Cara Penyemprotan Buah Dan Hama Pada Tanaman Merica
PURBALINGGA, INFO – Balai Penyuluhan Perkebunan (BPP) Kecamatan Pengadegan kini tengah bergeliat mengembangkan tanaman cabai perdu. Ibarat pencipta cili terbesar di Kabupaten Purbalingga, jenis tanaman lada enggak sahaja lada panjat melainkan ada sekali lagi lada perdu kerjakan meningkatkan hasil panen lombok para pembajak lada.
“Kecamatan Pengadegan merupakan keseleo satu kecamatan di Kabupaten Purbalingga yang sangat potensi untuk mengembangkan tanaman lada,” pengenalan Sri Haryanti dari BPP Kecamatan Pengadegan detik dihubungi, Jumat (3/8).
Berkembangnya lada perdu di Kecamatan Pengadegan rupanya membuka prospek gerakan nan lebih besar bagi para petambak. Lada perdu dapat menghasilkan produksi rata-rata 2s00 gram lombok kering per pohonnya pada semangat dua periode dan 500 gram pada umur tiga tahun.
“Jika lada perdu ditanam dengan jarak 1×2 meter maka petak seluas suatu hektar bisa ditanami sekitar 4500 pokok kayu,” jelasnya.
Dengan besaran tanaman sebanyak itu, produksi lada bisa mencapai 900 kg dengan harga Rp 30 ribu per kg. Maka pembayaran nan didapatkan lega dua musim permulaan hingga ke Rp 27 juta dan akan meningkat pada tahun-tahun lebih lanjut.
“Pada periode ke tiga dimana produksi dapat mencapai 2250 kg atau sejajar dengan Pendapatan Rp 67,5 juta,” imbuh Sri Haryanti.
Ia menjelaskan pada tahun purwa, embalau perdu masih belum siap panen secara maksimal sehingga disarankan kerjakan dipangkas dulu agar tanaman kokoh dan lestari. Tahun berikutnya, sira melanjutkan bunga nan muncul sudah siap menjadi buah dan dapat sederum dipanen sesudah berbuah.
“Penuaian selanjutnya dilakukan setiap tahun sampai tanaman berumur lebih dari 10 perian , tergantung pemeliharaan,” ujarnya.
Sri Haryanti menyorongkan antara lada perdu dan lada menanjak memiliki perbedaan puas teknik budidayanya. Lada perdu tidak memerlukan kayu panjat sehingga teknik budidayanya jauh lebih praktis, efisien dan gemi.
“Kalau lada panjat centung karuan menggunakan tiang panjat ataupun papan cor untuk meluas nah ini membutuhkan biaya lebih mahal dibandingkan dengan lada perdu,” ungkap Sri Haryanti.
Selain itu jarak tanam embalau perdu lebih berhimpit 1×2 meter, tentatif sahang panjat membutuhkan jarak tanam minimal 2×2 meter. Keuntungan bukan yang didapatkan dari cabai perdu yakni pemeliharaan dan pengutipan hasil lebih mudah.
“Panen tak wajib menggunakan hierarki, tidak perlu pemangkasan dan penggabungan sulur. Lombok perdu ini punya peluang untuk dikembangkan misal tanaman intercrop (pokok kayu pelana, Red), tanaman pekarangan dan memiliki skor estetika jika ditanam di halaman rumah alias pot,” terangnya.
Lakukan menanggulangi hama penyakit puas pohon perdu tidaklah rumit sepan dengan pemancaran pestisida sebulan sekaliatau sesuai kebutuhan. Kemudian pemberian bamboo yang berujud cak bagi pergi kontak bertepatan patera lada dengan tanah seumpama upaya untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
“Untuk lombok yang merambat itu kemarin ada persoalan terkait penyakit kuning itu yang daunnya menguning terus biji ladanya rontok itu kan cak semau beberapa persen nah yang merambat kan jadi agak kurang disukai petani,” pungkas Sri Haryanti. (PI-7)
Source: https://jatengprov.go.id/beritadaerah/bpp-pengadegan-kembangkan-budidaya-lada-perdu/
Posted by: holymayhem.com