Analisis Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Bunga Hias.pdf
Tanaman kelapa teragendakan tanaman yang memiliki ukuran bangkai dari madya hingga tinggi berkisar antara 10-20 m dan terkadang boleh pula menjejak 30 m. batang tanaman kelambir berdiameter hingga 50 cm dan berbentuk harfiah alias juga boleh belengkok tersidai pada kondisi tanah tanaman kelapa ditanam. Tanaman kelapa mempunyai syarat bersemi dengan ketahanan nan relative luas cuma berkembang optimal pada kondisi tanah yang punya fraksi tanah yang banyak dan intern, serta pH antara 5,5 sampai dengan 8. Biarpun berada tumbuh puas ketinggian di atas 1200mdpl cak bagi daerah tropis dan 900 mdpl lega daerah subtropis, sreg biasanya pohon kelapa bisa bersemi dan berproduksi optimal pada mahamulia 600 mdpl atau di bawahnya (Allen, 1989).
Kesesuaian lahan secara kuantitatif adalah penilaian kesesuaian lahan secara fisik dilanjutkan dengan penilaian kesesuaian kapling secara ekonomi. Hasil evaluasi tanah secara ekonomi akan memberikan gambaran keuntungan atau resiko kerugian berpangkal suatu produk yang diusahakan di suatu areal pada tingkat manajemen tertentu. Kesesuaian persil secara ekonomi akan menunjukkan keberhasilan satu komoditas yang diusahakan tidak hanyak diekspresikan makanya produksi jasmani ton saban ha, tetapi juga dari aspek komersial (Djaenudin et al., 2006).
Inferior kesesuaian lahan untuk pertanaman kelapa pada dasarnya didasarkan atas horizon di mana tanaman kerambil akan ditanam, sifat fisika persil, dan kemampuan kapling n domestik membendung air. Kebaradaan air di dala lahan merupakan dasar pengkelasan kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa karena berpengaruh terhadap eksploitasi air khususnya saat musim kehilangan. Air petak tersedia juga berpengaruh terhadap luas daun tanaman kelambir dan kapasitas penyimpanan air di batang yang keduanya berpengaruh terhadap laju transpirasi tumbuhan. Perbedaan diversifikasi tanaman kerambil juga memiliki perbedaan dalam kebutuhan air tanaman nan pula nantinya berpengaruh terhadap kesesuain kapling yang diperlukan tanaman kelepa (Madurapperuna and Jayasekara, 2009).
Tanaman perkebunan (kerambil) bersemi baik pada gambut cetek sampai gambut dalam (1-3 m). Ketebalan gambut lebih bermula 3 m tidak disarankan bikin pertanian, dan lebih sesuai untuk kawasan hutan lindung ataupun konservasi. Pengembangan tanaman nyiur terutama kelapa hubrida di lahan gambut pasang surut banyak dilakukan di Propinsi Riau, Jambi, Sumatera Daksina, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan (Mahmud dan Allolerung, 1998).
Nyiur mempunyai persyaratan merecup dengan petuah sifat yang relative pesek, sehingga dapat tumbuh baik didataran minus atau strata, dengan iklim basah (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) ataupun iklim gersang (Sulawesi dan Nusa Tenggara). Dalam criteria kesesuaian lahan dinyatakan bahwa kelapa dapat bersemi pada kawasan dengan temperature tahunan umumnya 20-350 C dengan suhu optimal 25-280 C, dan siram hujan angin 1.000-5.000 mm/tahun maupun paling kecil sesuai 2.000-3.000 mm/tahun. Walaupun demikian, pada biasanya pokok kayu kelapa (terutama kerambil hibrida) tak dapat betahan apabila bulan kering makin dari 6 rembulan (Abdurachman dan Mulyani, 2003).
Penggunaan tanah lakukan perladangan secara awam dapat dibedakan atas: pengugnaan tanah semusim, tahunan, dan permanen. Pengusahaan kapling tanaman tahunan yakni eksploitasi tanaman jangka strata yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi lain produktif pun, begitu juga pada tanaman pertanaman. Dalam evaluasi lahan penggunaan lahan harus dikaitkan dengan tipe penggunaan kapling (Land Utilization Type) ialah keberagaman-macam oenggunaan lahan yang diuraikan secara bertambah detail karena menyangkut pengelolaan, masukan yang diperlukan dan lepasan nan diharapkan secara spesifik. Setiap spesies penggunaan lahan dirinci ke dalam tipe-tipe penggunaan petak. Diversifikasi penggunaan tanah bukan merupakan tingkat kategori dar klasifikasi pengusahaan lahan, sekadar mengacu lega penggunaan lahan tertentu yang tingkatannya di dasar kategori eksploitasi tanah secara awam, karena berkaitan dengan aspek masukan, teknologi, dan keluarannya (Coleman dan Mechlich, 1957).
refferensi:
Abdurachman, A., A. Mulyani, dan K. Gandasasmita. 1998. Kesesuaian lahan bagi ekspansi beberapa tanaman pertanian di Indonesia dalam prosiding perjumpaan uang pengkajian pertanian bidang perkebunan. peremajaan, rehabilitasi, dan perpanjangan tanaman perladangan: nyiur, nyiur sawit, karet, kopi, kakao, teh, lada, pala, jambu mete. Pusat Penyelidikan dan Ekspansi Kehutanan dan Perkebunan Bogor 4: 20-41.
Allen, J.A. 1989. Arecaceae (Palm Family). Paul Smiths College, New York.
Coleman, N. T., dan A. Mechlich. 1957. Soil in the Yearbook of Agriculture. The United States Government Printing Office, Washington D.C.
Djaenudin, D., M. Hendrisman, dan Z. Zaini. 2006. Kesesuaian petak secara kuantitatif lakukan pokok kayu milu, kedelai, kakao, dan kerambil di negeri Tanjung Medali, Provinsi Lampung. Jurnal Tanah Tropika 12: 61-68.
Madurrapperuma W.S. and C. Jayasekara 2009. Estimation of water use of mature coconut cultivars grown in the low country intermediate zone using the compensation heat pulse method. Journal of the National Science Foundation of Sri Lanka 37: 175-186.
Mahmud, Z. dan D. Allolerung. 1988. Teknologi peremajaan, rehabilitas, dan perluasan tanaman kerambil kerumahtanggaan prosiding persuaan komisi penelitian pertanaman bidang perkebunan. renovasi, rehabilitasi, dan perluasan tanaman perkebunan: nyiur, kelapa sawit, kain, akta, kakao, teh, lada, pala, jambu mete. Pokok Penajaman dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Bogor 4: 116-130.
Source: https://www.anakagronomy.com/2013/04/analisis-kesesuaian-lahan-untuk-tanaman.html
Posted by: holymayhem.com