung virus, yaitu membran ki menutupi kapsid.[54]
Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein berusul sel inang, tetapi juga mengandung protein dan glikoprotein yang pecah dari virus.[54]
Selain zat putih telur selubung dan protein kapsid, virus sekali lagi mengangkut beberapa molekul enzim di privat kapsidnya. Ada pun beberapa jenis bakteriofag nan mempunyai ekor protein yang tertuju pada “kepala” kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag buat menempel pada suatu bakteri.[55]
Partikel komplet virus disebut
virion. Virion berfungsi bak alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid berkewajiban intern mekanisme penginfeksian pengasingan inang.[55]

Virus lautan

[sunting
|
sunting sumber]

Sarjana menemukan virus segara yang dikenal dengan istilah
Mimivirus,
Megavirus, dan
Pandoravirus.

Pandoravirus merupakan variasi virus berdosis adv amat raksasa dengan genom nan jauh makin besar dibanding virus-virus enggak nan telah bertambah lewat dikenal. Pandoravirus disebut sebagai virus super segara, karena ukurannya mengecundang virus berukuran raksasa bukan sebagai halnya Mimivirus ataupun Megavirus.

Meski berukuran lautan, semata-mata kukuh tak boleh dilihat dengan alat penglihatan telanjang. Virus ini ditemukan peneliti bermula Prancis Jean Michael Claverie dari Perhimpunan Mediterranée.[56]

Pandoravirus berformat seribu mungkin makin samudra dibanding virus influenza yang berukuran 100 nanometer. Pandoravirus punya 2.556 gen (200 kali lebih banyak mulai sejak virus influenza). Ukuran Pandoravirus bertambah raksasa dua kali lipat berusul Megavirus yang doang memiliki 1.120 gen.

Replikasi

[sunting
|
sunting mata air]

Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yakni pelekatan virus, penetrasi, pemenuhan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan pemuasan.

Pelekatan virus

[sunting
|
sunting mata air]

Pelekatan virus (adsorpsi) yakni proses interaksi awal antara unsur virus dengan unsur reseptor sreg permukaan bui inang.[57]
Plong tahap ini, terjadi rangkaian spesifik antara atom reseptor seluler dengan antireseptor pada virus.[57]
Bilang jenis virus memerlukan molekul lainnya bakal proses pelekatan yaitu koreseptor.[57]

Atom reseptor yang target pada rataan sengkeran dapat berbentuk protein (galibnya glikoprotein) atau sempuras karbohidrat nan terwalak pada glikoprotein atau glikolipid.[57]

Sejumlah virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki makin berpokok satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute cak bagi berikatan dengan kurungan.[57]

Reseptor virus mempunyai beberapa inferior nan berbeda:

  • zarah
    immunoglobulin-like superfamily
  • reseptor terkait membran
  • kanal dan transporter transmembran[57]

Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki:

  • Human rhinovirus
    (HRV)
Human rhinovirus
mempunyai reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule-1).[58]
Molekul tersebut merupakan molekul adhesi yang fungsi normalnya adalah cak bagi mengikatkan sel kepada substratnya.[58]
struktur ICAM-1 mirip dengan molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga digolongkan sebagai protein
supefamily immunoglobulin
[58]
Struktur ICAM-1 n kepunyaan panca Ig-like domain lakukan berikatan dengan Lfa-1 (Leukocite function antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus (HRV), fibrinogen, dan PFIE (malaria infected erythocytes).[58]
Deka- serotipe bersumber HRV menggunakan ICAM-1 seumpama reseptor, sepuluh serotipe lainnya menggunakan protein nan beruhubungan dengan LDL reseptor.[58]
  • Poliovirus
Poliovirus
mempunyai reseptor virus berupa zat putih telur membran terkonsolidasi yang juga anggota terbit molekul
superfamily immunoglobulin.[59]
Reseptor ini memiliki tiga domain yaitu satu berupa fleksibel dan dua konstan.[59]
  • Virus influenza
Virus ini memiliki dua varietas spike glikoprotein puas parasan zarah virus yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase.[60]
HA akan bersendi dengan reseptor virus influenza yang aktual senderut sialat (Falak-asetil neuraminic acid).[60]
Virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties bersut sialat nan cak semau pada rantai oligosakarida nan secara kovalen bersendi dengan glikoprotein puas latar penjara.[60]
Adanya asam sialat plong hampir semua jenis sel menyebabkan virus influenza bisa berikatan dengan banyak spesies kerangkeng.[60]

Penetrasi

[sunting
|
sunting sumber]

Penetrasi terjadi pada waktu yang tinggal pendek setelah pelekatan virus lega reseptor di membran sel.[61]
Proses ini memerlukan energi Tiga mekanisme nan terbabit:

  • Translokasi partikel virus
Proses translokasi nisbi jarang terjadi di antara virus dan mekanisme belum sepenuhnya dipahami benar, kemungkinan diperantarai oleh zat putih telur di privat virus kapsid dan reseptor membran spesifik.[62]
  • Endositosis virus ke privat vakuola intraseluler
Proses endositosis merupakan mekanisme yang tinggal umum umpama jalan masuk virus ke n domestik sel.[63]
Enggak diperlukan protein virus spesifik selain nan sudah lalu digunakan lakukan pengikatan reseptor.[63]
  • fusi dari sampul dengan membran sel (untuk virus nan bersarung)
Proses fusi virus bersampul dengan membran tangsi baik secara berbarengan atau dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma.[63]
Diperlukan adanya protein fusi spesifik dalam sampul virus, misalnya: HA influenza dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.[63]

Pelepasan mantel

[sunting
|
sunting sumber]

Tahap ini terjadi sesudah proses penetrasi di mana kapsid virus baik seluruhnya maupun sebagian dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang.[61]
Pada tahap ini genom virus terekspos privat bentuk kompleks nukleoprotein.[61]
Intern sejumlah kasus, tahap ini berlantas cukup keteter dan terjadi sejauh sintesis plong membran virus dengan membran plasma.[61]
buat virus lainnya, tahap ini yaitu proses multistep yang melibatkan jalur endositosis dan membran nukleus.[61]

Replikasi genom dan ekspresi gen

[sunting
|
sunting sumber]

7 Klasifikasi Baltimore.[64]

Strategi replikasi semenjak beberapa virus tergantung pada material genetik alami berpunca virus tersebut.[65]
Dalam situasi ini, virus dibagi dalam 7 gerombolan seperti pengklasifikasian David Baltimore.[65]
Proses ekspresi gen akan menentukan semua proses infeksi virus (akut, kronis, persisten, maupun laten).[65]

  • Inferior I: DNA utas ganda
Kelompok ini dibagi menjadi dua keramaian.

  1. Replikasi terjadi di inti dan relatif tergantung kepada faktor-faktor seluler (Adenoviridae,
    Polyomaviridae,
    Herpesviridae)[65]
  2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae). virus ini mengikutsertakan semua faktor-faktor nan utama bakal transkripsi dan replikasi dari genomnya, dan kebanyakan tidak tersampir sreg perangkat replikasi mulai sejak inangnya.[65]
  • Kelas II: DNA utas tunggal
Replikasi terjadi di dalam nukleus, melibatkan rencana utas ganda intermediate sebagai cetakan untuk paduan tali tunggal DNA turunannya (Parvoviridae)[65]
  • Kelas III: RNA utas ganda
Virusnya memiliki genom yang tersegmentasi. saban segmennya ditranskripsi secara terpisah untuk menghasilkan monosistronik mRNA individual. contoh:
Reoviridae
[65]
  • Papan bawah IV: RNA utas unik (+)
Virus dengan polisistronik mRNA di mana inferior ini genom RNA membentuk mRNA yang ditranslasikan kerjakan membentuk suatu polyprotein yang dipecah membentuk zat putih telur menguning. Cermin:
Picornaviridae
[65]
  • Kelas V: RNA utas eksklusif (-)
Genom pada kelas ini dibagi menjadi dua tipe:

  1. Genom bukan bersegmen (Rhabdoviridae), Tahap purwa kerumahtanggaan replikasi yaitu transkripsi dari genom RNA utas (-) maka itu virion RNA-dependent
    RNA polimerase bikin menghasilkan monosistronik mRNA nan juga umpama tempaan untuk replikasi genom.[65]
  2. Genom bersegmen (Orthomyxoviridae), replikasi terjadi di n domestik nukleus di mana monosistronik mRNA untuk masing-masing gen virus dihasilkan oleh transkriptase virus.[65]
  • Kelas VI: RNA utas singularis (+) dengan DNA Intermediat
Genom Retrovirus RNA utas spesifik (+) bersifat diploid dan lain dipakai secara sedarun sebagai mRNA saja sebagi template untuk reverse transkriptase menjadi DNA.[65]
  • Inferior VII: DNA rayon ganda dengan RNA Intermediat
Virus kelompok ini bergantung kepada reverse transkriptase, tetapi berbeda dengan retrovirus, prosesnya terjadi di dalam molekul virus selama maturasi (Hepadnaviridae).[65]

Perakitan

[sunting
|
sunting sumber]

Perakitan merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion plong putaran khusus di privat sel.[61]
Sepanjang proses ini, terjadi pembentukan struktur zarah virus.[61]
Proses ini tergantung kepada proses replikasi di intern hotel prodeo dan palagan di mana virus melepaskan diri dari sel.[61]
mekanisme perakitan bervariasi bakal virus nan farik-beda. Contoh: proses perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma, sementara itu proses perakitan Adenovirus, Poliovirus, dan Parvovirus terjadi di nukleus.[61]

Pematangan

[sunting
|
sunting perigi]

Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dan berperangai infeksius.[61]
Pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kebolehjadian dihasilkan oleh pemecahan spesifik protein kapsid kerjakan menghasilkan produk nan matang.[61]
protease virus dan enzim seluler lainnya biasanya berkujut dalam proses ini.[61]

Pelepasan

[sunting
|
sunting sumber]

Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari kurungan inang melalui dua mekanisme:

  • bikin virus litik (semua virus non-selubung), pemuasan yakni proses nan sederhana, di mana sengkeran yang terkontaminasi terbuka dan virus keluar.[61]
  • untuk virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar berpunca sel melewati membran, proses ini dikenal sebagai budding.[61]

Proses pelepasan zarah virus kemungkinan bisa merusak interniran(Paramyxovirus, Rhabdovirus, dan Togavirus), dan probabilitas sebagian pun tidak subversif sel (Retrovirus).[61]

Klasifikasi

[sunting
|
sunting sumber]

Klasifikasi bermaksud untuk menggambarkan keanekaragaman virus dengan memberi nama dan mengklasifikasikan virus berlandaskan ekualitas mereka. Secara tertinggal, virus dapat dikelompokkan berdasarkan jenis asam nukleat yang mereka miliki (virus DNA ataupun virus RNA), untaian asam nukleat (untai tunggal ataupun untai ganda), ada tidaknya segmentasi pada genom, format virion, macam simetri kapsid (heliks atau ikosahedreal), serta ada tidaknya selubung.[66]
Puas masa 1962, André Lwoff, Robert Horne, dan Paul Tournier merupakan orang-orang pertama yang mengembangkan pengklasifikasian virus beralaskan sistem pangkat Linnaeus.[67]
Sistem ini memperalat klasifikasi filum, papan bawah, ordo, famili, genus, dan jenis. Virus dikelompokkan sesuai dengan kesetaraan sifat mereka (tak kesamaan inang mereka) dan tipe bersut nukleat yang membentuk genom mereka.[68]
Puas tahun 1966, Komite Antarbangsa Taksonomi Virus (ICTV) dibentuk. Sistem nan diusulkan makanya Lwoff, Horne, dan Tournier lain pernah sepenuhnya diterima makanya ICTV karena ukuran genom virus nan kecil dan tingkat mutasi mereka yang tinggi membuat sulit cak bagi menentukan takson virus di atas ordo (bangsa). Oleh sebab itu, klasifikasi Baltimore digunakan untuk melengkapi hierarki nan lebih tradisional.[69]
Menginjak tahun 2018, ICTV mulai mengakui persaudaraan evolusi nan bertambah dalam di antara virus yang telah ditemukan dan mengadopsi sistem klasifikasi dengan 15 tingkatan, menginjak mulai sejak dunia sampai variasi.[70]

Klasifikasi ICTV

[sunting
|
sunting sendang]

Rasio antara taksonomi virus perian 1991 dan 2019 maka dari itu ICTV

Komite Jagat Taksonomi Virus (ICTV) berekspansi sistem klasifikasi yang digunakan waktu ini dan menggambar pedoman yang menjatah bobot lebih besar pada sifat-kebiasaan virus tertentu cak bagi menjaga keseragaman keluarga virus. Taksonomi terpadu (sistem mendunia untuk memilah virus) telah ditetapkan. Penyelidik baru mendeskripsikan sebagian kecil dari total keragaman virus yang ada di bumi.[71]
Pada tahun 2019, 4 dunia, 9 kerajaan, 16 filum, 2 subfilum, 36 kelas, 55 ordo, 8 subordo, 168 anak bini, 103 subkeluarga, 1.421 genus, 68 subgenus, dan 6.589 tipe virus sudah lalu ditetapkan oleh ICTV.[72]

Seperti taksonomi makhluk nyawa plong umumnya, klasifikasi virus juga dilakukan secara hierarkis atau berpangkat. Sreg 2019, tingkatan subdunia, subkerajaan, dan subkelas tak digunakan, sedangkan semua hierarki lainnya sedang digunakan.

Mayapada (-viria)

Subdunia (-vira)

Kekaisaran (-viriae)

Subkingdom (-virites)

Filum (-viricota)

Subfilum (-viricotina)

Kelas (-viricetes)

Subkelas (-viricetidae)

Ordo (-virales)

Subordo (-virineae)

Keluarga (-viridae)

Subkeluarga (-virinae)

Genus (-virus)

Subgenus (-virus)

Spesies

Dalam klasifikasi virus, terdapat pula takson yang dikategorikan seumpama
incertae sedis
atau penempatannya tak pasti.

Klasifikasi Baltimore

[sunting
|
sunting sumber]

Klasifikasi Baltimore nan mengelompokkan virus berdasarkan metode sintesis mRNA mereka.

Juru biologi dan pemenang Hadiah Nobel David Baltimore merancang sistem klasifikasi Baltimore.[73]
[74]
Privat klasifikasi virus modern, sistem klasifikasi ICTV digunakan bersama dengan sistem klasifikasi Baltimore.[75]
[76]
[77]

Klasifikasi virus Baltimore didasarkan pada mekanisme sintesis mRNA. Virus harus menghasilkan mRNA dari genomnya lakukan menghasilkan protein dan mereplikasi diri mereka sendiri, tetapi mekanisme nan digunakan oleh virus buat sampai ke hal ini berbeda-tikai. Genom virus kali beruntai tunggal (single-stranded, disingkat ss) atau beruntai ganda (double-stranded, disingkat ds), baik berupa RNA alias DNA, dan siapa menggunakan maupun tak menggunakan transkriptase kencong (reverse transcriptase, disingkat RT). Selain itu, virus RNA untai istimewa dapat bersifat konkret (+) atau negatif (-). Klasifikasi ini memangkalkan virus ke intern tujuh kerubungan:

  • Virus DNA untai ganda (dsDNA)
  • Virus DNA untai tunggal (ssDNA)
  • Virus RNA utas ganda (dsRNA)
  • Virus RNA untai partikular-positif (ssRNA(+))
  • Virus RNA untai spesial-negatif (ssRNA(-))
  • Virus RNA untai eksklusif-transkripsi putar (ssRNA-RT)
  • Virus DNA rayon ganda-transkripsi balik (dsDNA-RT)

Seumpama pola penerapan klasifikasi virus, virus penyebab cacar air, yaitu virus varicella-zoster (VZV), ditempatkan dalam ordo
Herpesvirales, anak bini
Herpesviridae, subkeluarga
Alphaherpesvirinae, dan genus
Varicellovirus. VZV berada di Grup I dari Klasifikasi Baltimore karena yakni virus dsDNA yang tidak menggunakan enzim transkriptase balik.

Set lengkap virus n domestik satu organisme ataupun habitat disebut viroma; misalnya, semua virus hamba allah membentuk viroma manusia.[78]

Virus dan komplikasi

[sunting
|
sunting sumur]

Infeksi virus pada sel inang boleh menimbulkan komplikasi nan dikategorikan sebagai masalah infeksius. Penyebaran virus bersumber satu inang ke inang tidak boleh dilakukan dengan banyak cara, tetapi setiap virus memiliki karakteristik tertentu dan mengandalkan kaidah tertentu untuk hambur. Banyak virus yang menginfeksi pohon berpindah berasal satu tumbuhan ke tumbuhan lain menerobos serangga dan organisme enggak nan disebut vektor.[79]
Virus nan menginfeksi satwa dan manusia memencar dengan bermacam ragam cara. Sejumlah virus berpindah melampaui relasi spontan antara individu terinfeksi dengan individu sehat, misalnya herpes simpleks yang menular melangkaui singgungan fisik.[80]
Penularan virus melalui kontak langsung lagi dapat terjadi menerobos hubungan seks, misalnya HIV.[81]
Virus yang menginfeksi sungai buatan pencernaan, seperti
Norovirus
dan
Rotavirus, ditularkan melangkahi transmisi fekal–oral, yang melibatkan tangan, nafkah, dan minuman nan terkontaminasi.[82]
[83]
Virus-virus nan menyerang sistem asimilasi, seperti virus influenza, virus parainfluenza, dan virus korona, dapat menyebar melalui percikan dari saluran pernapasan saat seseorang berbicara, batuk, alias bangkis.[84]
[85]
[86]
Apabila partikel virus dalam percikan tersebut berhasil mengaras membran mukosa turunan tidak (yang ada di hidung, mulut, dan bilang organ bukan), mereka boleh ikut ke dalam fisik individu tersebut. Virus lainnya, seperti virus dengue, disebarkan maka dari itu insek pengisap darah.[87]
Sementara itu,
Cytomegalovirus
bisa diturunkan secara vertikal berpokok ibu hamil ke embrio nan sedang dikandungnya.[88]

Dampak

[sunting
|
sunting sumber]

Sejumlah virus ada yang bisa dimanfaatkan intern rekombinasi genetika.[89]
Melalui penyembuhan gen, gen jahat (penyebab infeksi) nan terdapat dalam virus diubah menjadi gen baik (penyembuh).[89]
Baru-mentah ini David Sanders, sendiri profesor ­ilmu hayat pada Purdue’s School of Science telah menemukan cara pendayagunaan virus dalam dunia kesehatan.[89]
Dalam temuannva yang dipublikasikan internal Jurnal Virology, Edisi 15 Desember ­2002, David Sanders bertelur menundukkan buntelan luar virus Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengarak gen kepada interniran yang nyeri (peparu).[89]
Walaupun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan terhadap hidup orang, hewan, dan tumbuhan.[89]

Virus sangat dikenal ibarat penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan.[89]
Sejauh ini enggak ada makhluk spirit nan tahan terhadap virus.[89]
Tiap virus secara singularis menyerang kamp-hotel prodeo tertentu dari inangnya. Virus nan menyebabkan selesma menyerang terusan pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus radang hati menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang hotel prodeo-sel saraf. Seperti yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit nan mengakibatkan menurunnya daya tahan awak penderita penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV yang secara eksklusif menyerang sel darah kalis.[89]
Tabel berikut ini memuat beberapa varietas penyakit yang disebabkan oleh virus.[89]

Selain manusia, virus sekali lagi menyebabkan kesengsaraan kerjakan dabat dan tumbuhan.[89]
Tidak sedikit sekali lagi kesialan yang diderita peternak maupun petani akibat ternaknya yang sakit atau hasil panennya yang berkurang.[89]

Penyakit hewan akibat virus

[sunting
|
sunting sumber]

Kelainan tetelo, yakni tipe penyakit nan menyerang bangsa unggas, terutama ayam jago. Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV).[89]
Penyakit kuku dan mulut, adalah variasi penyakit yang mengupas ternak sapi dan kerbau.[89]
Keburukan kanker pada mandung oleh rous sarcoma virus (RSV).[89]
Ki kesulitan rabies, yakni jenis ki aib nan menghakimi cigak, meong, dan monyet, disebabkan oleh virus rabies.[89]

Kebobrokan pohon akibat virus

[sunting
|
sunting sumber]

Penyakit mosaik, adalah varietas penyakit yang menyerang tanaman tembakau.[17]
Penyebabnya adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit wereng hijau, yakni jenis penyakit yang mencacat pohon antah.[17]
Penyebabnya ialah virus Wereng hijau.[17]
Penyakit deteriorasi pembuluh tapis plong jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus vein phloem degeneration (CVPD).[17]

Penyakit manusia akibat virus

[sunting
|
sunting sumber]

Contoh minimum umum dari komplikasi yang disebabkan maka dari itu virus merupakan pilek (nan bisa saja disebabkan oleh satu alias beberapa virus refleks), cacar, AIDS (yang disebabkan virus HIV), dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks).[90]
Kanker leher perut juga diduga disebabkan sebagian oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau benjol), yang ogok contoh kasus puas manusia nan menunjuk-nunjukkan hubungan antara kanker dan agen-agen infektan.[90]
Juga terserah beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, nan sebelumnya diduga sebagai penyebab ki kesulitan saraf sreg aswa, juga bertanggung jawab kepada penyakit psikiatris pada turunan.[90]

Potensi virus bagi menyebabkan hawar pada makhluk menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus umpama senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya cara kreasi versi virus yunior di laboratorium.[90]

Kekhawatiran pula terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah menyebabkan wabah terbesar dalam rekaman insan, dan berpunya menyebabkan kepunahan satu bangsa.[90]
Beberapa tungkai bangsa Indian telah punah akibat wabah, terutama penyakit gesit, nan dibawa makanya kolonis Eropa.[90]
Sungguhpun sebenarnya diragukan dalam kuantitas pastinya, diyakini kematian sudah lalu terjadi dalam jumlah besar.[90]
Penyakit ini secara enggak serampak telah membantu dominasi nasion Eropa di dunia bau kencur Amerika.[90]

Salah satu virus yang dianggap minimum berbahaya adalah filovirus.[90]
Grup Filovirus terdiri atas Marburg, permulaan siapa ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola.[90]
Filovirus yakni virus berbentuk panjang sebagai halnya cacing, yang dalam total besar kelihatan begitu juga sepiring bihun.[90]
Pada April 2005, virus Marburg menarik manah pers dengan terjadinya penyiaran di Angola. Sejak Oktober 2004 setakat 2005, kejadian ini menjadi epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia.[90]

Diagnosis di laboratorium

[sunting
|
sunting sumber]

Deteksi, isolasi, hingga amatan satu virus lazimnya menerobos proses yang elusif dan mahal.[91]
Karena itu, investigasi masalah akibat virus membutuhkan fasilitas besar dan mahal, terjadwal juga peralatan nan mahal dan tenaga ahli berbunga berbagai bidang, misalnya teknisi, pandai biologi molekular, dan ahli virus.[91]
Umumnya proses ini dilakukan oleh rangka kenegaraan atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa tidak melalui lembaga dunia sebagaimana Organisasi Kesehatan Mayapada (WHO).[91]

Pencegahan dan pengobatan

[sunting
|
sunting sumur]

Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya lakukan bereproduksi, virus lalu runyam kerjakan dibunuh.[92]
Metode pengobatan selama ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi, bakal seronok imunitas alami tubuh terhadap proses infeksi, dan pemohon-obatan yang tanggulang gejala akibat infeksi virus.[92]

Pengobatan penyakit akibat infeksi virus umumnya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tak punya yuridiksi terhadap nyawa virus.[92]
Surat berharga samping penggunaan antibiotik ialah pertentangan bakteri terhadap antibiotik.[92]
Karena itulah diperlukan pemeriksaan selanjutnya bikin memastikan apakah suatu ki kesulitan disebabkan maka dari itu bakteri atau virus.[92]

Infeksi virus atau bakteri pada umumnya menimbulkan demam, namun saja infeksi bakteri akan meningkatkan ganjaran Sengkeran bakat putih, sedangkan infeksi virus tidak, tetapi infeksi bakteri, virus bahkan jamur akan meningkatkan kadar Antibodi M (IgM), tetapi penapisan IgM tebak mahal. Pemeriksaan Sel bakat putih ataupun IgM tidak dapat menentukan jenis penyakitnya, sekadar kedua pemeriksaan tersebut hanya mengindikasikan kebobrokan tersebut diakibatkan oleh apa. Sekiranya biaya menjadi kendala, maka pemeriksaan Sel darah putih saja mutakadim cukup, karena infeksi virus tidak dapat diobati dengan anti-biotik dan pada biasanya infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya (virus self limiting life) dengan istirahat (istirahat mumbung di ranjang, jika terlazim) dan gizi nan sepan, kecuali HIV di mana bikin diagnosis tadinya diperlukan sensor CD4 nan relatif murah.

Lihat kembali

[sunting
|
sunting sumber]

  • Mikrobiologi
  • Prion
  • Virologi

Bacaan

[sunting
|
sunting sendang]

Catatan kaki

[sunting
|
sunting sumber]

  1. ^


    a




    b




    “Virus Taxonomy: 2019 Release”.
    ICTV Online. Juli 2019. Diakses tanggal
    7 Oktober
    2020
    .





  2. ^


    Koonin, Eugene V.; Senkevich, Tatiana G.; Dolja, Valerian V. (2006-09-19). “The ancient Virus World and evolution of cells”.
    Biology Direct.
    1: 29. doi:10.1186/1745-6150-1-29. ISSN 1745-6150. PMC1594570alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 16984643.





  3. ^

    Dimmock dkk. 2007, hlm. 4.

  4. ^


    Breitbart M, Rohwer F (Juni 2005). “Here a virus, there a virus, everywhere the same virus?”.
    Trends in Microbiology.
    13
    (6): 278–284. doi:10.1016/j.tim.2005.04.003. PMID 15936660.





  5. ^


    Lawrence CM, Menon S, Eilers BJ, Bothner B, Khayat R, Douglas T, Young MJ (May 2009). “Structural and functional studies of archaeal viruses”.
    The Journal of Biological Chemistry.
    284
    (19): 12599–603. doi:10.1074/jbc.R800078200. PMC2675988alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 19158076.





  6. ^


    Edwards RA, Rohwer F (June 2005). “Viral metagenomics”.
    Nature Reviews. Microbiology.
    3
    (6): 504–10. doi:10.1038/nrmicro1163. PMID 15886693.





  7. ^


    Canchaya, Carlos; Fournous, Ghislain; Chibani-Chennoufi, Sandra; Dillmann, Marie-Lise; Brüssow, Harald (Agustus 2003). “Phage as agents of lateral gene transfer”.
    Current Opinion in Microbiology.
    6
    (4): 417–424. doi:10.1016/S1369-5274(03)00086-9. PMID 12941415.




  8. ^


    a




    b




    Koonin, Eugene V.; Starokadomskyy, Petro (Oktober 2016). “Are viruses alive? The replicator paradigm sheds decisive light on an old but misguided question”.
    Studies in History and Philosophy of Science Part C: Studies in History and Philosophy of Biological and Biomedical Sciences.
    59: 125–134. doi:10.1016/j.shpsc.2016.02.016. PMC5406846alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 26965225.




  9. ^


    a




    b




    Rybicki, E. (April 1990). “The classification of organisms at the edge of life or problems with virus systematics”
    (PDF).
    South African Journal of Science.
    86: 182–186.





    [
    pranala nonaktif permanen
    ]



  10. ^


    Robilotti, Elizabeth; Deresinski, Ruang pamer; Pinsky, Benjamin A. (Januari 2015). “Norovirus”.
    Clinical Microbiology Reviews.
    28
    (1): 134–164. doi:10.1128/CMR.00075-14. ISSN 0893-8512. PMC4284304alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 25567225.





  11. ^

    Shors 2017, hlm. 123–124.
  12. ^


    a




    b




    “virus (falak.)”.
    Online Etymology Dictionary
    . Diakses tanggal
    8 April
    2020
    .





  13. ^


    “virulent (adj.)”.
    Online Etymology Dictionary
    . Diakses tanggal
    8 April
    2020
    .





  14. ^


    “viral (adj.)”.
    Online Etymology Dictionary
    . Diakses tanggal
    8 April
    2020
    .





  15. ^


    “Virion”.
    Online Etymology Dictionary
    . Diakses rontok
    1 November
    2020
    .





  16. ^



    Desk encyclopedia of general virology. Mahy, B. W. J. (Brian W. J.), Van Regenmortel, M. H. V. Oxford: Academic Press. 2010. ISBN 0-12-375162-4. OCLC 480587729.




  17. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    g




    h




    Akin, H.M. (2005).
    Virologi Pokok kayu. Yogyakarta: Kanisius. hlm. hlm. 17. ISBN 9792111808, 9789792111804. Diarsipkan berasal varian asli
    (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku)
    rontok 2014-04-21. Diakses tanggal
    2009-03-13
    .





  18. ^

    Campbell
    et al.
    (2002), hlm. 341. Diakses pada 26 Maret 2009.

  19. ^


    Stanley WM (1933). “Isolation of a crystalline protein possessing the properties of tobacco mosaic virus”
    (pdf).
    Science.
    81: 644–645.





  20. ^


    Creager, A.Lengkung langit.H. (2002).
    The life of a virus: tobacco mosaic virus as an experimental model, 1930-1965
    (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku)
    (edisi ke-Edisi ke-2). Chicago: University of Chicago Press. hlm. hlm. 119. ISBN 0226120260, 9780226120263. Diakses copot
    2009-03-26
    .




  21. ^


    a




    b




    c




    d




    Rous P (1911). “A sarcoma of the fowl transmissible by an agent separable from the tumor cells”
    (pdf).
    J Exp Med.
    13: 397–399.




  22. ^


    a




    b




    Shope RE (1933). “Infectious papillomatosis of rabbits; with a note on the histopathology”
    (pdf).
    J Exp Med.
    58: 607.




  23. ^


    a




    b




    Hershey AD, Chase M (1952). “Independent Function of Viral Protein and Nucleic Acid in Growth of Bacteriophage”
    (pdf).
    Journal of General Physiology.
    36: 39–56.





  24. ^


    Sanjuán, Rafael; Nebot, Miguel R.; Chirico, Nicola; Mansky, Louis M.; Belshaw, Robert (2010-10-01). “Viral Mutation Rates”.
    Journal of Virology.
    84
    (19): 9733–9748. doi:10.1128/JVI.00694-10. ISSN 0022-538X. PMC2937809alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 20660197. Diarsipkan mulai sejak varian kalis copot 2021-02-25. Diakses terlepas
    2020-11-01
    .





  25. ^


    Krupovic M, Dooja W, Koonin EV (2019). “Origin of viruses: primordial replicators recruiting capsids from hosts”.
    Nature Reviews Microbiology.
    17
    (7): 449–58. doi:10.1038/s41579-019-0205-6. PMID 31142823.





  26. ^

    Collier dkk. 1998, hlm. 11–21.
  27. ^


    a




    b



    Dimmock dkk. 2007, hlm. 16.

  28. ^

    Collier dkk. 1998, hlm. 11.
  29. ^


    a




    b




    c




    d




    e



    Mahy & Van Regenmortel 2010, hlm. 24.

  30. ^

    Shors 2017, hlm. 810.

  31. ^


    McClintock, B. (1 Juni 1950). “The origin and behavior of mutable loci in maize”.
    Proceedings of the National Academy of Sciences.
    36
    (6): 344–355. doi:10.1073/pnas.36.6.344. ISSN 0027-8424. PMC1063197alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 15430309.





  32. ^

    Collier dkk. 1998, hlm. 11–12.

  33. ^

    Dimmock dkk. 2007, hlm. 55.

  34. ^

    Shors 2017, hlm. 791.

  35. ^


    Tsagris, Efthimia Mina; Martínez de Alba, Ángel Emilio; Gozmanova, Mariyana; Kalantidis, Kriton (November 2008). “Viroids”.
    Cellular Microbiology.
    10
    (11): 2168–2179. doi:10.1111/j.1462-5822.2008.01231.x.





  36. ^

    Shors 2017, hlm. 460.

  37. ^


    La Scola, Bernard; Desnues, Christelle; Pagnier, Isabelle; Robert, Catherine; Barrassi, Lina; Fournous, Ghislain; Merchat, Michèle; Suzan-Monti, Marie; Forterre, Patrick (September 2008). “The virophage as a unique parasite of the giant mimivirus”.
    Nature.
    455
    (7209): 100–104. doi:10.1038/nature07218. ISSN 0028-0836.





  38. ^

    Collier dkk. 1998, hlm. 777.
  39. ^


    a




    b



    Dimmock dkk. 2007, hlm. 15–16.

  40. ^


    Nasir, Arshan; Kim, Kyung Mo; Caetano-Anollés, Gustavo (September 2012). “Viral evolution: Primordial cellular origins and late adaptation to parasitism”.
    Mobile Genetic Elements.
    2
    (5): 247–252. doi:10.4161/mge.22797. ISSN 2159-256X. PMC3575434alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 23550145.





  41. ^


    Wessner, D.R. (2010). “The Origins of Viruses”.
    Nature Education.
    3
    (9): 37.




  42. ^


    a




    b



    Mahy & Van Regenmortel 2010, hlm. 28.

  43. ^

    Mahy & Van Regenmortel 2010, hlm. 26.

  44. ^


    Koonin, E.V.; Starokadomskyy, P. (7 Maret 2016). “Are viruses alive? The replicator paradigm sheds decisive light on an old but misguided question”.
    Stud Hist Philos Biol Biomed Sci.
    59: 125–34. doi:10.1016/j.shpsc.2016.02.016. PMC5406846alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 26965225.





  45. ^


    Holmes EC (October 2007). “Viral evolution in the genomic age”.
    PLOS Biology.
    5
    (10): e278. doi:10.1371/journal.pbio.0050278. PMC1994994alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 17914905.





  46. ^


    Wimmer E, Mueller S, Tumpey TM, Taubenberger JK (December 2009). “Synthetic viruses: a new opportunity to understand and prevent viral disease”.
    Nature Biotechnology.
    27
    (12): 1163–72. doi:10.1038/nbt.1593. PMC2819212alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 20010599.





  47. ^


    Horn M (2008). “Chlamydiae as symbionts in eukaryotes”.
    Annual Review of Microbiology.
    62: 113–31. doi:10.1146/annurev.micro.62.081307.162818. PMID 18473699.





  48. ^


    Ammerman NC, Beier-Sexton M, Azad AF (November 2008). “Laboratory maintenance of Rickettsia rickettsii”.
    Current Protocols in Microbiology. Chapter 3 (1): Unit 3A.5. doi:10.1002/9780471729259.mc03a05s11. ISBN 978-0471729259. PMC2725428alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 19016440.





  49. ^


    Koonin EV, Senkevich TG, Dolja VV (September 2006). “The ancient Virus World and evolution of cells”.
    Biology Direct.
    1
    (1): 29. doi:10.1186/1745-6150-1-29. PMC1594570alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 16984643.




  50. ^


    a




    b




    c



    Campbell
    et al.
    (2002), hlm. 342. Diakses puas 26 Maret 2009.
  51. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    g




    h




    i




    Wagner (2008),
    Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839




    (tatap di Penelusuran Resep Google)
  52. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    Wagner (2008),
    Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839




    (tatap di Penelusuran Buku Google)
  53. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010),
    Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1




    (lihat di Penelusuran Buku Google)
  54. ^


    a




    b




    Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010),
    Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1




    (lihat di Penelusuran Buku Google)
  55. ^


    a




    b




    Strauss, JH.; Strauss, EG. (2008),
    Viruses and Human Disease, London: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1




    (tatap di Penelusuran Buku Google)

  56. ^

    Pandoravirus, Virus Super Lautan PortalKBR, 22 Juli 2013
  57. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    Schneider-Schaulies J (2000). “Cellular receptors for viruses: links to tropism and pathogenesis”
    (pdf).
    Journal of General Virology.
    81: 1413–1429.




  58. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    Olson NH (1992). “Structure of a human rhinovirus complexed with its receptormolecule”
    (pdf).
    Proc. Natl. Acad. Sci. USA.
    90: 507–511.




  59. ^


    a




    b




    Yongning H. (2000). “Interaction of the poliovirus receptor with poliovirus”
    (pdf).
    PNAS.
    97: 79–84.




  60. ^


    a




    b




    c




    d




    Hidari KIPJ (2010). “Glycan Receptor for Influenza Virus”
    (pdf).
    The Open Antimicrobial Agents Journal.
    2: 26–33.




  61. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    g




    h




    i




    j




    k




    l




    m




    n




    o




    Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010),
    Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1




    (lihat di Penelusuran Gerendel Google)

  62. ^


    Cossart, P (2005),
    Cellular Microbiology, Washington DC: American Society for Microbiology Press, ISBN 1-55581-302-X




    (tatap di Penelusuran Buku Google)
  63. ^


    a




    b




    c




    d




    Cheng, H.; Hammar, L. (2004),
    Cellular Microbiology, Singapore: World Scientifis Publishing Co. Pte. Ltd., ISBN 981-238-614-9




    (tatap di Penelusuran Buku Google)

  64. ^


    Carter, JB.; Saunders, VA. (2007),
    Virology: Principles and Applications, England: John Wiley & Sons, Ltd., ISBN 978-0-470-023860-0




    (lihat di Penelusuran Daya Google)
  65. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    g




    h




    i




    j




    k




    l




    Wagner (2008),
    Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839




    (tatap di Penelusuran Buku Google)

  66. ^

    Carter & Saunders 2007, hlm. 116.

  67. ^


    Lwoff A, Horne RW, Tournier P (June 1962). “[A virus system]”.
    Comptes Rendus Hebdomadaires des Seances de l’Academie des Sciences
    (n domestik bahasa French).
    254: 4225–7. PMID 14467544.





  68. ^


    Lwoff A, Horne R, Tournier P (1962). “A system of viruses”.
    Cold Spring Harbor Symposia on Quantitative Biology.
    27: 51–5. doi:10.1101/sqb.1962.027.001.008. PMID 13931895.





  69. ^


    Fauquet CM, Fargette D (August 2005). “International Committee on Taxonomy of Viruses and the 3,142 unassigned species”.
    Virology Journal.
    2: 64. doi:10.1186/1743-422X-2-64. PMC1208960alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 16105179.





  70. ^


    International Committee on Taxonomy of Viruses Executive Committee (Mei 2020). “The New Scope of Virus Taxonomy: Partitioning the Virosphere Into 15 Hierarchical Ranks”.
    Nat Microbiol.
    5
    (5): 668–674. doi:10.1038/s41564-020-0709-x. PMC7186216alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 32341570.





  71. ^


    Delwart EL (2007). “Viral metagenomics”.
    Reviews in Medical Virology.
    17
    (2): 115–31. doi:10.1002/rmv.532. PMID 17295196.





  72. ^


    “Virus Taxonomy: 2019 Release”.
    ICTV Online. Juli 2019. Diakses tanggal
    7 Oktober
    2020
    .





  73. ^


    Temin HM, Baltimore D (1972). “RNA-directed DNA synthesis and RNA tumor viruses”.
    Advances in Virus Research.
    17: 129–86. doi:10.1016/S0065-3527(08)60749-6. ISBN 9780120398171. PMID 4348509.





  74. ^


    Baltimore D (1974). “The strategy of RNA viruses”.
    Harvey Lectures. 70 Series: 57–74. PMID 4377923.





  75. ^


    van Regenmortel MH, Mahy BW (January 2004). “Emerging issues in virus taxonomy”.
    Emerging Infectious Diseases.
    10
    (1): 8–13. doi:10.3201/eid1001.030279. PMC3322749alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 15078590.





  76. ^


    Mayo MA (1999). “Developments in plant virus taxonomy since the publication of the 6th ICTV Report. International Committee on Taxonomy of Viruses”.
    Archives of Virology.
    144
    (8): 1659–66. doi:10.1007/s007050050620. PMID 10486120.





  77. ^


    de Villiers EM, Fauquet C, Broker TR, Bernard HU, zur Hausen H (June 2004). “Classification of papillomaviruses”.
    Virology.
    324
    (1): 17–27. doi:10.1016/j.virol.2004.03.033. PMID 15183049.





  78. ^


    Parker MT (September 2016). “An Ecological Framework of the Human Virome Provides Classification of Current Knowledge and Identifies Areas of Forthcoming Discovery”.
    The Yale Journal of Biology and Medicine.
    89
    (3): 339–351. PMC5045143alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 27698618.





  79. ^


    Dietzgen, Ralf; Mann, Krin; Johnson, Karyn (9 November 2016). “Plant Virus–Insect Vector Interactions: Current and Potential Future Research Directions”.
    Viruses
    (privat bahasa Inggris).
    8
    (11): 303. doi:10.3390/v8110303. ISSN 1999-4915. PMC5127017alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 27834855.





  80. ^


    “Herpes simplex virus”.
    WHO
    (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal
    8 April
    2020
    .





  81. ^


    Shaw, G. M.; Hunter, E. (1 November 2012). “HIV Transmission”.
    Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine
    (dalam bahasa Inggris).
    2
    (11): a006965–a006965. doi:10.1101/cshperspect.a006965. ISSN 2157-1422. PMC3543106alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 23043157.





  82. ^


    Gaythorpe, K. A. M.; Trotter, C. L.; Lopman, B.; Steele, M.; Conlan, A. J. K. (Januari 2018). “Norovirus transmission dynamics: a modelling review”.
    Epidemiology and Infection
    (n domestik bahasa Inggris).
    146
    (2): 147–158. doi:10.1017/S0950268817002692. ISSN 0950-2688. PMC5851036alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 29268812.





  83. ^


    Crawford, Sue E.; Ramani, Sasirekha; Tate, Jacqueline E.; Parashar, Umesh D.; Svensson, Lennart; Hagbom, Marie; Franco, Manuel A.; Greenberg, Harry B.; Ozon’Ryan, Miguel (Desember 2017). “Rotavirus infection”.
    Nature Reviews Disease Primers
    (internal bahasa Inggris).
    3
    (1): 17083. doi:10.1038/nrdp.2017.83. ISSN 2056-676X. PMC5858916alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 29119972.





  84. ^


    Neumann, Gabriele; Kawaoka, Yoshihiro (Mei 2015). “Transmission of influenza A viruses”.
    Virology
    (dalam bahasa Inggris). 479-480: 234–246. doi:10.1016/j.virol.2015.03.009. PMC4424116alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 25812763.





  85. ^


    Burke, Crystal W.; Bridges, Olga; Brown, Sherri; Rahija, Richard; Russell, Charles J. (21 November 2013). Subbarao, Kanta, ed. “Gaya of Parainfluenza Virus Transmission Determines the Dynamics of Primary Infection and Protection from Reinfection”.
    PLoS Pathogens
    (dalam bahasa Inggris).
    9
    (11): e1003786. doi:10.1371/journal.ppat.1003786. ISSN 1553-7374. PMC3836739alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 24278024.





  86. ^


    Singhal, Tanu (April 2020). “A Review of Coronavirus Disease-2019 (COVID-19)”.
    The Indian Journal of Pediatrics
    (dalam bahasa Inggris).
    87
    (4): 281–286. doi:10.1007/s12098-020-03263-6. ISSN 0019-5456. PMC7090728alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 32166607.





  87. ^


    Marques-Toledo, Cecilia A.; Bendati, Maria Mercedes; Codeço, Claudia Cakrawala.; Teixeira, Mauro M. (Desember 2019). “Probability of dengue transmission and propagation in a non-endemic temperate area: conceptual abstrak and decision risk levels for early alert, prevention and control”.
    Parasites & Vectors
    (intern bahasa Inggris).
    12
    (1): 38. doi:10.1186/s13071-018-3280-z. ISSN 1756-3305. PMC6335707alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 30651125.





  88. ^


    Britt, William (3 Agustus 2018). “Maternal Immunity and the Natural History of Congenital Human Cytomegalovirus Infection”.
    Viruses
    (dalam bahasa Inggris).
    10
    (8): 405. doi:10.3390/v10080405. ISSN 1999-4915. PMC6116058alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 30081449.




  89. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    g




    h




    i




    j




    k




    l




    m




    n




    o




    Evans, AS.; Kaslow, RA. (1997),
    Viral Infections of Humans:epidemiology and Control, New York: Plenum Publishing Corporation, ISBN 0-306-44856-4




    (lihat di Penelusuran Resep Google)
  90. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    g




    h




    i




    j




    k




    l




    Crowley, LV. (2010),
    An Introduction to Human Disease: Pathology and Pathophysiology, Sudburry: Jones and Bartlett Publishers, ISBN 978-0-7637-6591-0




    (lihat di Penelusuran Kiat Google)
  91. ^


    a




    b




    c




    Zuckerman, AJ.; Banatvala, JE.; Griffiths, P. (2009),
    Principles and Practice of Clinical Virology, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-51799-4




    (tatap di Penelusuran Pokok Google)
  92. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    Singh, M. (2007),
    Vaccine Adjuvants and Delivery Systems, New Jersey: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-471-73907-4




    (lihat di Penelusuran Buku Google)

Daftar bacaan

[sunting
|
sunting sumber]

  • Carter, John B.; Saunders, Venetia A. (2007).
    Virology: Principles and Applications. Chichester, Inggris: John Wiley & Sons. ISBN 978-0-470-02386-0. OCLC 124160564.



  • Dimmock, N. J.; Easton, A.J.; Leppard, K.N. (2007).
    Introduction to modern virology
    (edisi ke-6). Malden, MA: Blackwell Publishing. ISBN 1-4051-3645-6. OCLC 65207057.



  • Collier, Leslie; Balows, Albert; Sussman, Max, ed. (1998).
    Topley and Wilson’s Microbiology and Microbial Infections
    (edisi ke-9). London: Arnold. ISBN 0-340-61470-6. OCLC 38290809.



  • Mahy, B.W.J.; Van Regenmortel, M. H. V. (2010).
    Desk encyclopedia of general virology. Oxford: Academic Press. ISBN 0-12-375162-4. OCLC 480587729.



  • Shors, Teri (2017).
    Understanding Viruses
    (edisi ke-3). Burlington, Massachusetts: Jones and Bartlett Learning. ISBN 978-1-284-02592-7. OCLC 948427269.



Pranala asing

[sunting
|
sunting sumur]

  • (Inggris)
    Perpustakaan Online adapun virus Diarsipkan 2008-05-09 di Wayback Machine.
  • (Inggris)
    Wong’s Virology
  • (Inggris)
    Apa itu virus?



Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Virus

Posted by: holymayhem.com