Cara Tradisional Membuat Tanaman Tahan Salinitas Tinggi

808 jumlah views,  3 views today.


Tim peneliti berpunca Balai Samudra Penekanan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Kementerian Perladangan mengembangkan inovasi varietas padi yang tahan terhadap lahan dengan kadar garam tinggi.

Kebutuhan beras penduduk terus bertambah seiring dengan pertumbuhan populasi, sementara ketersediaan lahan menyempit, terutama karena transfigurasi kapling pertanaman untuk industri dan perumahan. Kehadiran antah yang bisa beradaptasi di pesisir dengan salinitas tataran menjadi salah satu jawaban untuk menyiasati permasalahan ini.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak lahan tepi laut yang elusif ditanami karena memiliki suratan garam atau salinitas janjang.
Rossa Yunita, peneliti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Perladangan (BB Biogen), Kementerian Pertanian menegur, luas lahan pertanaman di Indonesia yang tergerak salin diperkirakan 13,2 miliun hektar.

Luas tanah yang mengalami salinitas ini dan akan meningkat seiring deteriorasi mileu dan kenaikan permukaan laut yang dipicu pemanasan global. Sawah di rantau paksina Jawa dan Sulawesi Kidul termasuk yang paling parah mengalami pertambahan konsentrasi garam kerumahtanggaan tanahnya, padahal negeri ini ialah sentra produksi penting padi di Indonesia.

Sebagai contoh, di Kabupaten Indramayu nan merupakan pembuat terdahulu beras kebangsaan, dari sekitar 112.000 hektar sawah di kabupaten ini, sekitar 11.000 ha (10 persen) merupakan lahan sawah nan memiliki salinitas tinggi dan seluas 25.000 (22 persen) memiliki salinitas amat jenjang. Salinitas yang terjadi di kawasan pantai lor Jawa ini umumnya karena masuknya air laut ke daratan melalui rataan tanah dan rembesan (intrusi).

Selain karena degradasi lingkungan dan perubahan iklim, bencana tsunami boleh menyebabkan sawah mengalami kelainan dengan salinitas. Misalnya, menurut amatan McLeod (jurnal Agricultural Water Management, 2010), sekitar 30.000 ha sawah di Aceh tidak bisa ditanami karena tanahnya mengandung kadar garam jenjang.

Salinitas memberikan dampak buruk pada setiap fase pertumbuhan antah yang dapat menyebabkan menurunnya produktifitas hingga mortalitas tanaman. Hal ini nan menyebabkan banyak sawah di pantai paksina Jawa dibiarkan atau enggak ditanami, terutama saat tuarang, di mana kadar salinitas meningkat karena berkurangnya simpanan air hujan angin. Eksplorasi Yuda C. Hariadi (Procedia Environmental Sciences, 2015) menamakan. pengaruh salinitas terhadap produksi antah di rantau utara Jawa dapat mencapai 50 uang lelah.

Selain rehabilitasi lahan yang tentu tak mudah, jalan keluar enggak yang boleh dilakukan yaitu mengembangkan pokok kayu padi yang bisa beradaptasi di tanah salin. Ini berarti dibutuhkan benih tanaman gabah yang memiliki toleransi salinitas sehingga dapat berdeging dan berproduksi dengan baik bila ditanam di lahan dengan qada dan qadar garam jenjang.

Inovasi padi agar adaptif persil salin inilah yang dilakukan oleh para peneliti BB Biogen. “Dengan menyeleksi benih lokal dan kemudian merakitnya sekali lagi dengan teknologi, kita bisa mengembangkan berbagai spesies gabah yang tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan yang dipicu perubahan iklim, di antaranya terhadap salinitas, pertukaran ketersediaan air, resistan wereng penyakit,” entri BB Biogen Mastur.

Mastur mengatakan, BB Biogen telah berhasil merakit pari baru nan punya ketahanan terhadap lingkungan yang punya salinitas ataupun kadar garam tinggi, ialah Biosalin 1 Agritan dan Biosalin 2 Agritan. Dua varietas ini sudah dilepas sejak perian 2020 silam.

Mani antah Biosalin 1 dan 2 diperbanyak di Provinsi Riau dan Kabupaten Jepara. “Diharapkan, benih ini boleh ditanam para petani yang lahannya mengalami ki aib salinitas, terutama di Pantura Jawa dan Sulawesi Daksina. Petambak dan penangkar yang membutuhkan benihnya boleh mengabari kami di BB Biogen,” pembukaan Rossa, anggota cak regu pemeriksa yang merakit pari Biosalin 1 dan 2 ini.

Mutasi dan Seleksi

Rossa mengatakan, upaya perakitan Biosalin 1 dan Biosalin 2 telah dilakukannya sejak waktu 2014. Eksplorasi ini pun menjadi bagian dari disertasinya di IPB University. Tahap pertama yang dilakukannya dengan meningkatkan ragam genetik antah bagi mendapatkan aksesi yang toleran salinitas.

“Saya menggunakan persaudaraan mutasi dan seleksi in vitro atau kultur jaringan dari dua tetua, ialah antah nan biasa ditanam orang tani, yaitu Ciherang dan Inpari13,” tuturnya.

Skuat penyelidik BB Biogen kemudian memberi perlakuan iradiasi terhadap sel kalus ataupun populasi penjara somatik varietas Ciherang dan Inpari 13 sehingga terjadi alih tugas. Penerangan pada tingkat kalus ini dipilih karena bisa menghasilkan kekerapan versi yang bertambah tingkatan dibandingkan dengan menggunakan jaringan tanaman.

Mutan nan diperoleh kemudian diseleksi secara in vitro alias kultur jaringan pada wahana yang mengandung NaCl. Dari saban varietas ini kemudian dinilai responnya terhadap cekaman salinitas berlandaskan Tunggul Evaluation Score (SES) berpangkal International Rice Research Institute (IRRI).

Sejumlah mutan yang nisbi toleran salin kemudian diaklimatisasi hingga diperoleh galur mutan M2. Mutan-mutan ini kemudian diseleksi lebih jauh di rumah kaca dan lapang hingga diperoleh sejumlah silsilah mutan yang stabil resan toleransinya terhadap salinitas.

Galur-galur mutan terseleksi juga dilakukan uji daya hasil pendahuluan dan lanjutan baik di sawah yang memiliki kondisi tanah optimal maupun dengan cekaman salinitas bikin dibandingkan responnya.

Selanjutnya, galur mutan dilakukan uji multilokasi di enam lokasi. Palagan uji tersebut merupakan Desa Patimban, Kecamatan Peninggalan Nagara, Subang, Desa Ujung Gebang Kecamatan Sukra, Indramayu, Desa Eretan, Kecamatan Kandang Haur, Indramayu, Desa Segomeng, Kecamatan Rangsang Barat, Kepulauan Meranti, Desa Kedabu Berhimpit, Kecamatan Rangsang Pesisir Kepulauan Meranti, dan Dusun Semampir, Kecamatan Kesugihan, Cilacap.

Berpunca serangkaian hierarki proses pengujian tersebut akhirnya terpilih nomor silsilah mutan CH-1 asal Ciherang dan II-13–78 dasar Inpari 13, yang dianggap mempunyai karakter yang diinginkan, yaitu minimum tahan salinitas. Keduanya akibatnya ditetapkan menjadi varietas unggul yunior (VUB) pari Biosalin 1 Agritan dan Biosalin 2.

Selain toleran salinitas, Biosalin 1 Agritan n kepunyaan umur panen 113 periode setelah semaian, potensi hasil 8,75 ton per ha dan rata-rata hasil 7,16 ton per ha pada lahan salin. Tekstur nasinya bersifat pulen sebagaimana kamitua asalnya, tipe Ciherang. Sedangkan Biosalin 2 Agritan memiliki umur panen 107 hari setelah semai dengan potensi hasil 9,06 ton per ha dan rata-rata hasil 7,62 ton per ha, tetapi tekstur nasinya bertabiat medium.

Selain itu, Biosalin 1 Agritan relatif resistan terhadap hama layon cokelat, endemi daun basil dan blas. Sedangkan Biosalin 2 Agritan bereaksi moderat terhadap virus wereng hijau, agak tahan terhadap hama mayit cokelat dan hawar daun patogen, resistan blas.

Rosa berharap, dua varietas unggul tahan lahan ini dapat menjawab tantangan alam nan berubah. Lahan-lahan marjinal di tepi pantai yang sepanjang ini sulit ditanami padi bisa kembali dibudidayakan maslahat menambal kebutuhan beras. (kompas.id/AB)

Source: http://biogen.litbang.pertanian.go.id/merakit-padi-agar-toleran-salinitas/

Posted by: holymayhem.com